Ketika bangun pagi, Adnan mendapati tempat istrinya tidur sudah kosong. Memang, Syifa selalu bangun lebih awal untuk mengurus semua kebutuhan suaminya bahkan menyibukkan diri di dapur selagi suaminya masih tidur. Itu semua Syifa lakukan karena sejak mereka menikah tidak ada satu pun seorang pelayan yang melayani mereka. Itu juga karena keinginan Syifa sendiri. Tapi, sepertinya pagi ini sedikit berbeda dari sebelumnya. Syifa yang selalu ada di dapur kini tak nampak. Rumah hening dan terasa sunyi. Tak ada lagi celoteh-celoteh bawel dari mulut kecil Syifa setiap pagi. Entah kenapa Adnan merindukan celoteh Syifa yang selalu ia abaikan bahkan sampai memarahi Syifa karena terlalu bising di telinganya.
Adnan bangun dari tidurnya. Langsung masuk ke kamar mandi. Lalu menutup pintunya. Belum beberapa detik ia pun keluar sambil membawa selembar kertas putih bertuliskan: 'Aku ada di rumah mama. Jangan menjemputku. Aku bisa pulang sendiri.'
Entah apa yang dirasakan Adnan. Ia merasa kehilangan dan kesepian tanpa celoteh dari istrinya? Sepertinya begitu. Ekspresi wajah tergambar jelas di sana.
Ia megambil duduk di pinggir ranjang. Menatap kosong lembaran berisi tulisan tangan istrinya.
"Ada apa ini? Kenapa Syifa selalu membuatku tak karuan seperti ini? Tidak mungkin Aku mencintainya secepat ini?" Adnan membatin.
Dulu, Adnan dan Syifa menikah bukan karena atas dasar cinta. Mereka berani menikah hanya karena perjodohan semata. Syifa yang merupakan anak dari konglomerat tentu saja tidak ada yang bisa menolaknya, termasuk keluarga besar Sanjaya yang juga merupakan seorang pengusaha sukses yang sangat berpengaruh. Perjodohan itu mereka lakukan semata-mata demi kepentingan pribadi mereka semata. Ayah mereka berharap bisa menghasilkan sebuah proyek yang besar dari pernikahan anaknya. Ada kuasa bisnis di dalamnya.
Selain karena perjodohan demi keuntungan bisnis, rupanya kedua belah pihak mengharapkan sesuatu yang sama, yaitu seorang cucu yang akan mewarisi hasil pundi-pundi mereka selama ini. Tapi, rasanya mereka harus bersabar untuk sekarang. Itu mungkin akan mustahil mereka dapatkan dari anak mereka. Bagaimana tidak? Belum ada perasaan yang bisa membuat itu terwujud dalam waktu dekat ini selain rasa sakit hati yang selalu Adnan berikan kepada Syifa. Kecuali, yang dikatakan Adnan adalah benar kalau ia sudah mencintai Syifa secepat itu?
Adnan semakin bimbang. Di satu sisi ia memikirkan hubungannya dengan Dona. Wanita yang selama ini ia abaikan dan telah memberinya seorang anak. Tiba-tiba ia merasa pusing. Ia memijat pelipisnya dengan pelan. Memikirkan baik-baik apa yang sedang dialaminya saat ini. Terlalu banyak masalah untuk ia tanggung seorang diri karena kesalahannya sendiri.
***
"Bagaimana dengan suamimu? Apa yang akan dia makan sebelum berangkat ke kantor kalau kamu pergi sepagi ini dari rumah?" tanya seorang wanita paruh baya berjilbab memiliki mata bulat seperti Syifa. Tangannya memegang lembut tangan Syifa yang gemeteran.
"Selama ini Adnan jarang makan makanan yang aku buat. Jadi, biar saja dia membuat makanannya sendiri," jawab Syifa menahan kesedihannya yang disembunyikan dengan membuat suaminya terlihat salah.
"Loh, kenapa bilang seperti itu? Kasihan suamimu kalau harus masak sebelum berangkat ke kantor," tegur Asma, mama kandung Syifa.
"Biarin aja, Ma. Dengan begitu Mas Adnan bisa belajar menghargai seseorang."
Asma menatap lekat-lekat anaknya. Ia paham dan mengerti apa yang sedang anak perempuannya alami. Berumah tangga memang selalu akan ada lika-likunya terlebih untuk anaknya yang baru saja membina rumah tangga satu tahun yang lalu. Tentu sulit untuknya yang berbeda usia tiga tahun dengan suaminya.
"Jangan berdosa kepada suamimu, Nak. Jangan membuatnya marah apalagi memusuhimu. Bagaimana kalau suamimu tidak datang untuk menjemput?" nasehat Asma dengan tutur katanya yang lembut dan halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR (KARENA RASA MENGABAIKAN LUKA)
RomanceAliza Bahira, wanita kaya raya dengan segudang prestasi. Akan tetapi, pemikirannya untuk memiliki seorang anak terbilang sangat menggelikan dan sangat aneh. Bagaimana tidak? ia menginginkan seorang anak tanpa mau menikah apalagi memiliki seorang s...