*note (highly recommended)
1. sebelum baca tolong pastikan kondisi hati kalian lagi stabil, jangan terlalu seneng ato terlalu sedih ya.
2. Pastikan juga waktu kalian agak longgar (gak lagi di waktu yang buru" )
3. Kumohon dengan SANGAAT untuk baca chap ini dengan perlahan dan rasakan feelnya di setiap kalimat soalnya ak dah mati"an buat yang ini. Semua hati dan imajinasi sudah kucurahkan jadi pls ikutin saranku sebelumnya :") (tolong ya, tolong ya... Pls pls pls!!!! //gini amat dah hidupku 😂 )
Okelah kalo begitu, silakan dinikmati
Hope you can enjoy it.
..
.
.
Third's POV
Terlihat jelas bahwa yang dilihat cowok itu adalah teman setimnya yang sedang berlari di tengah derasnya hujan bersama mantan junior smp nya. Dia sangat berharap seakan-akan apa yang dilihat matanya hanyalah sebuah ilusi semata tetapi harapan itu perlahan luntur sesaat salah satu dari mereka memanggil nama yang lainnya. Gambaran yang ditangkap oleh mata cowok itu tidaklah salah, telinganya pun mendengarkan kata-kata yang sekilas tertangkap dan semakin menyakinkan dirinya bahwa yang barusan dia lihat adalah orang yang selama ini dia cari dan sekarang dia sedang menghabiskan waktu berdua dengan orang lain.
Waktu seakan-akan tercuri oleh momen singkat itu. Cowok yang sedang memungut dompetnya itu segera memanggil paksa semua kesadarannya dan segera membangkitkan badannya yang sudah lemas habis tenaganya setelah mendapat kejutan tak terduga itu. Dia segera mengeluarkan selembar kertas dari dompet itu dan segera menapakkan kakinya keluar dari tempat dia belanja. Payung lipat berwarna hitam itu segera dia keluarkan dari tasnya dan dia mulai berjalan pulang dengan perasaan hampa.
Matanya sangat kosong sekosong hatinya saat ini. Kakinya sudah melangkah dengan sendirinya tak peduli ada genangan di hadapannya atau tidak seakan-akan kakinya sudah di setting autopilot. Terus dan terus berjalan hingga akhirnya entah kenapa dia mulai menurunkan payungnya kearah tanah membiarkan hujan mulai membasahi dirinya sendiri. Payung yang dalam genggamannya sekarang dalam keadaan terbalik seperti parabola rumah jaman dulu buat nangkep sinyal tapi apa yang ditangkap oleh cowok itu hanyalah pikiran yang sangat kacau tanpa henti. Ya, pikirannya bagaikan benang ruwet (kusut) yang sudah tak tertolong untuk diurai kembali.
Waktu terasa begitu lama untuk sampai kerumah hingga tiba dia sampai di depan gerbang rumahnya. Tak terkunci tetapi dia tetap berdiri dan menatap gerbang itu. Terdengar suara yang tak terlalu jauh dari cowok itu tapi dapat didengar suara itu semakin lama semakin datang mengarahnya. Dia hanya menoleh kemana arah suara itu datang.
'ah.. Ada mobil... '
Itulah pikirannya sambil terus menatap mobil itu.
.....
Tiba-tiba tersirat pikiran buruk dibenaknya yang tak pernah dia pikirkan.
'aahh~ gimana jika aku menjatuhkan diriku kearah datangnya mobil itu?? Akan seperti apa nantinya, '
Katanya dengan dengan tatapan kosongnya itu. Sekilas dan hanya sekilas, kau bisa melihat senyuman tipis darinya tapi ini bukan pertanda yang baik. Dia mulai membalikkan badannya dan perlahan mulai melangkah ke tengah jalan. Jalannya begitu lambat tetapi pasti dia bisa akan tepat waktu di tengah jalan saat mobil itu melintas nantinya. Kali ini senyumannya semakin lebar, tetapi kau tak bisa melihat matanya yang tertutup rambut basahnya itu. Kau tak bisa menebak perasaan apa yang digeluti (rasakan) saat ini.
Sedikit lagi dia hampir sampai di tempat yang dia inginkan, disisi lain dari balik pintu rumahnya ada wanita cantik berambut hitam hendak keluar untuk menyelesaikan entah urusannya apa. Dengan masih bersantai-santai membalikkan pintu kayu itu, dengan sekali tatapan mata dia melihat anak kesayangannya sudah tepat berada ditengah jalan. Otaknya sudah paham harus berbuat apa tetapi badannya berkata lain. Belum juga dia mulai berlari, wanita itu menoleh kearah kemana anak kesayangan itu menatap. Dengan wajah semakin pucat dan mata terbelalak seakan-akan ini mustahil untuk terjadi dia melihat ada mobil melaju dengan sangat kencang mengarah dimana anaknya berdiri. Dia spontan berteriak memanggil namanya sambil berusaha berlari sekuat tenaga tapi apalah daya, kakinya melangkah tetapi terasa sangat berat dan lambat seperti ada makhluk yang menyeret wanita itu tetapi waktu berkata lain, detik demi detik berlalu sangat cepat dan terlalu cepat. Wanita itu berteriak sekeras yang dia bisa-memanggil anaknya untuk segera sadar sambil dia menjulurkan tangannya tapi apalah daya jarak anaknya itu sangat jauh dari jangkauannya. Wanita itu masih terus berlari, memaksakan waktu untuk memberinya ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI || Iwaizumi x Oikawa
FanfictionOikawa bertaruh pada Iwaizumi. Dibalik pertaruhan itu, terdapat rahasia yang tidak pernah disangka oleh iwaizumi sebelumnya. Sedikit demi sedikit rahasia tersebut akan terbongkar dengan sendirinya, Janji yang pernah mereka buat menjadi awal mula te...