chapter 16

144 13 0
                                    

Obrolan dan tawa ringan mereka  memenuhi mobil, tapi terganggu dengan kilat petir yang menyilaukan dan gemuruh yang mengikutinya. Setelah itu kaca depan mobil di basahi tetesan hujan. "Kurasa inilah yang menyebabkan cuaca panas belakangan ini"
"Kurasa begitu"seru Carlise . Tiba-tiba suara angin AC mobil menjadi nyata dalam kesunyian yang mengikuti setiap gemuruh geledek. Jantung Carlise berdebar kencang karena ia sadar pria itu berdekatan dengannya. Secara naluriah, ia tahu pria itu juga sama-sama menyadari dan kesadaran itu terasa bagaikan selimut yang menyelimuti mereka dan mereka tiba di pekarangan rumah carlise.
"Terima kasih makan malamnya hari ini" sambil menggapai pegangan pintu mobil. Tangan Jack terulur mencengkram pergelangan tangan Carlise " aku tidak pernah gagal mengantarkan seorang gadis ke pintu rumahnya, terutama saat ada badai seperti ini. Tetaplah disitu."
Ia keluar dari mobil dan membuka pintu di sisi Carlise sebelum gadis itu sempat mengatasi situasi dan memikirkan rencana penolakan dalam benaknya. Dengan bimbingan mantap tangan Jack di punggungnya yang mungil, merapatkan tubuh mereka di bawah naungan payung.
"Selamat malam" saat hendak masuk ke dalam dan meraih pegangan pintu, Jack sudah berhasil menyudutkannya ke dinding menghalangi jalan keluar apapun dengan menempelkan kedua telapak tangannya ke samping kepala Carlise .

Nafas Carlise pendek dan singkat akibat kedekatannya dengan Jack, tapi ia berusaha bicara dengan tegas " Mr Morgan, kita sudah memerankan adegan ini tadi dan aku mulai muak. Saat itu aku bilang padamu dan sekarang akan ku beritahukan la...."
Tanpa menunda lagi Jack melumat bibir Carlise dengan mulutnya. Semua pengendalian diri yang di tahan Jack sepanjang sore tadi sampai sekarang nihil. Karena tidak lagi coba-coba, tidak lagi ragu dan tidak sabar Jack tidak ingin menerima penolakan. Bibirnya membuka di atas bibir Carlise dan mustahil bagi gadis itu untuk tetap diam karena setiap sel tubuhnya menggelora. Kulitnya berdesir gairah saat kedua tangan Jack memegangi lengannya menjalar naik dengan gerakan sensual. Pria itu mengelus bahu Carlise, sebelum menggerakkan kedua tangannya lagi untuk memegang wajahnya. Sembari memegangi kepala Carlise agar tidak bergerak-gerak dengan tekanan kecil telapak tangannya, mulut Jack membujuk mulut Carlise agar terbuka dan ikut membalas "jangan menahan diri, Carlise "katanya di bibir gadis itu. Tahu dirinya bukanlah ahli dalam hal yang baru ini Carlise hanya menerima kehangatan bibir jack.

Bibir pria itu menjadi sepanas api yang membakarnya. Jack mencium lembut dalam menuntut dan penuh kuasa. Carlise memberi respon yang tidak di sangka oleh Jack sehingga ia merasa dirinya mengerang. Jack melepaskan bibirnya dari bibir gadis itu lalu menjelajahi kulit lembut di bawah telinganya. Rambut Carlise diselipkannya di balik telinga gadis itu. "Carlise,..Carlise tidakkah kau merasakan bahwa dirimu wanita yang menggairahkan?"
"Jack..Mr Morgan.."
"Jack"
"Jack, tolonglah..aku tidak mau kau melakukan ini"
"Ya kau mau"
Ya, ia juga menginginkannya, bibir Jack menyelusuri sepanjang tulang selangkanya. Carlise merasakan kemauannya untuk ia lingkari di leher Jack untuk menopang tubuhnya. Ia menywrah pada dorongan yang telah melandanya sejak pertama kali melihat pria itu. Disentuhnya rambut gelap jackyang emljngkar di kerah dan helaian rambut keperakan di pelipisnya.
Carlise tidak menyadari sepenuhnya kapan Jack menurunkan tali bahu gaunnya, tapi ia tidak perna melupakan saat jari-jari Jack mulai mengusap kulit dadanya yang hangat.

"Aku tahu menyentuh mu akan terasa seperti ini. Jika khayalan itu memang nyata, aku pasti sudah bercinta denganmu berkali-kali" kata-kata cinta yang di bisikan Jack terasa memalukan tapi membuatnya merasakan di puji. Tapi bagaimana jika kata-kata itu hanya di ucapkan nya pada setiap wanita yang dia temui?bagaimana jika Jack mengucapkannya sekarang dan melupakan keesokannya?

