chapter 24

128 12 0
                                    

Carlise menuruni tangga menuju ruang makan. "Pagi" sambil mencium pipi mom dan dad kemudian menyentuh bahu Cherry, dan duduk di sampingnya. Ia mengambil sepotong roti dan mengolesi selai di atasnya. "Dad semalam Hailey memberitahu bahwa akan ada rapat dengan Morgan company entah ada apalagi dengan kerjasama itu. Pihak Morgan tidak ingin di wakilkan oleh Brian. Jadi.....bagaimana jika dad menghadiri rapatnya."dengan ekspresi memohon.
"Bukankah kerjasama itu sudah berjalan dan tidak ada masalah dengan kontraknya?"sambil mengunyah makanan
"Habiskan dulu makanan yang di mulutku itu sayang. Kau tahu kan jika makan dengan mulut penuh makanan?"memandang suaminya dengan tatapan mata yang tajam sambil memegang pisau selai.
Simon langsung menyambar gelas yang ada di hadapannya dan meminum dengan sekali tegukan. Ia segera mengosongkan isi dalam mulutnya. Ia tidak suka membuat istrinya marah kepadanya jika Catherine sudah mengingatkan apa yang sudah menjadi ketidaksukaannya jika di meja makan. "Kenapa dengan mendadak ingin mengadakan rapat jika setelah beberapa bulan ini tidak ada keluhan?"
"Makanya dad...bagaimana jika Daddy menghadiri rapat itu bersamaku.ayoo lahhh...dad..temenin aku yaa...yaa..yaa..."sambil menghampiri dan memeluk ayahnya.

Catherine melihat tingkah putrinya yang satu ini menggelengkan kepalanya. Cherry ikutan menggeleng melihat tingkah kakaknya. "Carlise sepertinya kau sedang menghindari seseorang"celetuk Cherry spontan membuat Carlise salah tingkah.
"Aku tidak menghindari siapapun. Aku hanya ingin mengajak Daddy karena Daddy jago dalam perundingan jikalau nanti pihak mereka melakukan tindakan macam-macam Daddy bisa menolak, betul kan, dad?"meminta dukungan.

"Baiklah Daddy ikut denganmu. Sekalian sudah lama dad tidak menghadiri rapat."jawaban itu langsung mendapat pelukan dan ciuman dari Carlise yang kegirangan setelah mendengar jawaban ayahnya.

Sekelompok orang duduk mengitari meja rapat yang panjang dan lebar di ruangan dekat dengan kantor Jack. Kecemasan menghiasi wajah mereka karena mereka tidak tahu maksud dan tujuan atasannya mengadakan rapat mendadak ini bahkan sampai mengundang rekan bisnis yang sekarang juga hadir di meja yang sama dengan mereka duduki sekarang ini. Dalam masing-masing benak mereka apakah mereka ada melakukan kesalahan yang fatal? Jack melintasi pintu dan langsung duduk di kepala meja dan tidak ada seorangpun yang berani mendekatinya. Carlise mengarahkan pandangannya ke sudut ruangan meskipun dari sudut matanya ia melihat pakaian Jack dan agak sedikit terkejut. Ia mengira Jack akan mengenakan pakaian setelan formal akan tetapi sebaliknya pria itu mengenakan pakaian jeans yang di padu dengan kemeja sporty. Warna kemeja yang kuning sangat kontras dengan warna kulit dan jeans serta menunjukkan otot keras yang sudah di kenal Carlise dengan amat baik. Carlise menelan ludah karena tenggorokannya terasa kering.
"Selamat pagi Mr Morgan"suara itu berasal dari Simon Maximilian. Jack melihat sekilas ke arah Carlise dan mengarahkan pandangannya ke suara yang menyapanya.
"Pagi Mr Maximillan, aku tidak menyangka bahwa anda akan turut hadir dalam rapat ini"sambil menjabat tangan Simon.
"Hahaha ...karena rapat yang mendadak ini putriku menginginkanku menemaninya takut kalau-kalau ada sesuatu yang salah dengan kerjasama ini. Lagian sudah lama aku tidak menghadiri rapat. Jadi tidak ada salahnya kan pria tua ini ikut menghadiri dan melihat jalannya rapat ini?"
"Sama sekali tidak keberatan Mr Maximillan dan anda tidaklah pria tua. Kurasa putri anda terlalu berlebihan"
Carlise berusaha menghindar dari tatapan Jack dengan sembunyi di balik ayahnya.
"Kita hanya punya sedikit masalah"katanya sambil membanting berkas tebal ke permukaan meja yang mengkilat. Tidak ada yang bergerak.
"Kita terlalu menghasilkan terlalu banyak uang"
Semua mata menatap Jack dengan ketidak percayaan terlihat di setiap wajah mereka masing-masing menegaskan bahwa yang di dengarnya tidak salah, semua kepala berpaling kepada pria yang duduk di ujung meja. Jack tersenyum dan tawa lega gelisah berderai di ruangan itu. "Terimakasih pada kalian semua kerjasama ini sukses mendapatkan laba besar yang siap di terkam. Aku sedang mencari jalan menghabiskan uang itu"sambil memainkan pulpen yang ada di jemarinya sambil bersandar "ayo, semua kreatif menyatakan ide"
" Apa maksud anda cara lain menghabiskan uang itu?"tanya direktur operasional malu-malu.
"Ya, pesan apa pun yang kau inginkan. Bersikaplah boros"
Direktur personalia yang terkenal akan selera humornya berkata " kamu semua tidak keberatan jika naik gaji"
Semua tertawa termasuk Jack dan Simon. "Tentu saja kalian semua naik gaji lima belas persen" mereka semua menahan nafas kemudian di ikuti dengan tepuk tangan spontan. "Dan naikkan upah minimum juga. Aku ingin anak-anak yang sudah bekerja keras di proyek ini mendapat bayaran lebih."
"Ya,sir" mereka semua meninggalkan ruang rapat setelah mendapat instruksi dari Jack.
Carlise amat lega karena Jack mengabaikannya sejak memulai rapat. Akan tetapi setelah rapat berakhir mata pria itu kembali menatapnya. Itu membuat Carlise menjadi salah tingkah.
"Selamat atas kesuksesan kerjasama kita anak muda. Kau tahu cara menghargai hasil kerja keras orang yang terlibat. Aku kagum padamu."sambil menghampiri Jack dan menyalaminya bangga.
"Akan tetapi untuk apa kau menginginkan rapat dengan pihak kami padahal bisa kau sampaikan saja melalui telepon?"seru Simon.
"Itu hanya alasanku saja Mr. Maximilian untuk bertemu dengan putri anda"menatap langsung kearah Carlise.
Simon balik menatap putri nya yang menjadi gugup di tatap ayahnya dan Jack.

