7. Dance

4K 453 39
                                    

Hinata bangun dalam kondisi pening. Sasuke masih terlelap sembari memeluknya seolah tidak menginginkannya pergi. Sesekali alis pria itu mengerut dan terlihat gelisah. Hinata mengusapnya dan berbisik menenangkan sebelum Sasuke menenggelamkan kepala pada puncak kepala Hinata.

Apakah serakah jika dia menginginkan hubungan yang seperti ini terus menerus? Apakah serakah jika dia menginginkan hubungan yang seperti ini hanya untuk dirinya?

"Bukalah hatimu sedikit. Yakinlah bahwa aku berbeda. Aku mencintai Sasuke-nii lebih dari apapun."

Sendunya subuh kali itu membuat Hinata mengantuk. Kepalanya tidak ingin berpikir banyak. Dia lelah dan ingin pelukan Sasuke ini tidak berakhir.

.

.

.

.

.

Bibi Chiyo menggelengkan kepala. Tidak berniat mengganggu tapi dia cukup tau jika kali ini Sasuke dan Hinata pasti satu kamar lagi. Dan dia sudah lelah berteriak membangunkan keduanya.

"Kalau begini terus dan tidak menghasilkan bayi, awas saja," gumam wanita paruh baya itu.

Ketukan di pintu depan membuat Chiyo menghentikan aktivitasnya mengadon kue. Wanita paruh baya itu menaruh curiga pada pria yang dikenalkan beberapa pekerja peternakan. Dia adalah pemilik peternakan Hara.

"Selamat pagi," sapa pria asing tersebut. Chiyo hanya mengangguk dan menggumamkan pagi.

"Untuk keluarga Uchiha," ujar si pria itu dengan senyum yang membuat Chiyo merinding. Pria ini berbahaya.

"Terima kasih."

"Tolong sampaikan untuk lebih berhati-hati," tukas si pria Hara itu dengan senyum tipis.

Senyuman itu sangat menakutkan. Membuat Chiyo merutuki mengapa bukan Sasuke saja yang membukakan pintunya.

"Aku ini sudah tua. Kenapa harus bertemu orang-orang yang seperti ini?" keluh Chiyo sembari mengarahkan langkahnya ke dapur.

Sesampainya di tempat kekuasaannya, dia harus mendapati Sasuke dan Hinata duduk di hadapannya dengan wajah bantal. Ya ampun.. Dua orang ini benar-benar harus dilakukan sesuatu.

"Kalian baru bangun?" tanya Chiyo yang dibalas anggukan oleh keduanya.

"Awas saja aku tidak bisa melihat bayi gemuk kalian. Sudah datang telat dan beberapa kali tidur bersama. Tapi bertingkah seperti orang asing," gerutu wanita itu yang dibalas pelotototan oleh keduanya.

Bayi lagi.

Sebenarnya Hinata ingin. Tapi bagaimana caranya memiliki bayi kalau Sasuke tidak bergerak? Harus dia kah yang memulai?

"Tadi ada tamu?" tanya Sasuke. Mengalihkan wanita paruh baya itu dari obrolan soal bayi.

"Oh! Nyaris aja aku lupa," balas Chiyo. "Ada makanan dari pemilik peternakan Hara."

"Dia kemari?" tanya Sasuke dengam kedua mata menyipit.

Chiyo mengangguk. "Pria itu seram. Aku heran bagaimana pria seperti itu menjadi koboy. Tidak ada jiwa satrianya. Dia seperti penjahat di film mafia."

Hinata hanya mengerutkan dahi kerika menoleh pada Sasuke. Bibir pria itu berubah menjadi segaris seolah tengah memikirkan sesuatu.

Ada apa?

.

.

.

.

.

"Aku bisa pingsan jika menemukan pria panas lagi disini. Aku tidak keberatan jika dia mengurungku di balik selimut," kelakar Jennie yang langsung menusuk telinga Hinata. Dia  baru saja akan melanjutkan perjalanan menuju perpustakaan kalau saja tidak ada suara genit para pecinta gairah semalam itu.

Love, Life, Lie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang