chapter 25

143 12 0
                                    

Jack menggeleng dan mengencangkan genggaman jarinya di bahu Carlise. "Tidak, Carlise. Mengapa aku harus kuatir tentang bayaran seorang pengasuh anak?dengan segala yang ku punya aku bisa membayar pengasuh manapun tanpa harus mendapatkan yang gratisan"
"Masalahnya bukan uang. Masalahnya Faith menyukaiku. Kau tidak kuatir ketika harus meninggalkannya karena kau percaya aku bisa menjadi penggantimu."
"Memang benar aku senang kalian berdua berteman dengan sangat baik. Aku kan sudah bilang kau baik baginya dan aku sungguh-sungguh. Jika Faith membencimu atau sebaliknya, hubungan kita akan lebih sulit berkembang."
"Hubungan...?kau dan aku tidak punya hubungan. Kita tidak akan punya hubungan."
"Kenapa kau selalu melawan, Carlise?"Jack menggeleng menyayangkan. "Dengan resiko membuatmu lebih marah, aku akan memberitahumu bahwa aku sudah bertanya pada Hailey tentang dirimu. Tapi bukan dengan cara yang bisa membangkitkan kecurigaan dan mempermalukan dirimu" ia segera menambahkan ketika merasakan punggung Carlise menegang kaku.
"Aku ingin tahu tentang pria lain dalam hidupmu. Kata Hailey sudah banyak pria yang sudah mencoba mencairkan dirimu akan tetapi sejauh yang ia ketahui tidak ada yang berhasil. Bahkan Hailey yang menikah saja menceritakan mu dengan mimik muka sedih."
"Jangan konyol"
"Tuch kan? Inilah yang kubicarakan. Kenapa hal itu konyol bagimu?"
"Karena pria tidak memikirkanku dengan cara berlebihan seperti yang kau lakukan. Aku bukan tipe seperti itu."
Jack tersenyum lembut. "Oh, ya kau memang tipe yang bagaimana?kenapa kau tidak percaya bahwa aku benar menyukaimu apa adanya tanpa ada maksud tersembunyi apa-apa di belakang itu.
"Pertama kau menganggapku melakukan pelecehan seksual yang jelas-jelas itu kita lakukan tanpa paksaan. Sekarang kau pikir aku memanfaatkanmu untuk jadi pengasuh putriku. Itu tuduhan yang sangat menghina, Carlise."

Jack merangkulkan lengannya ke tubuh Carlise dan bergerak mendekat, merapatkan tubuh gadis itu dengan tubuhnya yang tidak mau menyerah. "Satu-satunya alasan aku ingin memanfaatkan mu adalah untuk memuaskan gairah yang kurasakan terhadapmu. Dan aku ingin kau juga memanfaatkan diriku dengan cara yang sama."
Sedetik, Carlise terperangkap dalam kekuatan rayuan mata kecoklatan Jack. Ia ingin percaya pria itu. Karena saat Jack pergi, dirinya merindukannya. Meskipun setiap kali mereka bertemu pasti lah bertengkar, akan tetapi semakin ia ingin mendengar suara Jack dalam hidupnya namun...ia menegakkan tubuhnya dan berkata dengan mantap "kita ini rekan bisnis"
"Ya, lalu...apa ada larangan tentang menjalin hubungan dengan partner bisnis yang mempunyai payudara yang indah di antara siapapun yang hadir di rapat tadi."
"Apa.."
"Tadi pagi aku memandangimu dari ujung meja rapat sementara seseorang mengoceh tentang sesuatu...aku sedang memikirkan bagaimana bentuk dadamu..."
"Jack...."teriak Carlise
"Payudaramu sangat indah"
"Jack!!"
"Penuh dan bulat kemarin.."
"Tolonglah... hentikan.."erang Carlise.
"Aku akan terus bicara seperti ini hingga kau menciumku.  Dan saat aku menyentuhmu..."

Carlise berjinjit dan mencium bibir Jack. Pria itu membuka mulut, menjelajahi mulut Carlise dengan erotis dan mendekap gadis itu sangat rapat dengan tubuhnya yang keras. Jack menciumnya dengan gairah yang dibiarkan meledak keluar setelah tidak terpuaskan kemarin"
Carlise tidak sedang memerangi batin hasrat yang ada di dalam dirinya melainkan membalas ciuman Jack sama bergairahnya. Ia menggeliat dalam pelukan Jack dan sentuhan tangan Jack di antara blazer dan blusnya, gadis itu mengeliat mengundang.
"Kita akan melanjutkan diskusi ini setelah kau jelaskan apa yang di maksudkan ayahmu tadi?"
Seperti di sadarkan Carlise melepaskan diri dari Jack dan menyelipkan rambutnya  yang agak berantakan akibat "perbuatan" mereka beberapa saat lalu.
Jack mendekati Carlise "aku menunggu penjelasan darimu, Miss Maximilian..?"

"Hmm...daddy dan temannya hendak melanjutkan hubungan mereka menjadi hubungan persaudaraan dengan menjodohkan kami anak-anaknya." Melihat reaksi Jack ia  segera ia melanjutkan "tapi aku tidak menyetujui ide itu dan diriku sudah membicarakannya dengan Gabriel akan tetapi ia masih tidak sependapat dengan diriku. Ia menerima ide kedua orang tua kami."Carlise berkata tanpa menatap ke arah Jack karena dirinya tahu Jack sedang menahan emosi saat mendengar penjelasannya.

"Jadi dia punya nama... Gabriel.."
"Gabriel Dawson Miller"terang Carlise
Jack berdecak karena ia tahu akan kebesaran nama Miller yang juga menguasai hampir pasaran di dunia bisnis.
"Ternyata sainganku berat juga. Ku kira ia hanyalah seorang yang bisa ku manipulasi agar kau tidak bersamanya."sambil mendekati Carlise dan memeluk kembali gadisnya.
Carlise memukul Jack dengan lembut "jadi kau akan membiarkan aku bersamanya?"
"Sepertinya ada yang tidak ingin jauh dari Jack Morgan"mengatakan dengan bangga
Carlise hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tingkat kepercayaan diri Jack.
"Bagaimana jika kita lanjutkan diskusi kita ini setelah aku menjemputmu nanti malam. Aku akan menyediakan steak dan anggur. Dan kau menyediakan makanan yang lain. Jam delapan?"
"Ya" jawabnya karena pada detik itu ia tak sanggup menolak Jack.
Jack berbisik menggerakkan mulutnya persis di samping telinga Carlise dan berbisik " aku sungguh-sungguh dengan ucapanku tentang payudaramu"

Carlise sedang memandang dirinya di depan cermin setelah membasahi dirinya di bawah pancuran shower tadi. Ia akui bentuk tubuhnya yang langsing merupakan berkah bagi kaum wanita dan ia tampak selalu terlihat lebih muda dari usia sebenarnya. Sepanjang hari ia merasa   gelisah menantikan makan malamnya dengan Jack. Pria itu masih belum sepenuhnya meyakinkan bahwa motifnya ingin merayu Carlise tidak ada hubungannya dengan pekerjaan atau putrinya. Akan tetapi sekarang dirinya sedang tersenyum memakai pakaian dalamnya. Apa mungkin Carlise menanti-nantikan di yakinkan lebih lanjut lagi?. Entah yang ada di pikiran nya sampai memilih pakaian yang menggoda untuk acara makan malam nanti. Ia memakai kamisol berenda hitam di balik celana panjangnya dengan atasan rajutan tangan. Warna pakaiannya kontras dengan warn kulitnya yang putih. Malam ini ia memutuskan tidak memikirkan apa yang akan terjadi di antara mereka melainkan melihat ke arah mana hubungan ini nantinya. Rambut Carlise ia biarkan mengering dengan sendirinya dan ia memakai anting-anting besarnya dan tercium aroma sabun bercampur parfum di tubuhnya. Setelah puas dengan yang di pakainya ia turun menuju dapur sambil menata salad dari kulkas ke dalam kotak, tak lupa mouse coklat yang sudah beku di gelasnya. Semuanya serba siap kecuali dirinya yang masih gelisah tentang makan malam ini. Ia terlonjak ketika mendengar suara mobil dan bunyi bel . Langkah kaki Betty terdengar ketika membukakan pintu di beranda depan. Kemudian ia mengatur nafasnya dan berharap rambutnya tidak berantakan karena tidak ia keringkan.

