Setelah cukup lama pergi meninggalkan luka yang menoreh hati, akhirnya dia kembali seolah semuanya masih sama seperti dulu. Dan dengan mudahnya kau menerima tanpa mengetahui bahwa ada hati yang tengah berharap namun tanpa sengaja telah kau kecewakan.
-Barga Mahendra -
-------------------
"Bang Al mana bun?" tanya Tasya saat duduk di tengah tengah antara Mira dan Indra.
Mira mengelus puncak kepala putrinya dengan sayang,
"Lagi dirumah temennya mungkin. Kenapa sayang?" ujar Mira
Tasya tersenyum lalu menggeleng, "Nggak papa, nanya aja"
"Ohiya, tadi ada yang nyariin kamu" ujar Indra
Tasya menoleh, "Siapa yah?"
"Ayah juga nggak tau tapi kayak pernah liat waktu kita masih di Bandung"
"Siapa sih namanya bun? Ayah lupa"
"Rama" jelas Mira.
Deg
Demi apapun Tasya menegang ditempat. Apakah penantiannya selama ini akan terbayar? Apakah dia akan kembali, atau hanya datang untuk singgah lalu pergi lagi? Apakah dia harus bahagia, atau sebaliknya? Tasya bertanya-tanya dalam hati.
"Kenapa sayang?" tanya Mira yang dijawab gelengan oleh Tasya.
"Kalo gitu caca ke kamar dulu bun, yah." ujarnya tiba-tiba. Kedua orang tuanya mengangguk.
Tasya memasuki kamarnya, ia langsung menutup pintu dan menguncinya. Gadis itu terduduk lemas dilantai. Apa yang harus dilakukan Tasya sekarang? Apakah ia akan menemuinya atau akan terus menghindar?
Mungkin pilihan pertama lebih baik.
***
Tasya sudah bersiap untuk ke sekolah. Gadis itu mengoleskan sedikit lip balm pada bibirnya.
Gadis itu tersenyum melihat pantulan dirinya dicermin.
"Caca siap." ujarnya
Gadis itu menuruni tangga menuju meja makan. Kemudian duduk disamping Aldo.
"Pagi semua" sapanya
"Pagi sayang"
"Pagi dek"
Tasya melirik Aldo kemudian berbisik,
"Abang tau nggak, semalem ada Rama"
Sontak saja ucapan Tasya membuat Aldo tersedak.
Uhhuk.. Uhukk..
Tasya dengan sigap menyodorkan air pada Aldo.
"Kamu serius dek?" tanya Aldo setelah menenggak habis air yang diberi Tasya.
Belum sempat Tasya menjawab, Mira sudah berujar,
"Kalian ini kenapa? Buruan makan. Nanti telat ke sekolahnya" Tasya dan Aldo mengangguk.
Di tempat lain, tepatnya dikediaman keluarga Sanjaya, Barga masih bergelut di kasurnya.
"Woi Bar, lo kagak mau sekolah apa gimana? Woi!!" kesal Kevin. Pasalnya sedari tadi ia membangunkan Barga namun tak mendapat respon apapun.
"Ampun dah ni anak. Bangun kagak lo!" Kevin melemparkan bantal kearah Barga, namun lelaki itu masih tak bergeming.
"Allahuakbar.. Tau ah! Kesel gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
BARGA (On Going)
Teen Fiction(SEBAGIAN PART DI PRIVAT, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA) "Kenapa harus serumit itu mengerti bahwa ada seseorang yg lebih peduli padamu dari dia?" -Barga Mahendra Sanjaya- Ketua geng motor terkenal. Memiliki sifat yang cuek, kasar, dan sifat dinginnya y...