Carlise berjalan masuk ke dalam rumah dan asisten rumah tangga menyambutnya. "Tolong ambil kan minuman dingin buat tamuku, Betty dan tolong ajak mereka ke ruang tamu depan."pinta Carlise .
Betty mengganguk dan meminta Mr. Morgan mengikuti nya.
"Aku ingin ikut denganmu" kata Faith. Ia sudah mengikut di belakang Carlise menuju kamar tidurnya dan Faith terlihat tertarik dan antusias dengan kamar Carlise. Carlise tersenyum melihat Faith dan berkata "Oke, maukah kau bantu aku memilih pakaian yang harus di kenakan nanti"
"Benarkah?"lalu dengan bergegas ia ingin masuk menuju kamar tidur. Pada saat Carlise masuk ke kamar, Faith sudah membongkar isi lemari dan memilih-milih pakaian."ini" katanya sambil mengeluarkan sebuah pakaian yang masih ada label harganya. "Hmmm...bagaimana ya" Carlise terkesan keberatan karena pakaian yang di pilihkan Faith itu gaun yang agak terbuka dan banyak memperlihatkan kulitnya. Atas gaunnya ketat dan memiliki sepasang tali tipis kalau ia memakainya ia perlu menggenakan bra tanpa tali, bra silicon atau bahkan tanpa bra sama sekali. Garis pinggangnya rendah, roknya lebar ada renda yang mengelilingi sampai sebatas dengkul. Ini yang membuatnya tidak nyaman karena jika tertiup angin tak terbayangkan betapa malunya nanti. Dan ia tidak terbiasa memakai pakaian yang terbuka entah kenapa dan apa alasan teman-temannya menghadiahkan gaun itu padanya. Sampai sekarang gaun itu tak perna di sentuhnya dan dirinya hampir melupakan bahwa ia perna memiliki gaun seperti itu.
"Gaun ini indah"kata Faith.
"Iya tapi..."
"Ayolah, Carlise. Di pakai donk.."
Takut menyakiti perasaan Faith jika menolak padahal tadi ia yang meminta bantuannya untuk memilih pakaian. Akhirnya Carlise menyerah meskipun gaun itu sedikit terbuka dengan pakaian dalam yang nyaris tidak lengkap, biarlah ia mencoba setidaknya sekali dan ia pasti akan mengatakan pada temannya bahwa dirinya perna memakai gaun hadiah ini. Dan ia menyakinkan dirinya tidak memakai gaun itu bukan untuk memikat Mr. Morgan. Sementara Carlise mengganti pakaian Faith berbicara terus menerus. Carlise memandang dirinya di depan cermin gaunnya terlihat serasi dengan bentuk tubuhnya yang ramping, melekat dengan sempurna bagai kulit kedua. Ia menjepit rambutnya ke atas dengan sisir hiasan setelah mengikatnya rapi. Karena penasaran Faith mengesampingkan sopan santun dan langsung mengetuk dengan keras "aku masuk ya..."
"Tentu"jawab Carlise. "Ini bukan tipuan kamera kan..."Carlise melihat apa yang di maksud oleh Faith. Ia tersenyum melihat kebingungan yang tampak di wajah Faith. Carlise memeluknya sambil mengambil alih benda yang di pegang Faith tadi.
"Ini nyata, ia saudara kembarku. Kami waktu itu sedang iseng kebetulan memakai semua serba sama lalu kami mengabaikan nya. Banyak yang mengira itu adalah tipuan kamera karena tidak ad perbedaan yang terlihat pada foto ini."
"Hebat... kalian mirip sekali. Aku tidak bisa membedakannya dari foto ini. Apakah saudaramu ada di sini?maksudku tinggal disini?aku ingin melihatnya maukah kau mengenalkannya padaku juga?"
Faith memborong pertanyaan itu sekaigus Carlise tersenyum melihatnya. "Iya ia tinggal di sini juga, kapan-kapan akan ku kenalkan jika dia ada di rumah. Karena jam segini dirinya belum pulang dari kantor. Dan kita harus bergegas karena ayahmu sudah menunggu kita di bawah.". Faith langsung mengangguk dan ia memperhatikan Carlise dengan takjub ketika sedang memoleskan riasan. Gadis itu penasaran, usil dan suka ikut campur tapi membuat orang sayang padanya. Sepertinya Faith ingin berbicara dan mendengar pendapat seorang wanita terhadap penampilan nya dan kelihatannya ia merindukan melakukan hal itu, mungkin anak ini merindukan hal-hal semacam itu dengan ibunya.
Carlise memoleskan riasan tipis pada Faith dan menyemprotkan parfum Chanel pada tubuhnya. Anak itu sangat gembira dan Carlise tersentuh melihatnya karena hal sepele itu membuat gadis itu bahagia. Carlise menangkap kesan bahwa anak ini juga terlihat kagum pada ayahnya karena sebentar-sebentar ia selalu menyebut ayahnya mungkin itu menunjukan bahwa ia ingin dekat dengan ayahnya hanya saja takut untuk mengungkapkan keluar.Setelah selesai, mereka hendak turun tapi sebelumnya ia meminta Faith untuk merahasiakan apa yang tadi ia lihat di kamarnya. Karena dirinya belum ingin Mr. Morgan mengetahui bahwa ia memiliki kembaran biarkan itu menjadi kejutan jika ayahnya nanti tau. Faith menyetujui nya karena ia juga ingin mengetahui ekspresi ayahnya jika mengetahui nya sendiri. Mereka masuk ke ruang tamu dimana Jack menunggu tubuhnya bagaikan bayangan gelap di jendela karena sinar senja. Ketika mendengar suara mereka, ia berbalik. Pria itu membelalak lebar tanpa sembunyi-sembunyi memuji penampilan Carlise.
Terpaksa dirinya meredam dorongan untuk menutupi bahunya yang telanjang begitu juga dengan dadanya. "Kurasa kita sudah siap"ucap Carlise terdengar seperti remaja yang malu-malu hendak berkencan pertama kalinya.
"Rumahmu indah"cetus Jack.
"Rumah orang tuaku"ralat Carlise
"Dad jika kau pikir ruangan ini indah, kau belum lihat kamar tidurnya. Seperti kamar para princess dan kamar mandinya hebat ada bathtub. Kau harus melihatnya, Daddy"
Mata Jack menatap Carlise dan gadis itu menundukkan kepalanya karena malu karena ucapan yang terlontar dari mulut Jack "Mungkin nanti aku akan melihatnya"dengan nada merayu. "Kau bilang ingin makan dimana Faith?" Ia bertanya pada putrinya akan tetapi tidak memandangnya melainkan matanya tertuju pada Carlise.
"Pokoknya asyik dech. Mereka menghidangkan pizza, lasagna dan ada game elektronik di ruang belakang" promosi Faith
Itu menarik perhatian Jack dan ia tertawa terbahak-bahak."anakku kecanduan game komputer"katanya pada Carlise.
Carlise membalas senyumannya "kurasa semua orang juga akhir-akhir ini senang akan game"
"Apa kau keberatan?"tampangnya terlihat muram dan memohon maaf.
"Tentu tidak. Aku bahkan mungkin akan mencoba memainkan nya."
"Bagus! Ayo pergi, aku lapar"Faith menekankan kata lapar secara dramatis dan mereka semua tertawa.
Faith memasuki mobil duluan dan Jack melingkarkan lengan ke bahu Carlise dengan sopan menariknya merapat padanya " penampilanmu hari ini berbeda kau tampak menawan malam ini, Carlise" nafas yang berhembus di pipinya beraroma mint dan menyebabkan lehernya berdenyut sambil mengucapkan "terima kasih"nya terdengar benar-benar tidak alami.
"Aku suka bila kau menunjukkan lebih banyak kulitmu dan tanpa pakaian dalam hanya padaku" pernyataan blak-blakan itu mengubah sikap malu Carlise menjadi amarah. Ia menjauhkan diri dari pria itu."kau tidak boleh bicara padaku seperti itu"katanya berang
"Tentu saja boleh. Aku akan menjadi kekasihmu ingat?". Carlise baru akan membalas dengan pedas tapi Jack menyelanya "sisakan argumen itu untuk lain kali saat aku membuktikan dengan senang hati semua argunebmu sia-sia saja. Sekarang Faith sedang menunggu kita"
Carlise menepis lengan Jack yang ada di bahunya, tapi saat mereka mencapai mobil lengan pria itu masih disana. Carlise tidak sanggup meloloskan diri dari cengkraman pria itu.Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (Complete)
RomanceSepasang kembar identik yang memiliki kisah cinta yang cukup membuat pusing orangtuanya. Terkadang cukup untuk mengelabuhi papanya saling bertukar posisi, ada kenakalan ada keisengan dan ada yang 1 menutupi kesalahan yang lainnya. Ikutilah kisah mer...