Restoran yang di pilih Faith penuh,berisik dan padat seperti yang sudah di perkirakan Jack. Akan tetapi itu tidak menjadi halangan bagi Jack dengan menyelipkan selembar uang kertas sepuluh dollar pada pelayanan depan di sana membuat mereka tdak perlu mengantri dan memperoleh tempat yang jauh dari kebisingan dari suara di ruangan belakang. Setelah memesan Faith pergi untuk melihat-lihat permainan apa saja yang ada disana lalu kembali ke mejanya sambil menceritakan kepada ayahnya dan Carlise betapa banyak dan keren-keren semua game nya bahkan yang terbaru sekalipun. Semua tertawa melihat antusias Faith. Carlise menghindari beradu pandang dengan Jack jantungnya berdetak sangat kencang sehingga ia takut kalau-kalau terdengar oleh Jack. Karena menghindari tatapan mata Jack dirinya melihat kesekeliling ternyata mata para wanita yang ada disana tertuju pada Jack. Ya, siapa yang menolak melihat pria tampan yang ada dihadapan mereka bentuk tubuhnya yang kokoh, kuat berotot dan di tumbuhi bulu-bulu halus di lengan dan dadanya serta menampilkan aura jantan. Ia seperti pria idaman para wanita yang ada di film-film atau bahkan di novel. Tapi Carlise membalikan semua khayalan nya kepada realita jangan sampai terjebak dengan pesona yang di tampilkan oleh pria di hadapannya sekarang ini. Faith menikmati makanannya dengan mulut penuh dan mengucapkan kalimat "ku harap aku bisa secantik mu Carlise. Tidakkah menurutmu dia cantik,Daddy?".
Carlise tak sempat melihat reaksi Jack ataupun membalas tatapannya yang ia lakukan hanyalah tersedak dan terbatuk-batuk ketika mendengar kalimat yang meluncur begitu saja lalu ia menghirup udara. Ketika ia menutup mulutnya dengan serbet dan matanya yang berair beradu pandang dengan Jack yang terlihat berkilau jenaka seakan senang melihat reaksi wanita yang berada di sebrang mejanya.
"Setuju, dia sangat cantik"
Carlise menyeka air matanya " Tidak aku tidak cantik Faith. Diriku hanyalah wanita biasa dan simpel" sambil tersenyum.
"Kau sangat cantik! Aku ingin sepertimu tapi daddy malah menyuruh ku memakai kacamata di banding dengan lensa kontak. Menurutnya aku masih terlalu muda. Apa pendapatmu Carlise?"
Carlise sambil mendekat ke arah Faith "akan ku beritahu apa yang di lakukan oleh orangtuaku. Mereka memperbolehkan ku memakai lensa kontak setelah kawat gigiku lepas"
Mata Faith melebar ketika mendengar cerita Carlise "kawat gigi?"
"Ya, aku memakai sampai 4 tahun dan berkacamata"sembari tertawa.
"Hingga sekarangpun terkadang aku masih mengenakan kacamata sesekali ketika membaca karena memakai lensa kontak terus menerus membuat mataku kering dan kurang nyaman"
"Tapi kau pasti tidak tampak culun atau bodoh walaupun memakai kacamata, tidak seperti aku"ucapnya menunjukan rasa kurang percaya dirinya sambil mengaduk-aduk piring nya yang hampir kosong.
"Kau tau Faith kau juga cantik, hanya saja kau masih belum melihatnya. Coba kau lihat anak remaja di sana yang berdiri di sebelah mesin game itu. Aku rasa dari tadi ia memikirkan cara ingin mengajak mu bermain hanya saja terlalu malu karena dirimu bersama daddy mu."
Faith melihat ke arah yang di tunjuk Carlise padanya dan benar ada seorang pria seumuran sedang memandangi nya dan menjadi salah tingkah setelah Faith memandangi nya.
"Coba kau datangi dan mengajaknya berteman"
Mata Faith menatap ayahnya seolah meminta ijin padanya. Jackpun mengangguk dan Faith tidak menyia-nyiakan langsung berjalan kesana. Ekspresi Jack lembut setengah tersenyum penuh rahasia sembari mengangkat gelas anggurnya dan meminta Carlise melakukan hal yang sama sambil menggerakkan mulutnya membentuk ucapan "terima kasih" dan memberi tos gelas.
Carlise menembak minuman anggur itu sekaligus hingga tengorokannya terasa panas sehingga dirinya tak menyadari elusan jari Jack yang hampir tak terlihat. Carlise berusaha mengendalikan dirinya kembali normal karena dirinya dari citra seperti seorang perawan yang polos yang terbuai oleh pria yang selalu mendapatkan keinginannya. Carlise yakin Jack terlatih memainkan emosi wanita. Tidak diragukan lagi dengan cara Jack yang menebar pesona.Carlise berusaha tidak menunjukan emosi yang tidak berlebihan sambil menunggu Faith kembali dari permainannya.
"Kau tak perlu bersikap seoery ini, kau tahu?" Ucapnya lirih
"seperti apa?"tanyanya membela diri.
"Sangat tegang, hati-hati, waspada. Padahal aku tidak akan merobek bajumu dan menggauli mu di atas meja ini"membentuk seringai nakal dan ia mengerling "setidaknya tidak pada kali pertama ..."
"Mr Morgan..."
"Oke...oke, maafkan aku. Kau sangat gugup. Tidak bisakah kau bergurau?"
"Ku pikir itu tidaklah lucu"
"Kalau begitu aku akan berusaha menemukan sesuatu yang membuatmu geli"
"Biasanya selera humorku cukup baik, tapi kau membuatku defensif karena apa yang terjadi sore ini dan.."
"Dan?" Jack ingin mendengar kelanjutannya
"Dan hal-hal yang kau katakan"Ketika Jack tidak merespon, Carlise mengangkat matanya yang memandang Jack dengan hati-hati. Pria itu terlihat merenung "jika aku menginginkan sesuatu, aku cenderung mengejarnya dengan kekuatan penuh dan tidak memperdulikan apapun. Maafkan aku, diriku menginginkan mu
Kau tau itu. Mungkin aku terlalu mendesak hingga kini tanpa sadar betapa tidak senonohnya diriku menurut pandangan mu. Aku berjanji akan lebih memberimu ruang untuk bernafas. Setelah mendengar ucapan Jack yang lembut, Carlise merasakan otot-otot nya mengendur dan pertahanan dirinya mulai runtuh.
"Ceritakan padaku tentang dirimu."
"Aku hanyalah wanita biasa yang mempunyai adik perempuan dan kami tinggal bersama orangtua kami. Ini sangatlah jarang di lakukan oleh orang-orang jaman sekarang ini"
"Benar, sekarang ini mereka lebih memilih tinggal sendiri jauh dari pengawasan orang tua" potong Jack
"Begitulah kehidupan ku yang biasa saja "
"Kau membuatku bergairah"
Hasrat membara yang ia lihat di mata pria itu menegaskan pernyataan nya.
"Tapi untuk membuktikan bahwa diriku bukanlah pria mesum seperti anggapanmu, aku akan menceritakan padamu lebih dari yang ingin kau dengar tentang diriku". Jack menyesap kopi yang tadi mereka pesan setelah makan malam tadi sambil melihat Faith memastikan putrinya masih bermain disana lalu berbicara " aku menjalani masa remaja yang terbilang cukup liar tapi tidak menggangu pendidikanku dan aku di harapkan menikah dengan wanita yang sepadan dan aku melakukannya."
"Diriku menjalani pernikahan yang sudah di tentukan.kami berdua tidak mengetahui siapa yang lebih mengalami kesengsaraan paling besar karena antara aku dan istriku tidak lah memiliki cinta satu sama lain."
Sambil mengingat masa lalu Jack pun melanjutkan "satu hal yang membuat kami bahagia hanyalah kehadiran Faith di antara kami. Tapi perselisihan kita terus ada walaupun kehadiran Faith yang selalu membuat kita bahagia. Hingga akhirnya istriku mengajukan perceraian dan hak asuh anak."
Carlise membiarkan Jack menceritakan kisahnya tanpa menyela hanya mendengarkan dengan baik. "Dia membesarkan Faith dan aku membangun perusahaan besar ayahku hingga menjadi besar. Ketika ibu Faith meninggal karena kecelakaan, Faith dan aku yang hanya berhubungan setiap akhir pekan yang singkat harus menyesuaikan diri satu sama lainnya"sambil menghela nafas "jadi itulah kisah ku...kehidupan seorang konglomerat dan cinta Jack Morgan"
"Bagaimana istrimu maksud ku bukan fisiknya?"ralat Carlise dengan cepat takut Jack salah mengerti.
"Aku tidak bisa mengatakan bahwa ia bukan ibu yang baik karena secara aku juga bukanlah ayah yang baik. Tapi aku merasa ia tidak lah menyadari perasaan rendah diri Faith atau meyakinkan Faith seperti yang telah kau lakukan padanya tadi. Dan aku berterima kasih untuk itu."
"Aku hanya mengatakan apa yang benar, putrimu benar-benar cantik" dengan tulus mengatakannya.
"Ayo kita pulang...aku ingin ice cream" tiba-tiba suara Faith memutuskan pandangan mereka berdua.
Malam ini terasa panjang dan aneh karena sejak meninggalkan restoran tangan Jack melinggkar posesif padanya. Sentuhan pria itu ringan tapi kehangatan nya menjalar ke seluruh tubuhnya. Sambil mengantri ice cream Carlise mendengar Faith berbicara tentang pilihan ice yg ingin dia makan akan tetapi Carlise tidak begitu fokus dengan apa yang di hicarakn Faith ketika tangan Jack meluncur turun ke kulit punggungnya yang telanjang. Dengan jari telunjuknya ia menelusuri pinggiran bordir di bagian atas gaun Carlise, perasaan lemas yang menjalar ke lengan dan kaki carlise.
"Bagaimana pendapatmu?"
Carlise merasa meleleh di bawah tatapan Jack tenggorokannya serasa kering dan jantungnya berdetak tidak beraturan. Mata dan bibirnya sekarang terlihat sensual di mata Jack . Carlise berusaha mencerna kalimat yang Jack lontarkan "aku memilih ice cream choco chip"
Mata Jack bergerak turun ke bibir Carlise yang merekah dan gemetar saat mengambil nafas pendek dan cepat
"Aku ingin mencicipinya"
Jack tidak mengacu pada ice cream dan mereka berdua mengetahui nya kemana arah obrolan itu. Gairah Jack terpancar seolah akan membakar mereka berdua secara perlahan Carlise menjauhkan dirinya dari sentuhan posesif Jack.
"Bolehkan aku mencicipinya" kali ini bukan Jack tapi Faith yang melontarkan kalimat itu. Carlise membiarkan Faith mencobanya.
"Kurasa ini sudah malam, dan kau harus tidur Faith. Dan dad mengantarkan Carlise pulang" seru ayahnya. Faith memberi ciuman perpisahan setelah mereka sampai di rumah Jack. Obrolan ringan mengiringi perjalanan pulang menuju rumah Carlise.Bersambung
Hehehe... Apa yang akan terjadi dengan mereka?? Akankah ada percikan gairah yang panas dan bergelora?? Ikutin terus ya kelanjutannya,,,
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate (Complete)
RomansaSepasang kembar identik yang memiliki kisah cinta yang cukup membuat pusing orangtuanya. Terkadang cukup untuk mengelabuhi papanya saling bertukar posisi, ada kenakalan ada keisengan dan ada yang 1 menutupi kesalahan yang lainnya. Ikutilah kisah mer...