Wanita secantik Aliza datang seorang diri untuk menghadiri resepsi pernikahan anak dari sopir pribadinya. Meskipun ia adalah orang yang kaya raya dan terpandang, namun kepeduliannya terhadap seseorang begitu besar. Jikalau hatinya sedang baik maka apapun akan ia lakukan untuk menyenangkan hati siapa saja. Namun, jika sebaliknya maka siapa saja akan gigit jari dengan tingkah dan perlakuan Aliza.
Kaya raya, berparas ayu mempesona dan murah senyum itulah Aliza. Wanita cantik dari kota yang menyempatkan hadir di sebuah pesta pernikahan anak seorang sopir. Anak seorang pria yang selalu ikut andil dalam kegiatan sang nona. Anak seorang sopir yang sangat ia hargai bagaikan orang tuanya sendiri.
Ia berjalan seorang diri dalam balutan gaun merah yang menyapu tiap langkahnya. Menemani langkah kesepian wanita cantik ini. Melempar senyuman kemana pun matanya memandang. Melempar senyuman kepada orang yang ia tak kenal. Tampilannya terkesan elegan dan mempesona dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tak begitu banyak aksesoris yang ia kenakan namun tampilannya terkesan elegan ratu sejagat. Apalagi, riasan wajah yang ia pakai terkesan natural dengan warna bibir yang sengaja disenadakan dengan warna gaun yang dikenakan.
Malam itu seakan menjadi milik Aliza seorang. Bagaimana tidak? Dari sudut manapun semua pandangan tertuju kepada wanita berambut hitam ini. Tak hanya kaum adam saja yang terpikat olehnya, kaum hawa pun tak kalah menganga melihat wanita secantik Aliza melangkah dengan elegan. Badan tegap dan senyum memikatnya terus ia pasang sampai tiba di panggung untuk memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai yang baru saja sah di siang itu.
Bahkan, pasangan suami istri yang duduk manis di tempat mereka melongo tak percaya dengan apa yang sedang berjalan bak ratu menghampiri mereka. Puput, sang pengantin wanita anak sulung dari Abdul yang memakai gaun pengantin saja merasa iri, namun bukan iri yang membuatnya tidak suka dengan Aliza melainkan ia iri karena kecantikan Aliza yang sesungguhnya ketika di lihat secara langsung. Ia juga mengakui kecantikan natural Aliza yang ia kenal sebagai bos dari ayahnya. Meskipun tak akrab dengan Aliza, Puput sangat memuji kecantikan dan kebaikan sang nona dalam hati. Matanya berbinar-binar menyambut tak sabar ingin bersalaman dengan sang nona. Itu kali pertama baginya untuk bertemu langsung dengan wanita yang hanya ia kagumi melalui foto yang tersebar di sosial media.
Abdul yang selalu menemani Aliza setiap harinya di buat bahagia sekaligus haru karena kehadiran Aliza di resepsi pernikahan anak pertamanya. Wanita kaya raya dan keras kepala itu mau hadir di resepsi anak seorang sopir. Wanita yang ia kenal dengan kedinginannya tatkala ia dingin membuat Abdul hanya sedikit terharu dibuatnya. Bagaimana mungkin Aliza Bahira mau menyempatkan hadir di sebuah pesta yang terkesan sederhana dan jauh di desa? Bagaimana mungkin sang nona mau repot-repot menemuinya di desa? Dan, bagaimana mungkin sang nona mau melewati jalanan yang tidak semulus di kota yang sedari awal memang sang nona tidak menyukai jalanan yang penuh dengan lubang? Betapa bahagianya Abdul mengingat sikap dingin sang nona yang kini mau melempar senyum dengan ramah kepada tamu undangan yang semuanya hanyalah orang desa.
Dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu akan kehadiran sang nona Abdul tersenyum lebar menyambut kehadiran Aliza yang sangat menyentuh hatinya. Tangannya terulur dengan cepat untuk menyalami sang nona. Ia bersalaman ramah dengan sang nona. Dan, tak melepaskan senyuman lebarnya yang sedari tadi ia pasang untuk menyambut sang nona "Nona, terima kasih karena sudah menyempatkan untuk hadir di pesta yang sederhana ini. Saya tidak menyangkah nona mau datang jauh-jauh dari kota hanya untuk pesta sederhana ini. Saya sangat bersyukur dan bahagia. Suatu kehormatan bagi saya atas kehadiran nona."
Aliza tersenyum tipis mendengarkan sopir pribadinya bahagia atas kehadirannya. Ia memegang bahu kanan Abdul dengan penuh pengertian "Saya hanya rindu dengan bapak. Sudah tiga hari bapak izin untuk menyiapkan pesta pernikahan anak bapak." Balas Aliza menggoda pria berusia empat puluh tahun akhir di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR (KARENA RASA MENGABAIKAN LUKA)
Roman d'amourAliza Bahira, wanita kaya raya dengan segudang prestasi. Akan tetapi, pemikirannya untuk memiliki seorang anak terbilang sangat menggelikan dan sangat aneh. Bagaimana tidak? ia menginginkan seorang anak tanpa mau menikah apalagi memiliki seorang s...