Third's POV
"Tooru! Tooru sayang!! Habiskan makanmu dulu!!"
Seperti biasa suara lengking wanita berambut cokelat-yang sedikit bergelombang itu menggema di setiap sudut rumah yang tak terlalu besar. Dia mengerutkan alisnya dan menyandarkan tangannya di pinggangnya. Dia marah pada anaknya,
"tooru!!! Tooru oikawa!!! Dengerin mama!!" perintahnya sambil menjewer kupingnya dan menyeretnya ke meja makan.
Mendudukkan anaknya di kursi dan menyuruh anaknya menghabiskan sisa makannya yang dia tinggalkan.
Anaknya yang berumur 5 tahun itu menggelengkan kepalanya dan tetap memberontak tidak ingin melanjutkan makannya.
"gak! Aku gak mau makan! " katanya menaikkan nada bicaranya pada wanita itu.
Wanita itu menghela nafas dan mengusap keningnya dengan jarinya. Menggeleng-geleng dengan rasa frustasi menghantuinya. Dia menatap anaknya yang sangat manja itu, "lalu kau mau apa sekarang, sayang?"
Anaknya cemberut dalam diam. Nampak dia tak paham apa yang dia inginkan sendiri.
Wanita itu bertanya lagi, "apakah makananya tak enak?"
Anaknya kembali menggelengkan kepala dengan cepat setelah mendengar pertanyaan itu.
"lalu kenapa kau tidak mau menghabiskannya?" tanyanya kembali,
Pria kecil itu kembali terdiam-memikirkan jawaban yang tidak juga bisa dia raih.
Wanita berlipstik merah itu masih terus berdiri dengan heelsnya yang semakin membuat kakinya pegal. Dia terus pusing memikirkan anaknya yang sangat manja.
'mungkin aku terlalu memanjakan dirinya dari dulu,' batinnya yang juga merasa bersalah.
Wanita itu menyibak rambutnya dan segera mengambil tas kecilnya dan beberapa lembar dokumen dari meja keluarga.
"ayo, tooru. Kau harus ke penitipan anak," katanya sambil menyahut mantel hitamnya dari hanger dan juga sunglasses dari counter dapur yang langsung mengarah ke pintu keluar.
Handle pintu berotasi dan membuka kuncinya secara otomatis, pintu terbuka dan disitulah wanita itu masih menanti anaknya bersiap.
Anaknya menyahut tas punggungnya dan langsung memakai sepatunya sembari dia berlari menyusul wanita itu. Dia segera menggenggam tangan wanita itu. Langkah kaki mereka nampak berbeda ritme, wanita itu terlihat terburu-buru seakan-akan secara tak langsung dia menyuruh anaknya tuk cepat-cepat menyusulnya.
Suara kunci pintu mobil membuka oleh remote itu sudah terdengar dari jarak 5 langkah dan segera disusul suara pintu terbuka oleh 2 orang itu. Cepat-cepat menyamankan diri di jok mobil dan mereka berangkat ke tujuan mereka.
Cowok kecil berambut cokelat itu asik bersenandung tanpa vokal terucap sambil memadang keluar jendela. Melihat awan yang terus-terusnya menemani langit cerah selama perjalanan mereka namun kesenangan itu sejenak teralihkan oleh suara yang cukup menyita perhatian anak itu. Wanita itu cukup kaget mendapatkan suara yang tak dia duga dan segera mengambil handphonenya dari tasnya.
"halo?" kalimat pertama terucap pada wanita itu.
Anaknya yang duduk disebelahnya nampak tak keberatan dengan pembicaraan wanita itu dan kembali memandang senang keluar jendela.
"hmm.. Hmm..🎶" senandung kecil anak itu yang tanpa sadar membuat kedua kakinya berayun-ayun bergantian di sisa ketinggian jok mobilnya.
Nada kesal perlahan terdengar dari sahutan-demi-sahutan dari panggilan yang ia terima. Memang berkendara sambil menerima telfon tidaklah dianjurkan tapi sepertinya wanita itu punya beberapa alasan mengapa dia melakukan itu. Nampaknya dia sampai di penghujung percakapannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI || Iwaizumi x Oikawa
FanfictionOikawa bertaruh pada Iwaizumi. Dibalik pertaruhan itu, terdapat rahasia yang tidak pernah disangka oleh iwaizumi sebelumnya. Sedikit demi sedikit rahasia tersebut akan terbongkar dengan sendirinya, Janji yang pernah mereka buat menjadi awal mula te...