"Mr. Maximilian boleh kah aku minta ijin untuk menjalin hubungan dengan putri anda?"langsung pada tujuannya
Simon balik menatap Jack "sepertinya ada sesuatu di antara kalian. Tapi sayangnya anak muda anda sedikit terlambat, putriku ini sedang dalam masa perjodohan dengan putra sahabat ku.".
"Daddy...."Carlise menjadi salah tingkah atas jawaban dadakan ayahnya dan Jack. Apalagi Jack menatapnya dengan amarah yang tertahan.

"Hahahaha....tenang Jack boleh aku memangil mu Jack?"sambil menepuk pundak Jack Morgan. Yang di tepuk hanya mengangguk tanpa melepaskan tatapan matanya kearah Carlise.
"Putriku ini belum menyetujuinya jadi sampai saat ini masih menunggu keputusan darinya dan aku menginginkan yang terbaik untuknya."sambil mengelus kepala Carlise.

"Mr. Maximilian bolehkah aku membawa putri anda untuk berbicara?"
Carlise menggeleng kan kepala agar ayahnya tidak menyetujuinya. "Sepertinya ada yang harus kalian selesaikan. Daddy pulang lebih dulu ya, princess"sambil mencium kepala putrinya
"Sampai nanti di rumah. Ada yang harus kau ceritakan nanti pada dad nanti."bisiknya pelan sembari memeluknya.
Carlise diam membisu setelah ayahnya meninggalkan mereka. Ia melangkah hendak keluar tapi belum tiga langkah tubuhnya sudah di putar menghadap Jack. "Oke, Carlise ini sudah cukup jauh. Apa maksudmu dengan pernyataan membingungkan tentang pengasuh anak kemarin malam sebelum kau menyelinap keluar dengan terburu-buru dengan cara pengecut?"
"Aku tidak menyelinap keluar?"balasnya berapi-api ."dan aku bukan pengecut".
"Oh, ya?apa istilahnya yang menggunakan anak untuk membebaskan diri dari situasi kalau bukan tindakan pengecut?"
"Jangan bicara padaku mengenai memanfaatkan seseorang Mr. Morgan. Aku bisa mempelajarinya darimu".
"Demi Tuhan, apa maksud ucapanmu itu?"
"Pura-pura tidak tahu. Menggunakan pujian dan ciuman untuk mendapatkan seorang pengasuh anak gratis" Nach..sudah Carlise katakan ia mengangkat dagunya penuh kemenangan. Tapi kemenangan itu berumur pendek karena Jack tertawa terbahak-bahak. Ketika akhirnya tawanya mereda, ia menatap Carlise dan berkata sambil menahan geli "kau mempunyai pandangan yang amat rendah terhadap dirimu sendiri. Seorang pengasuh anak gratis? Apa kau pikir aku menginginkanmu seperti itu?"
"Bukan begitu?" Tanyanya dengan angkuh.

Bersambung



Soulmate (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang