Negosiasi

343 28 8
                                    

Oikawa's POV

Mata birunya yang nampak memang cukup indah itu terus menatapku lekat tanpa memperdulikan situasi di dalam kereta ini. Orang-orang yang tak lain penumpang di sekitarku terus menerus memperhatikan kami. Perasaan tak nyaman semakin menggerogoti benakku dan ingin segera kulepas tangannya yang terus dan semakin meremas genggamannya padaku.

"dan apa jawabanmu, tooru-san?" tanyanya yang terus mendesakku layaknya psikopat.

Kusingkirkan paksa tangannya, dan melarikan diri tuk mencari tempat yang untuk menyingkir darinya. Dia benar-benar seperti punya kepribadian ganda. Tobio-chan kali ini seperti orang yang tak kukenal sebelumnya. Dia yang selalu jadi nice boi dan penurut, sekarang dia menjadi agresif kayak orang kerasukan.

Aku berjalan dan akhirnya aku duduk di sebelah ibu-ibu yang sedang duduk bersama anak perempuannya yang manis. Ibu itu membuang mukanya seakan-akan aku itu buronan yang lagi diincar polisi internasional. Anaknya yang berambut hitam-panjang terurai itu terus memandangku heran dan berbisik pada mamanya. Aku tak yakin pasti tapi dia seperti billang, 'mama.. Kakak yang duduk di sebelah mama itu kenapa? Dia seperti abis bertengkar ama kakak yang berbaju item," dan ibunya malah jadi semakin was-was atas kehadiranku.

Baiklah sepertinya aku harus menyingkir dari ibunya ini. Sekarang aku duduk selang 10 kursi darinya dan sebelahku ada gadis smp berambut hitam pendek dan disebelahnya ada temannya yang mungkin temannya yang berambut panjang dan diikat pony-tail. Mereka rasanya tidak memperdulikan keberadaanku dan ini cukup melegakanku.

Sejenak aku bersandar sambil sesekali melirik keberadaan juniorku dari kejauhan. Walaupun dia baru aja ngelakuin hal gila tapi entah napa tetap saja dia memang tetaplah junior yang harus kulindungi dan kujaga.

'sebenarnya dia tak melakukan hal aneh ke orang-orang sekitarnya. Dia kembali jadi tobio-chan yang kaku seperti biasanya,' batinku yang dari tadi terus mengawasi pergerakannya.

"a-ano, permisi,"

Disaat aku masih sibuk sendiri, terdengar suara cewek yang ternyata itu berasal dari penumpang di sebelahku.

"ya? apa yang bisa kubantu?" tanyaku penasaran.

Mereka tersenyum malu-malu dihadapanku dan aku tak tahu apa maksud itu. Setelah cukup sabar aku menantikannya, mereka pun mulai bertanya,

"ano.. Bolehkah aku meminta nomor telponnya ?" tanyanya dengan wajah merona.

Hmm? Dia meminta nomer ku padahal belum kenal denganku ? Kuakui dia sangat berani,

"ah- maaf aku tidak membagikan nomerku pada- "

"maaf, bukan nomermu tapi nomer si cowok berbaju hitam yang tadi bersamamu itu,"

Oh.. Ternyata nomernya tobio-chan, yaudahlah kasih aja, sapa tau ketertarikannya bisa beralih ke cewek ini.

"aww~ makasih ya, "

Dan mereka akhirnya sibuk sendiri mulai meneror si tobio-chan, haha. Memikirkan itu Aku merasa jahat banget deh tapi lupakan, rasanya aku ingin istirahat sejenak. Tidur dulu sebentar deh, masih ada 4 stasiun sampai sebelum nantinya sampai.

.

.

.

"tooru-san... Tooru-san, bangun, "

Samar-samar suara yang tak asing itu mulai menyadarkan diriku dari hibernasi singkat yang terasa sangat nyaman ini. mataku masih terasa sangat-sangat lengket seperti ingin menunda kebangunanku ini. Namun belum sempat aku tersadar, tiba-tiba terasa kalau pundakku tersentuk oleh tangan yang tak kuketahui. Sontak itu membuatku bangun dan dengan pandangan yang masih sangat kabur.  kulihat hanya siluet cowok berambut hitam yang senada dengan bajunya itu sedang berdiri di hadapanku. Aku tak tahu maksudnya, aku tak bisa melihat wajahnya yang berusaha seolah-olah berusaha memberitahukan diriku sesuatu yang penting,

JANJI || Iwaizumi x Oikawa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang