chapter 19

142 16 0
                                    

Gabriel menatap Cherry yang ada duduk di hadapannya. Gadis itu terlihat tidak ingin memperdulikan dirinya yang sedang di tatap oleh Gabriel. Ia menikmati makanannya dengan cepat. "Lebih baik kau makan, makanan yang ada di piringmu itu daripada melihatku"merasa risih di tatap oleh Gabriel padahal dirinya berusaha tidak perduli dengan tatapan pria itu tapi lama kelamaan ia  tidak tahan karena Gabriel tidak henti-hentinya menatap dirinya.

Gabriel tersenyum ketika akhirnya gadis mungilnya yang ditatapnya itu memberikan reaksi. Entah kenapa dirinya hanya ingin mendengar suara nya dan menarik perhatiannya. Gabrielpun menyentuh makanannya.
"Bagaimana Gabriel apakah masakan tantemu ini masih sama? Atau malah lebih istimewa lagi?"goda Simon.

"Masakan Tante Catherine selalu istimewa, sudah lama tidak menikmati nya makin lebih wow lagi..."puji Gabriel
"Pujianmu terlalu di buat-buat"Cherry menggumam dengan suara yang hampir tidak terdengar tapi itu terdengar di telinga Gabriel dan ia merasa menikmati akan reaksi Cherry terlintas dalam pikirannya "Tante apakah Cherry dan Carlise masih suka mengacaukan masakan Tante kalau di dapur?"
Suara gelak tawa om Simon dan istrinya terdengar di ruang makan itu setelah melihat reaksi Cherry yang menyumpal mulut Gabriel dengan paha ayam langsung ke mulutnya. "Daripada membicarakan yang tidak penting lebih baik kau makan saja bukan kah tujuan mu di sini adalah menikmati undangan makan malam. Mom?"
"Gabriel untuk yang satu itu tebakan mu salah. Mereka berdua sangat jago dalam memasak bahkan masakan mereka lebih disukai ayah mereka"
Sang suami di katakan begitu oleh istrinya lalu memeluk "ada yang cemburu... bagiku masakan istriku selalu nomer 1"
Catherine menepuk tangan suaminya yang melingkar di bahunya dan mengatakan cepat menyelesaikan makanan biar Betty bisa membereskan semua setelah mereka selesai.

Cherry segera bangkit minta ijin karena sudah selesai tapi ayahnya menghentikannya. "Kau mau kemana kita ngobrol dulu sebentar di ruang keluarga jangan asyik dengan kegiatanmu saja."
Karena tidak bisa menolak keinginan ayahnya akhirnya di sini lah ia duduk di sofa yang sama dengan Gabriel hanya saja mereka duduk di ujung sofa masing-masing. Sedangkan mom dan dad sedang asyik duduk di sofa sebrang mereka saling berpelukan menikmati musik dan anggur.
Cherry masih tidak nyaman dengan kehadiran Gabriel ia ingin cepat malam ini berlalu dan ia bisa kembali ke kamarnya yang aman dan nyaman daripada di sini. Dirinya tidak yakin dengan kesehatannya kalau itu berlangsung lebih lama lagi karena  berhubungan dengan hati dan jantungnya. Kehadiran Gabriel membuat semuanya tidak bekerja baik semua serba di pacu dengan cepat.

"Hentikan menatapku seperti itu, aku tidak nyaman jika kau seperti itu."
"Kenapa? Aku hanya melihat betapa teman masa kecilku ternyata sudah tumbuh jadi wanita yang cantik dulu kalian masih sangat....imut..."
"Tapi kita hidup di masa sekarang bukan masa lalu semua bisa berubah tidak sama lagi seperti saat kecil."
"Cherry kenapa kau terkesan tidak menyukai ku. Apakah ada yang salah? Kau terkesan marah padaku?"
Cherry reflek  hendak bangun dan  di tahan Gabriel. "Lepaskan aku. Itu hanya perasaanmu. Aku hanya ingin kembali ke kamarku, ku rasa sudah cukup menemanimu."di hempaskan tangannya dan minta ijin pada orangtuanya. Ayahnya ingin memberitahukan Cherry kurang sopan terhadap tamu tetapi istrinya menahan suaminya dengan menggelengkan kepala memberi isyarat biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka seolah tau bahwa ada sesuatu di antara mereka yang harus di selesaikan.

