Hari ini tak ada yang menduga akan kedatangan Sintia. Aliza yang hendak di antarkan Arina sampai ke depan terkejut melihat Sintia mendatangi rumah Papinya.
"Mami." Ucap Aliza.
"Alice? Ngapain kamu disini?" Tanya Sintia juga terkejut.
"Mami yang ngapain kesini. Inikan rumah Papi."
"Ah, kamu bujuk anak saya dengan apa?" Tuding Sintia terhadap Arina.
"Mami." Bentak Aliza.
"Kenapa? Bukannya dulu kamu benci banget sama dia."
"Itu dulu. Bukan sekarang." Tepis Aliza.
Sintia tersenyum tersungging.
"Dimana Feliks?" Tanya Sintia.
"Papi tidak ada di rumah." Jawab Aliza secepatnya.
"Jangan bohong kamu."
"Ngapain juga Alice bohong. Dosa."
"Cepat, katakan dimana Feliks?"
"Mami kenapa sih, teriak-teriak di rumah orang. Malu, mi. Malu."
"Papi, ada di dalam." Kata Arina.
"Kak." Bentak Aliza kesal karena Arina memberitahu keberadaan Papinya.
Arina hanya tersenyum menanggapi kekesalan Aliza.
Tanpa sopan santun Sintia masuk begitu saja melewati Arina dan Aliza.
"Feliks?" Teriak Sintia.
"Mami benar-benar kelewatan." Kata Aliza dengan nada yang tertahankan.
Aliza menghampiri Maminya. Ia memegan lengan Maminya dengan kuat.
"Ada bayi di rumah ini. Kecilkan suara Mami."
Sintia melepaskan tangannya dari cengkeraman Aliza dengan kuat. "Panggilkan Papi kamu sekarang juga. Kalau tidak, Mami akan terus teriak-teriak." Ancam Sintia.
Aliza beradu tatap dengan Maminya cukup lama.
"Biar saya panggilkan." Kata Arina sambil berjalan naik ke lantai atas tempat Feliks dan Alice berada.
Feliks sedang bermain dengan anaknya di ranjang.
"Ada mantan istri kamu." Kata Arina yang berdiri di pintu.
Feliks mendongak. Ia dapat mengartikan ekspresi wajah Arina yang tak ingin menatapnya.
Feliks mencium Alice terlebih dulu sebelum menemui Sintia.
Ketika Feliks melewati pintu dan istrinya tidak ingin menatapnya, Feliks hanya mengangguk penuh arti.
Sepanjang Feliks melewati anak tangga, tatapannya terus tertuju untuk mantan istrinya.
Menyorotnya sangat tajam.
Sedangkan Sintia hanya menyunggingkan bibirnya.
"Kenapa masih terus mengganggu kehidupanku?"
"Siapa yang mengganggu kehidupanmu? Kepedean sekali."
"Lalu? Maksud kedatanganmu untuk apa?"
"Hadirlah di pesta pernikahanku minggu depan."
"Pernikahan?" Potong Aliza di tengah-tengah pembicaraan Papi dan Maminya.
"Iya, kamu terkejut?"
"Perjanjian itu?"
"Lupakan saja. Lagi pula kamu belum menyetujuinya."
"Hentikan pernikahan Mami! Alice akan menikah minggu depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR (KARENA RASA MENGABAIKAN LUKA)
عاطفيةAliza Bahira, wanita kaya raya dengan segudang prestasi. Akan tetapi, pemikirannya untuk memiliki seorang anak terbilang sangat menggelikan dan sangat aneh. Bagaimana tidak? ia menginginkan seorang anak tanpa mau menikah apalagi memiliki seorang s...