Sebuah mobil berwarna putih berhenti di sebuah kediaman mewah.
Tampak rumah tersebut tampak tenang dengan nuansa tumbuhan hijau yang tumbuh subur di pekarangan rumah.
Seseorang dengan sendal jepit dan daster keluar dari mobil tersebut.
Aliza. Dengan penampilan sederhana seperti itu ia ingin menemui siapa?
Tibalah Aliza dan juga Jalu di depan pintu kayu yang lebar dan sangat tinggi.
"Pencet belnya." Suruh Aliza.
Jalu melakukan apa yang di diperintahkan Aliza kepadanya. Ia memencet bel rumah tersebut.
Entah berapa lama mereka akan menunggu. Tak seorang pun yang mengambut kedatangan mereka malam ini.
"Pencet lagi." Suruh Aliza kedua kalinya.
Jalu langsung memencet bel rumah bercat putih tersebut.
Setelah memencetnya, mereka kembali menunggu. Menunggu dibalik pintu yang mereka tak tahu apakah ada penghuni di baliknya.
"Mungkin tidak ada orang, Nona." Kata Jalu.
Aliza mengangguk. "Lebih baik kita pulang saja."
Mereka berbalik badan dan melangkah untuk pulang.
Tiba-tiba.
"Aliza?" Panggil seseorang.
Langkah Aliza dan Jalu pun terhenti saat itu juga.
Aliza meremas dasyernya dengan kuat. Ia menelan ludahnya. Jantungnya juga berdegup kencang.
Jalu menoleh. Ia mendapati seorang wanita seumuran Aliza berdiri di ambang pintu sedang menimang bayi.
Jalu tidak mengenalinya. Ia hanya tersenyum canggung membalas senyuman wanita tersebut.
"Al?" Panggil wanita itu sekali lagi.
Aliza menoleh. Seperti Jalu. Ia mendapati seorang wanita berdiri di ambang pintu sedang menimang bayi.
"Kamu tidak ingin menggendongnya sebelum pulang?" Kata wanita tersebut.
Jalu melirik Aliza. Ia hanya sedikit bingung.
"Alice?" Panggil Feliks yang baru saja muncul dan berdiri di belakang wanita tersebut.
Ia merasa terharu dengan kedatangan Aliza di rumahnya.
"Tuan?" Kata Jalu.
Ada Feliks dan wanita yang tak ia kenal. Tentu saja, Jalu bingung.
***
"Namanya siapa?" Tanya Aliza menanyakan nama adik tirinya.
"Alice." Jawab Feliks.
Aliza langsung mendongak. Yang awalnya pandangannya jatuh pada adik tirinya yang sedang ia gendong.
"Alice?" Tanya Aliza meyakinkan.
Feliks mengangguk, tersenyum penuh arti.
"Nggak papa kan?" Kata Feliks menjatuhkan perkataannya kepada Aliza.
Aliza menarik masuk bibirnya. Ia menatap adik kecilnya sangat dalam. Kemudian, ia mengelus pipi Alice yang kemerah-merahan.
Alice sangat imut apalagi bibirnya terlihat berwarna merah marun.
"Kamu boleh pakai nama 'itu', Alice." Kata Aliza.
Bukan hal yang kecil bagi Feliks menamai anaknya dengan nama Alice. Pasalnya nama tersebut adalah nama kesayangan darinya untuk Aliza sejak kecil sampai sekarang. Sekarang nama 'itu' telah berpindah tempat kepada adik Aliza, anak perempuan kedua Feliks. Tapi, biar Aliza maupun Alice sama saja di mata Feliks. Amanah dari Yang Maha Kuasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR (KARENA RASA MENGABAIKAN LUKA)
RomansAliza Bahira, wanita kaya raya dengan segudang prestasi. Akan tetapi, pemikirannya untuk memiliki seorang anak terbilang sangat menggelikan dan sangat aneh. Bagaimana tidak? ia menginginkan seorang anak tanpa mau menikah apalagi memiliki seorang s...