Gabriel mengikutinya dan menghalangi jalan Cherry yang hendak menaiki tangga. "Tolong geser aku mau ke atas!"
"Tidak sebelum kau katakan kenapa kau ketus padaku!"
"Tidak ada apa-apa. Sudah kukatakan kita bukan hidup di masa lalu jadi jangan bersikap seolah-olah kita bisa sama seperti masa kecil"berusaha menggeser Gabriel akan tetapi Gabriel tidak bergeser sedikitpun sambil menatap Cherry dengan dekat hembusan nafasnya pun terasa di telinga Cherry. Tanpa aba-aba bibir Gabriel memangut bibir Cherry  dan wanita itu merasa jantungnya berhenti berdetak. Karena tak dapat memejamkan mata, pandangannya menjadi kabur. Ia hampir tidak percaya Gabe menciumnya. Bibirnya kenyal dan melenakan seperti suaranya. Beberapa saat kemudian barulah Cherry bisa melepaskan diri. Ia melepaskan nafas yang di tahannya dan Gabriel memperdalam ciumannya. Pria itu semakin merapatkan tubuh hingga dadanya yang keras menghimpit payudara cherry. Perlahan ia membujuk Cherry membuka mulutnya, lalu menjelajahi nya dengan lidah. Cherry merasa seakan. Gabriel membangkitkan emosi tersembunyinya. Ia merasa dunia berputar karena aroma dan rasa pria itu.

Inilah pria yang telah ia cintainya selama enam tahun dan sekarang pria ini menciumnya seakan ia menginginkan nya. Mengingat itu kepala Cherry terasa ringan. Lengannya merayap ke bahu Gabriel, berpegangan dan pria itu melangkah masuk ke antara kakinya sambil terus membuainya dalam kenikmatan dengan mulutnya. Gabe menyelipkan tangan ke dalam kerah terbuka baju katun Cherry. Dan ia tidak ingin menghentikan Gabe saat tangan pria itu menangkap buah dadanya. Sudah lama ia merindukan sentuhan gabe. Ia sulit percaya betapa indah rasanya berada dalam pelukan pria itu.
Ibu jari Gabe bermain di payudaranya, penuh gairah cepat mendesak. Cherry menggeliat dalam dekapannya. Gabe mengerang dan menarik pinggul Cherry merapat. Ia membuat wanita itu merasa seksi. Cherry menginginkan dada telanjang Gabe menempel di dadanya. Ia menginginkan lebih dari itu. Gabe juga menginginkannya. Cherry dapat merasakannya dari ciuman pria itu dari cara ia memeluk. Gabe membuatnya ingin menyerahkan segalanya.
"Oh,  Carlise ..." Gabe menciumnya lagi lalu melepaskannya dan menyumpah diantara desahnya. Gabe menatapnya dengan ekspresi takjub yang seksi. Ia meletakkan ibu jarinya di antara bibir Cherry yang lembut lalu menggeser menjauh. Ia menggeleng-gelengkan kepala dan menyapu wajah dengan tangannya. "Aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Aku tidak mengira ..."
"Aku juga tidak," jawab Cherry cepat tak yakin apakah Gabe senang dengan kejadian tadi. Ia menunduk menghindari tatapan Gabe. Ia tidak yakin apakah ia ingin Gabe melihat betapa sakit dirinya. "Tak apa-apa" tambahnya. Cherry berbalik arah menaiki tangga tanpa melihat Gabe. Suara pria itu menghentikannya.
"Kau yakin kau tak apa-apa?" Sambil mengikutinya ke depan pintu kamarnya.
"Tentu saja"Cherry berusaha tenang dan masuk ke kamarnya. "Selamat malam". Setelah menutup pintu di belakangnya, Cherry bersandar dan menarik nafas menitikkan air matanya. Kepalanya terasa berputar dan tubuhnya gemetar kakinya melangkah menuju jendela membukanya dan menghirup udara malam yang dingin. Ia mengharapkan Gabriel suatu hari melihatnya, menginginkannya bahkan...agar suatu hari kelak Gabe mungkin mencintainya. Dada Cherry bergemuruh penuh harap ia menutup mata dan memeluk dirinya sendiri. Akankah itu terjadi?ia bertanya-tanya. Apakah ini akhir dari semua pertanyaannya?"
Gabriel menciumnya akhirnya keinginannya ia mengira Gabe melihat dirinya bukan Carlise akan tetapi ia tidak bisa mengabaikan kata yang keluar dari mulut pria itu meskipun samar-samar ia mendengar bukan dirinya yang ingin pria itu cium. Entah pria itu menyadarinya atau tidak tapi dirinya telah mendengar dan rasanya menyakitkan seperti enam tahun yang lalu hanya saja ini lebih menyakitkan karena Gabe tahu siapa yang di ciumnya akan tapi yang terucap tanpa sadar dari bibir gabe hanyalah wanita lain.

Update juga kisah Cherry setelah  kemarin-kemarin kisah Carlise. Semoga ceritanya bisa cepat selesai....
Oh ya keep stay at home ya....
Jangan lupa cuci tangan selalu, jaga kesehatan dan bersia semoga Corona ini cepat berlalu...
Ikutin terus ya cerita ku ini...,,,,,😘

Soulmate (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang