Jangan lupa vote 🌟 dan komen ya. Arigatou.
Jangan terlalu ambil pusing sama kasus di dalam cerita ini. Semua nama, negara, dan kata-kata yang terucap dalam dialog di cerita ini tidak diambil dari kejadian nyata. Okay? Enjoy! 😍
..
.
.
Naruto memasuki pelataran kantor kepolisian untuk mengecek laporan yang dikatakan Oda sudah terkumpul. Data tentang pergerakan Organisasi Pluto selama 15 tahun terakhir. Dan kecurigaannya terbukti. Hara merupakan bagian dari organisasi dengan beberapa bukti yang dikumpulkan dan juga aktivitas harian yang dicatat oleh para polisi sembari menjaga lokasi syuting.
"Kau mau menangkap Hara saja atau kau mau meringkus keseluruhan?" tanya Oda dengan kedua alis bertaut.
"Aku ingin menyadap peternakan. Kita membutuhkan orang yang berpengaruh. Atau setidaknya mengundang atensi. Karena itu aku ngotot memakai aktris itu karena dia tidak terlibat dengan siapapun dari kepolisian kecuali urusan syuting," jelas Naruto panjang lebar.
"Melibatkan orang lain berbahaya, Naruto."
"Apapun bisa kulakukan."
Oda mendengus dan menutup berkasnya. "Aku masih mengharapkan ada opsi lain."
"Sayangnya itu opsi yang kumiliki."
Pria tambun itu menggeleng. "Aku tidak tau apa motivasimu. Tapi lupakan pemikiran tentang melukai. Kau juga akan terluka pada akhirnya."
Naruto hanya diam dan memandang ke arah jendela. Apa yang akan membuatnya menyesal ketika melibatkan Haruno di dalamnya? Toh jika ada yang terluka itu bukan Hinata.
.
.
.
.
.
Hinata mual. Kepalanya pusing akibat waktu tidur yang sedikit berkurang belakangan. Dia tidak bisa fokus mengerjakan tugas kuliahnya. Dan tidak juga bisa melakukan aktivitas di luar rumah sebebas dulu karena Sasuke melarangnya.
Hebatnya, Hinata menurut.
Mungkin dia sudah kehilangan akalnya. Atau setidaknya kehilangan kata-kata. Atau dia hanya ingin Sasuke tidak cemas. Pilihan manapun memang cukup membuat Hinata merasa sedikit... Kehilangan...
Sasuke tidak banyak berkomunikasi dengannya sekalipun saat ini pria itu berada dalam jangkauannya. Sasuke menenggelamkan banyak dari waktunya di kantor pribadinya. Dengan setumpuk kertas yang penuh coretan.
Pria itu hanya sesekali menemaninya di meja makan dan mengecup puncak kepala Hinata ketika gadis itu akan beranjak tidur. Tidak ada hal istimewa lain.
Terkadang, Hinata akan mendapati rasa cemas yang menyeruak ketika Sasuke pulang terlambat. Atau ketika pria itu melamun seolah tengah menimbang sesuatu. Hal yang sangat membuatnya takut akan terjadi sesuatu yang besar. Sasukenya mungkin sedang dalam bahaya. Namun perasaan itu berusaha ia tepis kuat-kuat. Sasuke akan baik-baik saja.
Sudah satu pekan lamanya. Benar-benar tidak terasa. Dan Hinata juga menyadari aktivitas para kru film di peternakan yang juga mulai berkurang. Termasuk wanita merah jambu yang belakang terlihat seperti menghindar.
Sakura hanya akan terlihat ramah ketika ada Sasuke di dekatnya. Selebihnya gadis itu hanya diam. Bahkan ketika ada Naruto, Sakura langsung berlari menjauh seolah Naruto membawa wabah. Entah apa yang terjadi dengan keduanya. Namun Hinata yakin itu merupakan sesuatu yang berbahaya. Karena terlihat dari sorot mata ketakutan Sakura yang berusaha ditutupi wanita itu dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Life, Lie [END]
FanfictionIni tahun ke lima semenjak Sasuke mengambil tanggung jawab pada hidup Hinata. Hah! Dia bahkan tidak bisa menyebut pria itu suaminya. Sebuah kenyataan pahit yang harus ditelan gadis itu bulat-bulat. "Kau masih bocah. Dan pernikahan kita akan berlangs...