chapter 7

192 18 0
                                    

Faith memandang pintu dengan gelisah dan Carlise menambahkan, kerumunan orang pasti sudah pergi. Aku menyuruh salah seorang petugas mengusir mereka semua. Tapi kau tahu, seharusnya kita benar-benar tidak boleh memonopoli kamar kecil"
Faith tertawa. Ia memakai tasnya lalu Carlise memberikan Faith lap basah untuk membasuh wajahnya. Satu-satunya tanda kesedihan Faith yang bisa terlihat hanyalah matanya yang sembab dan hidungnya yang memerah.
Carlise merangkul Faith yang kurus dan mereka berjalan keluar kamar mandi.seperti yang di harapkan Carlise, para penonton yang penasaran sudah bubar. Ayah Faith berdiri membeku menatap pintu, tapi ia langsung bergerak tepat saat mereka melangkah keluar. Ia bergegas menghampiri mereka.

"Faith, apakah kau baik-baik saja?"tuntut pria itu.
"Ya, Daddy. Aku baik-baik saja" jawabnya malu-malu.
"Demi Tuhan..apa yang membuatmu bertingkah seperti itu?"
Carlise menyela si ayah " kurasa ia baik-baik saja, aku akan membawanya ke kantin bawah untuk minum teh hangat"sambil memegang tangan Faith melewatinya. Andaikata Carlise melirik ke belakang, ia pasti melihat pria itu berdiri sambil bertolak pinggang menatapnya tajam seolah-olah dia senang jika bisa mencekik leher Carlise.
Pada saat Carlise dan Faith di kantin, mereka telah akrab. Mereka berbincang-bincang dengan ramah "Beritahu aku jika terasa sakit nanti aku akan membelikanmu obat pereda nyeri."

"Itu Daddy" cetus Faith sedih. "Dia akan sangat marah padaku".
"Biar aku yang menanganinya. Kau minum saja teh hangatmu" ucap Carlise dengan tenang.

Carlise mendekati pria itu. "Biarkan Faith menghabiskan teh nya disana"
"Teh! Dia minum teh di saat seperti ini?"
Carlise mengacuhkannya dengan tenang ia kembali ke meja di mana Faith berada. "Faith, dimana ibumu?"
Faith menunduk dan bergumam, "sudah meninggal beberapa bulan lalu"Carlise juga sempat berpikir begitu ketika hanya melihat si ayah yang panik tanpa ibunya. Kurasa sebaiknya ku beritahukan pada ayahmu tentang menstruasi mu itu,bagaimana menurutmu?" Faith mengangguk dan Carlise berjalan mendekati sang ayah yang berdiri dengan mengintimidasi " Aku ingin tahu tentang putriku___sekarang"suaranya itu tidak sekeras atau segusar sebelumnya tapi suara ini dua kali lebih mematikan. Pria itu persis di samping carlise.

Carlise mendongak memandang pria itu wajahnya terlalu dekat dengannya mata yang menawan dan tetap dingin dan penuh tekad seperti yang telah dia perhatikan sebelumnya. Hidungnya mancung mulutnya lebar sekarang menipis dengan ekspresi tegas, tapi ketika rileks bibir itu pasti penuh sensual. Dagu dan rahangnya tegas, keras kepala dan menunjukkan kekuatan kemauan yang berbahaya bagi siapapun yang berani menghalanginya. Rambutnya masih kusut, tapi berada diatas kepalanya dengan potongan bagus dan menarik karena memiliki helai keperakan di pelipis. Kemeja polo hijau merentang ketat di dadanya yang lebar dan di otot lengan atasnya yang berwarna cokelat. Celana panjangnya yang kasual dengan warna biru yang lebih gelap sangat pas dengan pinggulnya yang ramping dan kencang serta pahanya yang keras.

Di bawah lehernya yang berotot, melalui kerah kemejanya yang terbuka Carlise melihat jejak-jejak bulu gelap yang tentunya bertaburan memikat di dadanya yang maskulin. Dengan mencondongkan tubuhnya mendekati Carlise, pria itu jauh lebih mengintimidasi daripada ketika gadis itu di kelilingi gerombolan orang banyak tadi. Kekuatan dan maksud pria itu sama sekali tidak bisa di bendung. Hanya orang tolol yang mau mencobanya. Kejantanan pria itu sendiri merupakan kekuatan yang gamblang. Carlise menelan ludah dan dengan mengandalkan sikap profesional, berkata "Faith mengalami menstruasi. Aku sudah memberinya pengetahuan caranya mengatasi hal alami yang terjadi pada wanita setiap bulannya. Ia sekarang sedang minum teh hangat untuk meredakan nyerinya dan membuatnya sedikit lebih nyaman.

Pria itu menghembuskan nafas lega. Ia menegakkan tubuhnya, mengusap dahnya yang berkeringat dengan punggung tangan. Ketika sadar putrinya tidak dalam bahaya sungguhan, sekali lagi di tatapnya Carlise dengan tajam dan menusuk. " Demi Tuhan, kalau begitu mengapa ribur-ribut mengenai hal itu? Mengapa dia tidak langsung memberi tahu aku apa yang telah terjadi padanya bukan malah berlari dan bersembunyi seperti itu?"

" Apakah anda tau cara mengatasi masalah bulanan wanita?apalagi itu terjadi untuk yang kali pertama nya menjadi wanita dewasa tuan__"
"Jack"
"Tuan jack. Tentunya ia malu dan ketakutan perubahan yang di alami tubuhnya selain takut akibat rasa nyeri yang di deritanya. Apalagi tanpa ada orang yang memberitahukan padanya jika suatu saat dia akan mengalami hal tersebut."
" Tapi itu gila aku tau tentang menstruasi wanita"
Untuk suatu alasan yang tidak ingin di kemukakan, tiba-tiba Carlise merasa panas dan terengah-engah. Ia mentertawakan dirinya sendiri karena sikap seperti remaja layaknya Faith. " Mungkin menurut anda gila tuan jack tapi bagi gadis seumurnya yang mudah terpengaruh dan peka rasanya pasti menghancurkan hati jika ia harus menunjukkan nya pada pria di depan semua orang di ruang rapat.
"Tapi aku ayahnya" balas pria itu ketidak sabarannya terhadap logika perempuan tampak jelas.
"Meskipun demikian kenyataannya Mr. Jack aku tau sulit bagi anda untuk memahami nya tapi coba tolong mengerti Faith sangat bingung ia takut anda akan marah padanya."

Pria itu mengumpat lirih dengan frustasi ia mengusap dagunya yang keras beberapa kali dengan satu tangan. Ia adalah seorang pria yang berusaha memahami sesuatu yang tidak perna di alaminya. Ketika menengadah menatap Carlise lagi, gadia itu melihat sesuatu yang melembutkan mata abu-abu pria laksana baja itu " kurasa aku bertindak berlebihan seperti Faith ".

Carlise melemparkan senyum tulus, "itu bisa di mengerti. Maafkan aku, tapi aku bertanya pada Faith tentang ibunya. Katanya baru-baru ini istri anda meninggal".
"Iya bukan istriku." Saat melihat wajah Carlise tiba-tiba pucat dan ekspresi nya yang tercengang pria itu memperjelas pernyataannya. "Ia memang istri ku saat Faith dilahirkan tapi segera sesudahnya kami bercerai. Sejak saat itu, Faith tinggal dengan ibunya. Gemma tewas dalam kecelakaan mobil beberapa bulan lalu dan Faith ikut denganku.". Mulutnya yang keras bergerak miring membentuk senyuman yang mencela diri sendiri." Jadi aku masih belajar menjadi seorang ayah". Carlise menunduk memandang kedua tangannya lalu kembali menatap pria itu dengan makh-malu. " Menjadi orangtua tunggal adalah oekerjaan yang tak membuat siapapun iri hati. Dengan situasi seprti ini, aku paham mengapa anda dan Faith harus saling menyesuaikan diri."

Mengapa Carlise bicara dengan begitu blak-blakan tentang topik yang amat sangat pribadi pada pria ini? Namun demikian, pria itulah yang memulainya bukan? Beranikah Carlise memberikan sebuah saran yang tidak diminta lagi?" Tolonglah ingat satu hal tidak ada yang lebih menjengkelkan, sensitif atau rapuh dibandingkan seorang gadis remaja."
Alis tebal pria itu melengkung turun diatas matanya yang sekarang berkilau nakal. " Kecuali seorang remaja lelaki yang mencoba merayu seorang gadis remaja". Bulu mata gelap sesaat menutupi mata biru carlise.pipinya yabgvtadinya pucat merona merah malu. Carlise menghindari tatapan pria itu yang telah menelaahnya dan memalingkan wajahnya kembali. Dengan serius ia berkata " Aku harus kembali ke atas, senang bertemu dengan mu Mr.jack.."
"Jack Morgan "
Jantungnya melonjak seluruh tubuhnya berguncang dengan getaran kecil mata Carlise beradu pandang dengan mata pria yang sedang menatapnya, Carlise gemetaran melihat ekspresi yang penuh kemenangan. " Benar Miss Maximilian. Akulah pemilik perusahaan ini dan aku orang yang ingin anda temui"

Soulmate (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang