12. Almost Losing You

3.4K 411 59
                                    

Maaf ga sengaja kepublish sebelumnya jadi langsung ditarik lagi. Ini done beneran ya?

Oh ya... biar banyak yang ga pada nanya kalau lagi update begini, kalian bisa follow akun Chiyo dan tunggu konfirmasi langsung dari Chiyo. Ga mahal kok. Gratis. Jadi jangan lupa buat follow Chiyo ya? Yang numpang baca dan belum follow, hayuks deh follow. Yang udah follow makasih banyak.

Jangan lupa juga untuk dukung cerita ini dengan vote dan komen yang banyak. Arigatou.

.

.

.

.

.

Sakura melompat dan merebut pistol salah satu polisi. Memastikan bidikan dari pria itu tidak mengenai siapapun. Tapi dia lengah setelah berhasil menembakkan peluru itu pada pria jahat yang menjadi pusat atensinya. Karena detik berikutnya dia melihat Hinata jatuh tersungkur. Dan sesuatu menembus punggungnya.

Gadis pink itu melotot. Nyeri yang menjalar di punggungnya membuatnya nyaris kehabisan nafas. Dia berteriak memanggil Naruto dan menunjuk pada pria yang berhasil ia lukai. Naruto mengeluarkan pistolnya dan menembakkan senjata api itu tepat di betis pria tersebut dan membuatnya ambruk. Dia meneriakkan pada beberapa polisi untuk menghalau pria jahat bernama Kii-san itu.

Hara pun tidak dalam kondisi baik. Karena Sasuke telah menembak tepat di jantung pria itu. Berkat reflek mematikan yang ia miliki. Namun segala itu membuat jantung Sasuke berhenti. Dia tidak senang dengan darah yang mengalir dari bawah dada Hinata. Gadis itu menggigil dan wajahnya pucat.

Sasuke berlari panik ke arah Hinata dan merengkuh tubuh gadis itu. Wajahnya sepucat kertas dan kedua matanya berembun menahan tangis.

Pria raven itu berteriak parau memanggil petugas medis dan tak lama setelah itu petugas datang. Naruto berlari mendekat dan berusaha membuat Sasuke tenang. Pria itu panik. Dan Naruto khawatir apapun yang dilakukan Sasuke akan memperburuk kondisi Hinata. Kesalahan posisi bisa berdampak fatal karena mereka tidak tau seberapa dalam luka dalam tubuh Hinata.

Sakura berjalan tertatih. Masih berusaha bernafas sempurna dengan darah yang tak berhenti mengucur. Gadis itu bergetar ketika mendekati Naruto. Menepuk bahu pria itu dan meminta Naruto mengambil syal yang ia kenakan. Dan menunjuk Hinata. Tangan Sakura penuh darah jadi tidak mungkin mengambil syal dan membuat darahnya mengotori tubuh Hinata.

Naruto mengerti maksud Sakura dan mengambil syal itu. Membenarkannya cepat pada tubuh Hinata yang oleh Sasuke masih didekap erat. Hingga ambulan datang dan mereka mendekat sembari membawakan brankar.

"Semua baik-baik saja, Sasuke. Yakinlah," bisik Naruto menenangkan. Walau dia sendiri merasa tak pasti dengan jumlah darah yang ia lihat dari Hinata.

"Kau tidak mengerti. Kau tidak tahu..."

Naruto mengangguk. Dia juga takut. Kehilangan Hinata jelas bukan opsi yang ia pilih. Dia hanya ingin melindungi gadis kecil yang penuh kejutan seperti Hinata. Gadis yang telah membawakan keceriaan pada masa gelapnya.

"Jangan berpikiran buruk," tukas Naruto sebelum menutup pintu ambulan yang dinaiki oleh Hinata dan juga Sasuke.

Pria itu hendak melanjutkan langkah ketika mendengar bunyi 'Buk!' keras dan matanya membulat. Sakura tersungkur dengan punggung penuh darah. Bagaimana bisa Naruto tidak melihatnya?

.

.

.

.

.

Sasuke mondar-mandir dengan gelisah. Ditatapnya ruang operasi dengan cemas. Hinata tidak boleh pergi. Hinata tidak boleh meninggalkannya sendiri. Mereka sudah berjanji untuk memperbaiki pernikahan mereka. Maka dari itu tidak boleh ada yang pergi.

Love, Life, Lie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang