For all the love that never described
For all the the pain that never healed
For all the chance that already gone
May I take your hands back?-Namikaze Sakura-
.
.
.
.
.
Naruto terbangun keesokan harinya dengan tubuh yang terasa jauh lebih ringan. Dia menatap sendu pakaian Sakura yang ia letakkan di sebelahnya. Terlihat kumal karena seringkali ia peluk secara tak sadar ketika tidur. Dan tentu saja menjadi tempat penampungan air mata baginya. Andai tidak egois, apa saat ini dia bisa memeluk Sakura?
Pikiran itu ditepis Naruto. Apa yang sudah berlalu tidak akan pernah bisa terulang. Yang bisa ia lakukan adalah memperbaikinya. Membuat semuanya terasa benar. Jika mereka bertemu suatu saat nanti, akan Naruto pastikan bahwa Sakura akan menjadi wanita paling bahagia di dunia.
Tapi saat ini tidak ada gunanya melamun. Dia bisa menggunakan waktunya untuk segera melakukan apa yang diminta Alan dan pulang ke Jepang. Mencari Sakura.
Hanya butuh 15 menit baginya untuk mandi dan bersiap. Dia turun ke ruang makan Alan. Bertemu pria berusia 40 tahun itu bersama istri dan putranya. Naruto tersenyum. Dia mungkin akan memiliki satu yang seperti itu jika Sakura tidak pergi.
"Kau semangat sekali."ujar Alan dengan senyum.
"Harus segera memulai hari dan kembali secepat yang aku bisa."
Alan terkekeh dengan jawaban itu. "Kau akan memilih berlama-lama disini. Aku yakin itu."
"Apa maksudmu?"
"Diskusi yang kubawa cukup panjang, Sir. Itu sebabnya keinginanmu untuk pulang harus sesuai dengan perkiraan."
Naruto mendecih tapi tetap tersenyum pada akhirnya. Putra Alan yang sibuk merakit pesawat mainan yang Naruto bawakan terlihat sangat menggemaskan bagi Naruto. Dia ingin putri yang cantik seperti Sakura. Atau seorang putra juga bagus. Akan dia ajarkan banyak hal kepada anaknya kelak.
"Kita akan ke kantor polisi setelah sarapan. Berkas ada disana dan aku ingin kau melihat semuanya sebelum kita memulai diskusi."
"Your wish is my command, Sir."
Dan keduanya pun tertawa.
.
.
.
.
.
Sasuke membenahi berkas kepolisian di mejanya dan menemukan catatan kakaknya. Dari kasus terakhir yang ia tangani dan menjadi arsip kepolisian. Itachi sangat menyayanginya. Bahkan dia meninggalkan semua catatan ini agar Sasuke hidup dengan lebih mudah.
"Kau kakak terbaik."bisiknya.
Mungkin jika masih hidup, Itachi akan berusia 47 tahun. Kini Sasuke berusia 37 tahun. Dan perbedaan usia seperti itu pasti menyenangkan untuk dilihat jika mereka masih bisa bersama. Tapi Kami-sama lebih menyayangi Itachi. Kini sang kakak tidak merasakan rasa sakit lagi. Bahagia dengan tenang di tempatnya.
Hinata mengetuk pintu dengan menggendong Sotaru sementara Bibi Chiyo menggendong Sora. Memasuki ruang kerja Sasuke yang kini telah kembali berfungsi seperti sediakala.
Sasuke menyambut Sora dalam gendongannya. Menciumi pipi gembul putrinya itu sebelum mencium pipi Sotaru dan puncak kepala Hinata. Wanita itu mengeratkan pelukan pada Sasuke membuat keempatnya menjadi seperti rombongan Teletubbies. Chiyo terkekeh dan memutuskan keluar dari ruangan itu. Membiarkan keluarga bahagia itu bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Life, Lie [END]
FanfictionIni tahun ke lima semenjak Sasuke mengambil tanggung jawab pada hidup Hinata. Hah! Dia bahkan tidak bisa menyebut pria itu suaminya. Sebuah kenyataan pahit yang harus ditelan gadis itu bulat-bulat. "Kau masih bocah. Dan pernikahan kita akan berlangs...