Carlise mendengar suara Betty berbicara dengan Jack ketika ia hendak keluar menghampiri ia mendengar samar-samar suara ibunya di iringi suara ayahnya yang menyusul.
"Siapa itu Betty?"
Sebelum Betty menjawab Simon menyela "itu Jack Morgan ia pasti mencari putri kita Carlise"
"Selamat malam Mr. dan Mrs. Maximilian " Jack menjabat tangan Simon penuh percaya diri.
Catherine menyambut salam dari Jack dengan ramah dan mempersilakan ia masuk ke ruang tamu.
"Kalian hendak kemana?"tanya Simon
"Hmmm.. karena kalian ada di sini, aku ingin minta ijin untuk mengajak putri kalian untuk makan malam bersama di rumahku". Catherine memandang Jack dengan heran seorang pria hanya mengajak putrinya keluar untuk makan malam di rumahnya.
"Mom...aku akan makan malam di rumahnya karena kita terlalu sering makan di luar selain itu putrinya Jack ingin makan masakan rumahan"jelas Carlise.

Kali ini yang mendadak terkejut mendengar penjelasan Carlise bukanlah Catherine melainkan Simon "Puteri?"
"Iya Mr. Maximilian. Aku mempunyai seorang putri kecil yang beranjak 12 tahun."dengan bangga
"Sepertinya putri kecil kita lupa menjelaskan itu pada ayahnya, sayang" ia mengarahkan mata tajamnya kepada Carlise yang tidak berani menatap mata ayahnya.
"Lebih baik kau sudah pulang sebelum jam 10,sayang" suara ibunya mencairkan suasana tegang di ruang tamu sambil mengecup pipi putrinya dan ia menarik tangan Simon menjauh dari sana karena suaminya seakan-akan ingin melarang putrinya melanjutkan acara mereka.

Carlise dan Jack berjalan menuju kearah rumah jack sepanjang jalan mereka hanya mengobrol biasa yang tak ada arahnya. Tibalah mereka di rumah Jack sambil Jack mempersiapkan makan malam, dengan tak bisa menahan Jack berkata "Kau tampak mengairahkan. Kalau di pikir-pikir ada ide yang lebih bagus baru saja mendarat di otakku. Ayo kita lewatkan makan malam kita dan aku akan mengaulimu sekarang, bagaimana?"
Carlise tertawa mendengar lelucon Jack yang ia tahu arah tujuannya dengan gelisah ia meletakan tangan di dasar tenggorokannya untuk menenangkan debaran nya. "Kau meneteskan sesuatu"
Jack menatap panci yang ada di tangannya "oopss, maaf" ia melewati Carlise menuju dapur. "Aku sudah meminta koki merendam steak ini dengan bumbu spesial nya" Jack meletakan panci aluminium dengan tutup foil di atas meja dapur dan juga memasukan kentang yang di bungkus foil kedalam oven.
Carlise memasukan mouse coklat yang tadi ia bawa ke dalam kulkas supaya tetap beku saat nanti mereka memakannya."
"Di mana Faith?" Ia berbalik setelah memasukan mouse.
"Aku disini. Carlise senangnya kau makan malam bersama kami di sini. Daddy memberitahukan tadi siang. Aku mengira daddy hanya bercanda dan di sinilah kau sekarang"sambil memeluk Carlise dengan semangat.
"Aku membuat mouse coklat buat kita nanti"
"Asyikk...."loncat kegirangan









Soulmate (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang