chapter 33

144 15 0
                                    

Jack bermaksud mengejar anaknya tapi Carlise memegang tangan pria itu untuk menghentikannya. "Jangan, Jack. Biarkan ia sendiri dan menangis menumpahkan perasaannya untuk sesaat."
"Dia tidak boleh bicara seperti itu padamu dan aku seperti itu. Dia harus  minta maaf karena sudah membuat semua mencemaskan nya. Sudah waktunya ia bertanggungjawab dan di beri pengertian. Karena sengaja menyembunyikan diri dan melarikan diri. Dia layak di beri hukuman."
Bibir Carlise berusaha mengucapkan kata-kata untuk mengetahui apa yang hendak di lakukan Jack "Apa yang akan kau lakukan padanya?"
"Aku akan memberi pukulan yang pantas pada bokongnya"
"Jangan, Jack"Carlise ngotot berusaha menghalangi Jack dan menenangkan nya. "Jack, dia hanya kesal...."
"Begitu juga aku"sanggah Jack
"Tapi ia hanya anak-anak kalau kau sudah dewasa. Ia hanya sedang mengalami gejolak emosional di hatinya. Tolonglah, beri Faith waktu. Ia pasti akan mengerti..."memohon sambil memegang tangan pria itu
Jack tidak membiarkan Carlise menyelesaikan kalimatnya "sekarang sudah waktunya ia belajar mengerti". Jack menghempaskan tangan Carlise agar bebas. Carlise hanya bisa menatap Jack memasuki kamar Faith yang untung tidak di kuncinya kemudian menutup pintu itu.
Carlise menghela napas, bagaimana semua terjadi begitu cepat dalam waktu yang singkat. Baru tadi pagi mereka merasakan kegembiraan dan saling menyayangi. Sekarang kedua orang yang ia sayangi menderita karena ia yang sudah masuk ke dalam  hidup mereka hubungan yang terjalin  antara ayah dan anak menjadi renggang. Mungkinkah yang terbaik adalah ia pergi dari kehidupan mereka?

Carlise tiba-tiba teringat ucapan Faith yang mengatakan bahwa ia menginginkan dirinya menjadi ibu bagi Faith. Carlise merasa tersanjung karena Faith menganggapnya sangat berarti dalam hidupnya. Iapun merasa demikian, dirinya menganggap Faith sebagai putrinya sendiri. Akan tetapi itu hanyalah perasaan antara ia dan Faith. Jack hanya mengatakan menginginkan diri nya tapi Carlise tidak pernah sekalipun mendengar dari mulut Jack bahwa ia mencintainya dengan jelas. Carlise melihat pintu kamar Faith masih tertutup rapat, belum ada niatan salah satu yang di dalamnya untuk keluar. Karena masih terdengar samar-samar percakapan orang berbicara. Carlise memutuskan masuk ke dalam kamarnya, ia ingin tetap terjaga menunggu hasil dari percakapan Jack dan Faith. Akan tetapi tubuhnya berkata sebaliknya rasa letih dan lelah membuat terlelap setelah menyentuh bantal.

Mata Carlise terbuka, yang pertama di lihatnya adalah sepasang kaki berbalut jeans berdiri dekat ranjangnya. Ia melihat wajah pemilik kedua kaki itu, Carlise langsung bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi ranjang "apa yang kau lakukan di sini?"
"Tidak ada, ohh apakah melihatmu tertidur semalaman termasuk kegiatan yang kulakukan?"canda Jack
"Sama sekali tidak lucu" Carlise melihat pria itu tampak berantakan.
"Memang tidak bermaksud melucu. Hanya saja kau bertanya padaku apa yang kulakukan jadi aku menjawab"
Tiba-tiba Carlise tersadar semalam ia ingat menutup dan mengunci pintu kamarnya. "Bagaimana kau masuk?aku menguncinya semalam"
"Kau harus tau dulu waktu remaja, aku jago dalam membuka lubang kunci untuk sekedar keluar malam. Biasa kenakalan masa remaja"seru Jack sambil tersenyum mengingat masa remajanya dulu.
Carlise mengabaikan guyonannya "Faith?bagaimana dengannya?"
"Dia baik-baik saja. Sebenarnya ia anak yang menakjubkan"
Carlise merasa lega, bersyukur bahwa  hubungan mereka tidak dalam ambang kehancuran karena dirinya. "Apakah kau benar-benar memukul ..."tanyanya tapi tidak menyelesaikan kalimatnya
"Ya. Aku memukul tepat disana. Dan juga menyuruhnya meminta maaf pada polisi karena menyebabkan kehebohan kemarin."
"Kami mengobrol dan aku memberitahukan padanya bahwa seandainya diriku berada dekatnya sejak dulu. Faith tidak menyangka bahwa aku sangat menyayanginya, Carlise"
"Aku tidak menyalahkannya jika di lihat dari kehidupannya selama ia tinggal dengan ibunya yang hanya tertarik pada kehidupan sosialita dan aku yang kerja dan jarang mengunjunginya. Padahal aku hanya mengikuti aturan pengadilan yang di menangkan Gemma. Kunjunganku hanya dibatasi sekali dalam 3 bulan." suaranya terdengar sedih.

"Dan kini ia tahu bahwa aku menyayanginya dan aku akan selalu membuatnya ingat akan hal itu."ucapnya yakin
Carlise mengalihkan wajahnya ketika ia melihat Jack menatapnya dengan tatapan yang serius "Apa kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu kemarin malam?sesaat sebelum Faith masuk"
Carlise menatap Jack dan dirinya menjadi gugup "itu tidak penting lagi"
Jack langsung duduk di ranjang samping Carlise dan menatapnya langsung dari jarak dekat sambil mencengkram bahunya. Carlise merasa takut dengan Jack yang tiba-tiba mencengkramnya.
"Kau memiliki kebiasaan selalu mengatakan tidak penting padahal itu sangat penting"sambil melepaskan bahu gadis itu ketika merasakan ketakutan pada wajah Carlise, sambil mengusap wajahnya ia lalu bertanya lagi "apakah ucapanmu itu sungguh-sungguh?"
"Ya"
Jack langsung mencium bibir Carlise lidahnya menyapu mulut gadis itu dengan gairah yang membuat napas Carlise seperti habis berlari dan ia berusaha menghirup udara. Ciuman mereka terhenti karena Carlise terjatuh ke atas bantal. Jack tersenyum melihat kemerahan raut wajah Carlise.
"Semalam sehabis berbicara, Faith ingin langsung meminta maaf padamu. Ia ingin mengatakan langsung padamu bahwa ucapannya kemarin tidak benar. Tapi kami melihat kau sudah terlelap dan memutuskan besok Faith akan memberitahu mu seberapa besar arti mu baginya."
Carlise menggeleng, mengalihkan pandangan matanya ke arah lain "aku lebih baik pergi, Jack. Ku pikir itu yang terbaik"
Jack memegang dagu Carlise untuk kembali melihat padanya "bagi siapa?"
"Bagi kita semua"
"Tidak...itu tidak akan baik bagi kita. Baik untuk Faith, kau dan aku"
"Ku pikir.."
Jack langsung membungkam mulut Carlise dengan menciumnya lagi. Dan Jack menghentikan ciuman lembut itu dan menatap wanita di hadapannya "waktu kau mengungkapkan perasaan cintamu. Aku belum sempat memberi jawaban padamu. Betapa dalamnya cintaku padamu. Aku mencintaimu"
"Kenapa kau berpikir aku tidak mencintaimu? tidakkah kau lihat seberapa ngotot nya aku ingin memilikimu?aku bahkan tidak bisa berada jauh darimu"
"Aku lebih meyakini bahwa kau hanya tertarik padaku hanya sebatas fisik"jawab Carlise sambil memainkan kancing kemeja Jack
"Tidak bisa di pungkiri sampai saat ini ketertarikan itu nyata ada. Akan tetapi yang lebih tidak bisa ku tahan dan bayangkan adalah berada jauh dan tidak bisa melihatmu. Aku jatuh tertarik dan jatuh cinta padamu sejak pertama aku melihatmu"memegangi dagu Carlise di antara telunjuk dan ibu jari.
"Aku mencintaimu, Carlise. Katakan kau mau menikahiku"
"Jack"bisik Carlise sambil mengulurkan tangannya dan mengalungkan di leher Jack "apakah kau masih mengijinkan ku bekerja?"
"Tenang kau akan selalu ikut denganku dalam perjalanan bisnis"
"Itu bukan bekerja melainkan melayanimu"cetus Carlise
"Itu tujuan utamaku"dengan seringainya yang nakal
"Kau tidak keberatan kalau nanti aku akan menjadi rantai yang mengikat di lehermu?lagipula Faith...oh, Jack dimana dia?"

Jack tertawa melihat ekspresi wajah Carlise merasa bersalah melupakan Faith." Faith memberi waktu agar kita bisa berbicara. Ia berada di rumah keluarga Harper". Carlise lega mendengarnya
"Jadi bagaimana Miss Maximillan?apakah kau bersedia menikah dengan Jack Morgan yang tampan ini?"
Carlise memutar bola matanya "Apakah kau  berani melamar langsung pada ayahku?"
"Baiklah, hari ini kita berkemas pulang dan langsung bicara dengan ayahmu yang protektif itu ."dengan tak sabaran. Dan Carlise tertawa mendengarnya.

Bersambung...

Soulmate (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang