Carlise melakukan permintaan Jack, pria itu berguling ke samping sehingga mereka berbaring berhadapan di sofa. "Aku ingin kau mengenalku. Aku tidak berharap kita bercinta seperti orang asing"
Seolah-olah bisa merasakan keraguan Carlise, Jack menciumnya. Bibir Jack menyatu dengan bibir Carlise dalam ciuman yang saling menghisap kesadaran mereka. Dengan rasa percaya diri dan kekuatan Jack, Carlise mengesampingkan perasaan malunya dan membiarkan instingnya memimpin. Carlise menelusuri bulu dada Jack lalu naik mengelus telinga Jack dengan jari kemudian meraba turu hingga ke batang hidung Jack hingga mendarat di bibir bawah Jack.Jack menciumi ujung jari Carlise secara bergantian saat meluncur di atas bibirnya. Carlise mencium leher pria itu, dengan berani sambil mengagumi tonjolan misterius di balik kulitnya yang hangat.
"Oh, sayangku"Jack mengerang dan
memiringkan kepala Carlise ke belakang untuk menciumnya dengan gairah yang di bebaskan. Dengan tak sabar, Jack menggapai keliman atasan Carlise. Kedua tangannya yang penuh hasrat menariknya ke atas kepala Carlise dan melemparkannya. Ia menurunkan tali kamisol kanan dan menghujani ciuman nikmat lembab di bahu gadis itu. Mulutnya bergerak turun ke dada gadis itu dan lebih ke bawah dan terus ke bawah lagi.Tepat saat Carlise mengira Jack akan menyingkirkan kamisol seluruhnya, pria itu malah meratakan renda di atas payudaranya dan dengan lembut menariknya hingga melekat ketat di dadanya. Tatapan membara di mata Jack bagaikan api hidup saat pria itu menikmati dada Carlise yang menegang di balik renda hitamnya. Jack menatapnya intens seolah ia memotret Carlise dalam ingatannya. Lalu Jack menciumnya lidahnya menyapu dada Carlise hingga yang ada di balik renda itu semakin mengeras. Bibir Jack melingkupi dan meremasnya lembut. Secara refleks, Carlise menempelkan tubuhnya ke tubuh Jack dan merasakan gairah pria itu yang semakin membesar, dan tak sengaja menggesekkannya.
"Oh ya, Carlise cintaku. Ya"
Tangan Jack memegangi pinggul Carlise sementara tubuh mereka berdenyut bersama. Perlahan-lahan Jack menurunkan resleting celana panjang Carlise dan membukanya.
Ia menempelkan telapak tangannya di atas pusar Carlise dan membuat gerakan memutar dengan irama sensual. Jari-jarinya bergerak turun meraba kulit telanjang perut Carlise sehingga ia menemukan lingkar celana dalamnya yang berenda.Sentuhannya jauh lebih menghanyutkan walaupun ringan bagaikan bulu. Hawa panas tak tertahankan melingkupi Carlise saat ia merasakan rayuan Jack. Denyut jantungnya berdetak menggemuruh di setiap nadinya hingga ia menggeliatkan tubuhnya yang terkena sengatan yang sangat nikmat ini.
"Kau cantik" bisik Jack. Lalu ia menyentuh gadis itu dengan cara yang amat erotis dan terlarang sehingga Carlise membeku karena shock akan sentuhan Jack yang intim.
"Jack" pekiknya kaget, menjauhkan diri dari pria itu dengan kalut. Itu adalah reaksi yang mengungkapkan kenyataan yang mengejutkan keduanya. Jack mengangkat tubuhnya, mata cokelatnya menatap tajam mata Carlise yang lebar dan takut. Dirinya diam-diam bertanya apakah yang ada di dalam benaknya itu kenyataan yang mustahil adalah benar. "Carlise?" Katanya seraya membelai rambut Carlise yang tergerai, "apakah aku yang pertama?"Tak sanggup beradu pandang dengan tatapan Jack yang tajam, Carlise memejamkan matanya erat dan memalingkan kepala sehingga pipinya menekan bantalan sofa. "Apakah aku orang aneh. Aku berusaha memberitahumu bahwa aku tidak terbiasa seperti ini. Kau tidak mau percaya padaku."