Apa yang terlintas dalam pikiran Carlise semuanya hilang ketika bibir Jack meninggalkan lekukan di bahu Carlise dan kembali pada bibirnya. Mulut dan hidung mereka menempel saat mereka menahan diri hingga serempak mereka saling mencium dengan haus. Kedua tangan Jack melepaskan tangan Carlise dari lehernya dan membawanya ke pinggangnya hingga jari-jarinya mengagumi kekokohan tubuh jack. Aroma cologne nya bergabung dengan aroma jantan Jack.
"Carlise"
"Hmm."
Jack mengangkat sebelah tangan Carlise sambil memalingkan kepalanya menekan bibirnya ke telapak tangan Carlise dengan lembut. "Jack"
Carlise menahan nafas pelan ketika merasakan lidah Jack membasahi kulitnya yang lembut.
"Carlise mari kita saling menyentuh" sebelum memahami maksud Jack pria itu menyusupkan tangan gadis itu di antara kancing kemejanya dan menekan kulitnya yang hangat dan si tumbuhi bulu-bulu. Merasakan pria itu dengan ujung jarinya sesaat membuat kesadaran Carlise lenyap. Setelah terlambat baginya untuk menolak, barulah ia sadar Jack telah membuka kancing atas gaunnya yang memang ketat dan berpotongan rendah dan memenuhi kepadatan dadanya.
Protes yang ada di benaknya berubah menjadi desahan kenikmatan pada saat tali gaunnya yang sudah melorot ke lengannya diturunkan lebih ke bawah lagi dan telapak Jack melingkupinya. Dan lelaki itu mengagumi bentuknya yang kencang lalu coba menggodanya.
"Oh, tidak" Carlise yang di penuhi gairah yang selama ini dia pikir hanya dalam dunia khayalan, rebah ke tubuh Jack dan membenamkan wajahnya di antara bahu dan dada pria itu.
"Carlise, sayangku pandanglah aku"
"Tidak" Carlise menggeleng, karena jika ia memandang pria itu ia akan terkena. Dan dengan melakukan itu dirinya kalah dengan gairahnya Jack sanggup dan telah merayunya.
"Pandanglah aku, please"
Carlise mengangkat kepala akan tetapi matanya terpejam karena emosi yang tidak bisa disebutkannya.
"Cium aku"kata Jack
Entah kemana dengan keraguan yang tadi melandanya Carlise lalu mendekatkan bibirnya pada bibir Jack.
"Oh, Tuhan" cetus Jack serak menjauhi Carlise. Lama ia menatap beranda di bawah kakinya sebelum memandang gadis itu dengan gejolak di dadanya. Dengan kelembutan dan kesopanan yang biasa di lakukan orang pada wanita, Jack menaikan kembali tali gaun Carlise.
"Jika aku tidak pergi sekarang, aku tidak akan sanggup menepati janjiku agar tidak tergesa-gesa". Kedua tangannya terangkat naik sekali lagi untuk memegangi wajah Carlise. "Tapi, ya Tuhan kau terasa nikmat"
Jack menciumnya dengan kelembutan yang menyiksa, menyentuhkan lidahnya keujung lidah Carlise. "Selamat malam, cintaku"katanya. Lalu ia pergi lenyap di dalam kegelapan malam di bawah hujan.

Carlise masuk dan bersiap-siap tidur dalam keadaan merenungkan kejadian yang baru saja terjadi. Jack tidak berniat memanfaatkannya, Jack menyukainya apa adanya, bukan karena apa yang di lakukan pria itu secara seksual akan tetapi jika seandainya pria itu bermaksud memanfaatkan nya pastilah pria itu tidak akan meninggal dirinya malam ini.
Bergumul dengan pikirannya sendiri sembari berpikir Jack berjanji merayu Carlise tapi itu adalah rayuan yang di rencanakan untuk melatih kemahiran bahkan mungkin...cinta?mendengar dirinya berpikir cinta ia merinding. Jack memang menyebut dirinya adalah cintanya tapi dengan ungkapan itu saja bisa hanyalah ungkapan sayang karena orang sering berpura-pura mengatakan cinta tapi hanya sebagai alat memanipulasi pikiran manusia. Tapi akankah Jack sekejam itu, akhirnya ia menyerah dengan pikirannya dengan berbaring mengistirahatkan dirinya.

Bersambung

Ternyata menulis itu lumayan menguras imajinasi,😚😆 semoga aku bisa menyelesaikannya dengan baik dan menyentuh kalian. Terus membaca ya sampai akhir....dan tolong di vote yaaa...😍

Soulmate (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang