18. Adios

1.9K 288 117
                                    

⚠️⚠️ Warning ⚠️⚠️
Matur content (no lemon)!! Be Wise!!
Jangan bilang Chiyo ga kasih peringatan terus tetiba bilang cerita ini ga cocok buat anak-anak. Oke? Soalnya di deskripsi cerita udah dikasih tau ini cerita action which is so pasti banyak banget adegan mengandung perkelahian, kekerasan, dan darah. 👀🙏

Enjoy. Jangan lupa kasi komen, vote, dan follow Chiyo. Oke?

Happy reading 💙💙💙

.

.

.

.

.

Hinata merasakan tubuhnya remuk. Air mata yang telah mengering di kedua pipinya. Pria kejam itu... Memukulinya habis-habisan. Melecehkannya dan mencukur rambutnya dengan pisau. Hinata cukup yakin kulit kepalanya ada yang terluka karena benda tajam itu.

Wanita itu tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika saat ini Sasuke tengah mencarinya. Dari percakapan yang Hinata dengar, pria jahat itu mencoba menyiapkan jebakan dengan menggunakan sejumlah armada. Kemungkinan rute kepolisian akan mengepung tempatnya disekap saat ini... Bagaimana jika Sasuke...

Dame!!

Hinata menggelengkan kepalanya kuat. Berkat dia yang terus meronta selama penyiksaan itu, ikatan terasa sedikit longgar. Hinata berusaha menggerakkan tangannya. Membuat celah agar salah satu tangannya bisa lepas. Setelah mencoba setidaknya 30 menit, Hinata berhasil melakukannya. Wanita itu sampai tersedak dengan air matanya sendiri. Dengan tangan yang bergetar, dia berusaha untuk melepaskan ikatan di tangan dan kakinya.

Wanita itu tau tidak akan mudah keluar dari tempat ini. Tapi semua jauh lebih baik ketimbang tidak mencobanya sama sekali. Namun sayang, ketika dia masih menyeret kakinya untuk mencari cara kabur dari tempat itu, pintu ruangan terbuka dengan kasar. Pria jangkung menyeramkan bermata biru itu berteriak memekakkan dan memerintahkan anak buahnya mengunci ruangan dengan hanya dia dan Hinata saja yang ada di dalamnya.

"Kau sepertinya jauh lebih suka kekerasan. Kau beruntung aku tidak membunuhmu sekarang karena kau tidak terlibat. Tapi kau sudah membuatku sangat marah!" Aleksey menarik rambut Hinata dan membenturkan kepala gadis itu ke tembok. Hinata merasakan sengatan nyeri di kepalanya dan merintih. Namun pria itu tidak peduli.

"Kau harus tau batasan mana sampai aku bisa marah!"

Hinata berontak. Tapi dia tau dia akan kalah. Tubuhnya lemas. Sejak kemarin tidak ada makanan dan juga minuman yang masuk ke tubuhnya. Kepalanya pening luar biasa dan perut bagian bawahnya nyeri hebat.

Wanita indigo itu sadar ketika pria itu membuka paksa pakaiannya. Dan HInata dengan tenaga yang tersisa di dalamnya berusaha mencakar lengan pria itu. Kakinya menendang apapun yang bisa dijangkau untuk menghentikan gerakan pria itu yang menyentuhnya dengan kasar. Hinata menangis. Dia tidak sudi menyerahkan tubuh tanpa perlawanan.

Dengan sangat kuat Hinata menggigit telinga pria itu. Dan berhasil. Pria itu meraung dan melepaskan diri dari gigitan Hinata. Namun...

PLAK!!!

Tamparan mendarat di pipi Hinata. Wanita itu mengaduh. Tapi dia tidak peduli. Dia melakukan perlawanan kembali sebisanya. Hingga rasa sakit yang amat sangat di perut bagian bawahnya menyadarkannya pada kenyataan. Hinata mengerang kesakitan tanpa henti sementara darah keluar dari kemaluannya. Aleksey menggumamkan sumpah serapah karena dia gagal menggagahi HInata. Dan Hinata pun... pingsan...

.

.

.

.

Love, Life, Lie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang