8-TAKDIR

416 38 0
                                    

Dering ponsel di pagi-pagi buta mengganggu tidur lelap sang nona. Ia dibuat setengah terbangun karena dering ponselnya yang ia sendiri tak tahu dimana keberadaannya. Ia masih sangat mengantuk. Ia masih memejamkan kedua matanya tak perduli.

DRRTTDRRT

Belum lama dering handphone itu berhenti kemudian di susul lagi dengan dering yang sama.

DRRTTDRRT

Aliza tak kuasa mendengarnya. Ia merasa sangat kesal. Sangat kesal.

Aliza benar-benar kesal sekarang. "Sial" Ia bahkan sampai mengumpat sendiri.

Tak tahan lagi, ia membuka mata secara perlahan dalam gelap. Sejenak menatap langit-langit kamar sebelum beranjak untuk menjawabnya. Kedua bola matanya seperti memercikkan sebuah kilat barusan sekilas.

Siapa sih yang berani mengganggu tidur sang nona? Keterlaluan.

"Papi?" Ucap Aliza terkejut melihat nama FELIKS tertera nyata di layar ponsel. Jika seorang anak menuliskan nama orang tua mereka dengan sebutan nama kesayangan, maka lain halnya dengan Aliza. Ia malah menuliskan nama papinya dengan nama FELIKS dimana dengan sebutan nama papinya sendiri yang ia simpan di kontak. Tumben Feliks menghubunginya setelah sekian lama. Ada apa?

***

Sambil menunggu sang nona  sarapan, Jalu mengelap mobil yang sudah beberapa minggu ini ia kemudikan. Ia mengelap mobil putih itu sambil mendengarkan musik yang berasal dari ponselnya sendiri. Sesekali ia bersorak bahagia mendengar lirik dan nada musiknya yang bergenre rock. Ia sangat menyukai musik bergenre membakar semangat itu.

Tanpa ragu Jalu juga ikut berjoget mengikuti irama musik yang sangat membakar semangat itu.

"Yeah yeah yeah." Sorak Jalu tak menyadari jiwa semangatnya sudah ada di level paling atas.

Saking senangnya Jalu juga tak menyadari akan kehadiran Aliza sedang memandangnya bingung dan geli sendiri. Aliza memperhatikan pria tampan itu dengan melipat kedua tangan di depan dada.

Aliza masih berdiri disana. Ia masih betah menyaksikan pertunjukan gratis dari Jalu. Sesekali ia tersenyum kecil secara singkat. Mungkin terhibur atau geli? Entahlah, suasana hati sang nona susah di tebak.

Jalu masih asyik sendiri dengan musik rock nya. Ia masih sibuk berjoget juga mengelap mobil sang nona. Tapi, betapa terkejutnya Jalu ketika mendapati wajah sang nona terpampang nyata di kaca mobil. Kedua mata Jalu membulat besar. Setelah itu, ia menelan ludahnya kasar dan merasa malu. Capek karena berjoget bercampur aduk menjadi satu bersama perasaan Jalu yang terkejut juga malu. Jalu hanya tak sanggup untuk menoleh. Ia hanya diam mematung memandang wajah sang nona di kaca mobil.

"Kaku kayak gitu masih pd juga jogetnya." Ejek Aliza kasar dan dingin.

Itu mulut atau apa sih? Pedas, tapi dingin.

Jalu hanya diam tak berani memberikan respon apapun. Jangankan menjawab, menatap wajah Aliza secara langsung pun ia takut dan malu.

Sedang Jalu diam mematung di tempatnya sehingga Ia tak sempat untuk mematikan musiknya. Musik-musik Jalu terus berbunyi menemani keheningan mereka saat itu.

Jalu dan Aliza hanya berdiri dengan mulut yang terbungkam. Jalu takut dan malu sedangkan Aliza kesal tak berirama. Apa sih maksud senyumannya tadi?

"Kamu mau saya telat? Dasar kaku!" Tanya Aliza juga melontarkan kalimat-kalimat ejekan dinginnya kepada Jalu.

Kaku? Emang Aliza bisa joget kayak Jalu?

Di ejek seperti itu tidak membuat Jalu marah. Hanya saja ia merasa sangat malu dan merutuki dirinya sendiri. Ia malu tertangkap basah saat melakukan pertunjukkan gratisnya tanpa ia sadari akan ada penonton yang menyaksikannya. Yah, baru kali ini Jalu tertangkap basah sedang berjoget karena musik kesukaannya.

TAKDIR (KARENA RASA MENGABAIKAN LUKA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang