Karena hujan yang lumayan deras Jalu turun dari mobil tuk membuka payung untuk Aliza. Setelah itu, Aliza baru turun dari mobil dan bersembunyi di balik payung bersama Jalu. Mereka berjalan bersama. Melangkah bersama. Mungkin, ini pertama kalinya mereka berjalan sedekat ini.
"Pagarnya kenapa lagi?" Tanya Aliza yang tak di jawab Jalu.
Jalu hanya melihat pagar yang terbuka kecil yang hanya bisa mereka lewati.
Sampailah mereka di depan pintu. Jalu memencet bel.
Tak menunggu lama seseorang membukakan pintu.
"Tasya ada?" Tanya Aliza kepada seorang wanita paruh baya.
"Non Tasya, baru aja pergi ke bandara."
"Bandara? Emangnya Tasya mau kemana?"
"Bibi juga kurang tau. Tapi, kayaknya non Tasya buru-buru."
"Ohh, kalau begitu saya pamit pulang." Pamit Aliza.
"Iya, hati-hati non. Maaf pagarnya macet. Malam-malam begini, tidak ada yang mau datang untuk memperbaiki."
"Tidak apa, bi."
Mereka pun pulang. Melangkah dengan beriringan. Seperti yang tadi Jalu lakukan. Ia juga masih memegang payung untuk dirinya dan Aliza.
Kali ini Aliza duduk di depan. Di samping Jalu. Tidak seperti biasanya. Aliza selalu duduk di kursinya.
"Jal?"
"Iya, Nona?"
"Kamu pernah pacaran?"
Jalu melirik Aliza. Menatapnya sejenak.
"Pernah." Jawab Jalu jujur.
"Berapa kali?"
Sejak kapan Aliza menjadi peduli dengan hidup seseorang?
"Sekali aja." Jawab Jalu.
"Kenapa kalian putus?"
"Hmmm,,,"
"Nggak tau. Udah lama banget juga. Itu pun juga cuma cinta monyet. Awal masuk SMA." Jelas Jalu.
"Masih ingusan gitu kamu udah pacaran?" Heran Aliza.
"Nggak tau juga. Itu pacaran atau apa. Lucu aja kalau di ingat."
Aliza tidak lagi menanggapi dan malah menjadi diam.
"Nona, pernah pacaran?" Tanya Jalu tiba-tiba.
Aliza menoleh. Menatap Jalu lekat-lekat dengan sorot matanya yang tajam.
Jalu juga menoleh. Kedua mata mereka saling bertemu.
"Fokus nyetir aja kamu! Jalanan licin." Ujar Aliza agak ngegas.
Jalu langsung melakukan apa yang di perintahkan Aliza. Ia tak lagi berani bertanya ataupun menoleh kanan kiri.
"Jalu jalu. Hampir saja. Untung gak di gass pool." Batin Jalu.
***
"Tas, angkat telpon aku." Tulis Aliza mengirim pesan kepada Tasya melalui ponselnya.Ada kecemasan di wajah Aliza. Ia duduk di pinggir ranjangnya sambil terus mengecek ponselnya.
Tiba-tiba ponsel Aliza berdering. Ia langsung melihat ponselnya.
"Kak Arina?" Kata Aliza sambil menatap ponselnya yang tertera nama ARINA di ponselnya.
Aliza menjawabnya dengan menggeser tombol hijau ke atas.
"Halo, kak." Jawab Aliza.
"Liz, tolongin kakak." Suara Arina panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR (KARENA RASA MENGABAIKAN LUKA)
RomanceAliza Bahira, wanita kaya raya dengan segudang prestasi. Akan tetapi, pemikirannya untuk memiliki seorang anak terbilang sangat menggelikan dan sangat aneh. Bagaimana tidak? ia menginginkan seorang anak tanpa mau menikah apalagi memiliki seorang s...