Assalamualaikum.
Hellow.Maaf baru bisa nongol.
Kemarin? Jingga ada urusan. Maaf nggak sempat ngasih tau sebelumnya.Teman-teman sehat? Inshaallah kita selalu berada dalam lindungan-Nya.
Selamat membaca.
***
Mungkin Sintia ingin belajar menyayangi Aliza sebagaimana mestinya. Ia ingin menjadi Mami yang baik untuk Aliza. Kesalahannya yang lalu biarlah ia jadikan sebagai pembelajaran yang sangat berharga. Cukup sampai di situ saja. Hari ini ia akan memulai hidupnya dengan lembaran yang baru.
Tidak seperti biasanya sangat jarang sekali Sintia bangun lebih awal. Dan, pemandangan seperti ini juga sangat jarang sekali didapatkan. Sejak kapan Sintia ingin menyibukkan dirinya di dapur? Ketimbang di dapur ia lebih memilih menjaga penampilannya yang tetap terlihat masih awet muda dan selalu tampil memukau.
"Ini, Nyonya." Sambil bi Miem memberikan Sintia sendok makan.
"Gimana?" tanya Sintia ingin mendapatkan pendapat dari bi Miem mengenai masakannya khusus untuk Aliza.
Tampak Bi Miem memeriksa makanan yang telah Sintia buat. Ia memperhatikannya dari berbagai sudut. Atas bawah kanan kiri.
"Non Aliza akan makan sebanyak ini?" tanya bi Miem bingung melihat porsi makan yang Sintia buatkan untuk Aliza.
"Biar aja, Bi. Anak saya terlalu kurus. Saya ingin membuat dia terlihat lebih menarik seperti saya."
Bi Miem pun memperhatikan penampilan Sintia dari atas sampai bawah. Iya, itu memang benar. Sintia memang selalu tampil cantik dan menarik. Dan, bi Miem merasa setuju dengan apa yang dikatakan Sintia. Ia membentuk senyuman di bibirnya.
"Doain Bi, semoga Alice suka dengan masakan saya."
"Iya, Nyonya. Non Aliza pasti sangat suka."
***
"Mi, Alice nggak kuat lagi habiskan semuanya," kata Aliza.
"Habiskan! Mubasir, loh," kata Sintia.
Sepertinya Aliza sudah tak kuat lagi tuk menghabiskan makanannya. Tampak masih ada beberapa sendok lagi yang Aliza sisakan di piringnya. Suapan yang hampir masuk ke dalam mulutnya ia urungkan.
"Mi, sejak kapan sih Alice makan sebanyak ini?" tanya Aliza memprotes porsi makanan yang tak pernah ia jumpai dalam hidupnya. Bagaiamana tidak? Porsi makanan Aliza memang terbilang cukup untuk dua sampai tiga orang.
"Mau mami suap?" tawar Sintia.
Aliza mengangguk lemas menerima tawaran dari maminya.
Rupanya tawaran Sintia membuat Aliza bersemangat tuk menghabiskan makanannya. Suapan demi suapan terus mendarat di mulut Aliza. Sampai suapan terakhir pun Aliza masih mendapatkan suapan dari Sintia.
"Mi?"
"Apa?"
"Alice, mau bilang sesuatu," kata Aliza malu-malu.
"Bilang apa?" jawab Sintia.
"Ini asin," kata Aliza dengan mulut yang masih mengunyah makanan.
Sintia tersenyum lebar saat mendapatkan komentar dari Aliza. "Besok Mami akan buat yang lebih enak."
"Tapi, jangan banyak-banyak lagi, Mi."
"Kenapa?"
"Dari pada mubazir mending Mami buatnya pake hati," saran Aliza.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR (KARENA RASA MENGABAIKAN LUKA)
RomanceAliza Bahira, wanita kaya raya dengan segudang prestasi. Akan tetapi, pemikirannya untuk memiliki seorang anak terbilang sangat menggelikan dan sangat aneh. Bagaimana tidak? ia menginginkan seorang anak tanpa mau menikah apalagi memiliki seorang s...