Tersentuh dengan kejujuran Carlise, Jack mengangkat jarinya untuk mengusap pipi gadis itu seperti pada bayi dengan kelembutan seolah takut memberi rasa sakit tanpa disengaja. "Tidak, kau bukan orang aneh. Kau wanita spesial, begitu spesialnya sehingga aku merasa tersanjung dan benar-benar takjub olehmu"Carlise membuka matanya, tapi tidak berani menatap Jack. Ia tidak percaya pada apa yang didengarnya. Yang dibayangkannya adalah olokan atau bahkan mungkin tawaran. Ia tidak menduga suara pria itu lembut dan menghargai. "Jangan menganggap hal itu memiliki makna yang special" sanggah Carlise. "Itu hanya bearti aku yang belum menginginkannya terjadi."
Saat mendengar ucapan Carlise Jack barulah tertawa, suara nya hanya tertahan, tidak benar-benar keluar dari bibirnya lebih tepatnya terkikik dalam hati. "Kau adalah seorang perawan bukan hanya dalam satu hal saja, Carlise kau benar-benar polos dalam segala hal. Dan aku benar-benar senang. Aku tidak perlu mengusir para pria pergi menjauh darimu".
Carlise menemukan keberanian untuk menatap Jack. Sudut mulut pria itu terangkat membentuk senyum lembut. Matanya hangat saat menatap Carlise. "Kau masih menginginkanku?" Carlise tidak memikirkan bahwa pertanyaannya sangatlah tidak pas. Meskipun sebelumnya ia bersikukuh mereka tidak akan pernah menjadi kekasih, sekarang jawaban Jack terhadap pertanyaanya sangat penting.Jack memberikan ciuman ringan di bibir Carlise. "Aku menginginkanmu lebih besar dari sebelumnya. Begitu besar keinginanku sehingga sekarang aku menderita" ucapnya muram. "Tapi aku tidak akan pernah menyakitimu, Carlise. Aku tidak mau membuatmu tertekan dalam hal apapun. Malam ini, kau telah mengalami beberapa pergolakan emosi. Suasananya tidak cukup mendukung untuk bercinta. Bila waktunya tepat, kita berdua akan tahu. Aku selalu mengejar keinginanku, biasanya aku mendapatkannya. Tapi aku belajar darimu dan mendapati semakin lama aku harus menunggu sesuatu semakin aku menghargainya".
Jack menarik Carlise ke dalam posisi duduk, membantu gadis itu menutup resleting celana panjangnya dan memakaikan atasannya dari atas kepala sebelum melakukan itu ia menaikkan kamisol renda hitamnya terlebih dahulu. Saat ia mengancingkan kemejanya ia berkata, "weekend ini kau, Faith dan aku akan pergi berlibur"
"Apa?"
"Kita akan menjauh dari semuanya".
"Aku tidak bisa pergi ada banyak yang harus kulakukan."
"Apa yang akan kau lakukan selama weekend?tidak ada kan?Tidak ada alasan lagi kita akan pergi bersama. Bersiap-siaplah besok pagi-pagi sekali kita berangkat"
"Aku tidak ikut Jack"
"Ayo, sekarang aku antarkan kau pulang. Orangtuamu meminta kau pulang jam 10, aku tidak boleh meninggalkan kesan kurang baik bagi calon mertua."mulut Jack tersenyum membuat Carlise mengagumi senyumnya."Aku tidak ikut, Jack."
"Kami akan menjemputmu pukul tujuh. Dan jika kau belum bangun, aku akan masuk dan menyeretmu keluar"
"Aku tidak ikut, Jack"
"Kau terdengar seperti piringan hitam yang rusak".
Memang benar sepanjang perjalanan tadi ia mengucapkannya dan Jack mengabaikannya. Bahkan Jack tersenyum kemenangan setelah ia meminta ijin kepada orangtua nya dan di beri ijin. Tapi lebih tepatnya Mrs Maximilian yang memberi ijin untuk berlibur ke tempat peristirahatan yang berada di Pennsylvania sebelum Mr Maximilian menolak memberikan ijin padanya.
"Istirahat lah, Besok pagi aku jemput" sembari mencium pipi Carlise sekilas dan masuk ke mobil tanpa memberi kesempatan Carlise untuk menolaknya lagi.Carlise masuk kedalam setelah melihat mobil Jack keluar pintu pagar. "Apakah dia pria pilihanmu?"suara ayahnya bertanya
"Dad...kami masih tahap menjajaki"
"Kau yakin dengan pilihanmu, Carlise?ia bukanlah pria yang sendiri.. maksud ayah kau tau.. ia duda."terdengar suara cemas dan tak rela
"Lebih baik kau dengan Gabriel"
"Daddy...aku tidak mencintai Gabriel, ia hanya ku anggap saudara"tolaknya tegas.
"Setidaknya Gabriel bukanlah duda"agak meninggikan suara.
Catherine segera memegang tangan suaminya sambil menggeleng kepala berusaha menenangkan ketegangan antara ayah dan putrinya.
"Kau tau kenapa mom memberi ijin kepada Jack?"tanyanya pada Carlise
"Itu mom melihat cinta di matanya dan kau juga tertarik padanya bukan?"berusaha menyakinkan apa yang seorang ibu rasakan tentang perasaan putrinya.
"Catherine..."Simon tidak menyangka istrinya mendukung mereka.
"Simonnn...apakah kau tidak melihat mata Jack hanya tertuju pada putri kita?"di sana ada sinar yang sama ketika kau memandangku" berusaha memberi pengertian sambil mengelus tangan Simon.
"Status nya dan putrinya itu bukanlah halangan untuk cinta bukan? Apalagi ku lihat Jack pria yang sopan buktinya ia minta ijin pada kita dan yang terpenting ia memuja putri kita begitu juga putri kita" dengan senyumnya yang lembut dan bijak memberi ketenangan di hati suaminya yang gelisah dan resah takut hal itu menyakiti Carlise. Karena di mata Simon putrinya masih selalu kecil dan butuh perlindungan.Simon menatap putrinya "kau yakin dengan pilihanmu?Daddy hanya ingin yang terbaik untukmu, Carlise"
Carlise menghampiri dan memeluk ayahnya ia tau ayahnya selalu dan akan selalu melindunginya dari siapapun yang akan menyakitinya.
"Ada apa dengan suasana pelukan ini?kenapa kesannya mengharukan?" Suara Cherry membuat semua menoleh kearahnya.
"Kemarilah Cherry" Catherine merentangkan tangannya dan Cherry langsung memeluk mommy nya.
"Kami sedang membahas tentang kehidupan Carlise dan Jack"
"Ohh...jadi mom dan dad tau tentang Jack?"
"Kau tau tentang Jack?"ayahnya bertanya
"Duda beranak satu itu kan?Carlise sempat menceritakannya tapi....aawwh..aawww..."teriak Cherry kesakitan karena telingganya di tarik ayahnya
"Kau tahu dan tidak memberitahukan Daddy?"
"Dad... ampun...itu karena Carlise menyuruhku tidak menceritakannya ia ingin bilang sendiri sama Daddy" sambil memasang mata memelas.
Catherine menepuk tangan Simon dan berkata "Simon hentikan mengerjai putrimu. Atau kau akan merasakan akibatnya nanti malam"ancamnya
Dengan cepat Simon melepaskan jewerannya lalu memeluk istrinya "jangan begitu aku hanya sedikit kesal karena tidak tahu apa-apa tentang putri kita."berusaha membuat istrinya tidak marah. Kedua putrinya tertawa terkekeh-kekeh melihat ayahnya memohon ampun pada ibunya.Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (Complete)
RomanceSepasang kembar identik yang memiliki kisah cinta yang cukup membuat pusing orangtuanya. Terkadang cukup untuk mengelabuhi papanya saling bertukar posisi, ada kenakalan ada keisengan dan ada yang 1 menutupi kesalahan yang lainnya. Ikutilah kisah mer...