14. Mine

2.7K 343 38
                                        

Sasuke mengulurkan coklat hangat kepada Sakura yang meneliti langit seolah tengah berbincang pada benda berwarna hitam itu. Sasuke bahkan harus berdeham hingga membuat Sakura menoleh ke arahnya. Wanita itu tersenyum.

"Bertemu denganmu sama sekali bukan hal yang bisa terpikir. Apalagi sekarang sepertinya aku harus terhenti di Konoha selamanya. Atau bahkan menjadi warga Sapporo jika dia dipindahkan kesana," terang Sakura dengan kekehan.

"Kenapa kalian menikah? Kau tidak apa-apa dengan itu?" tanya Sasuke masih dengan raut dinginnya. Sakura hanya mengangguk.

"Sekali lagi. Setelah 2 kali gagal dengan cara yang membuat hatiku tak berbentuk," ujar Sakura dengan getir.

"Bukan salahmu. Semua itu..."

"Salahku. Takdirku. Darahku. Yang kutakutkan setelah ini adalah melibatkan Naruto terlalu banyak dan membuat pria itu terancam nyawanya. Aku sudah tidak sanggup melihat kematian lagi, Sasuke."

Pria raven itu menghela nafas panjang. Jelas merengkuh wanita itu bukan hal yang tepat. Mereka sudah sama-sama menikah. Walaupun dia tidak tau apa bentuk hubungan yang dimiliki Sakura dengan Naruto sekarang tapi tetap saja... Dia sudah bertekad mengubah hubungan platonisnya dengan Hinata. Jelas dia harus mempertimbangkan perasaan istrinya, bukan?

"Dia mungkin akan menyulitkanmu dengan banyak hal. Naruto... Hidupnya juga penuh luka," terang Sasuke dengan wajah dingin bagaikan topeng.

Dia dekat dengan Namikaze pun bukan kebetulan yang menyenangkan. Bahkan dulu mereka harus sama-sama menahan diri untuk tidak saling melukai atas masa lalu mengerikan yang menghubungkan keluarga mereka.

"Naruto mungkin akan menyakitimu."

Sakura mengangguk. "Tapi hal ini akan menyelamatkan semua pihak. Terutama aku yang pada akhirnya bisa memenuhi janjiku. Tidak perlu khawatir. Sendiri dan duka sudah menjadi temanku. Kau dan Hinata harus bahagia."

Setelah mengatakan itu Sakura melangkah menuju dapur untuk mencuci mug yang disodorkan Sasuke. Dia menginap sementara di kediaman Uchiha-Hyuuga bersama Naruto. Besok dia akan memulai hidup kembali di rumah 'suaminya' itu. Dan menikmati kembali getir yang entah mengapa terasa setiap kali pria pirang itu menyebut nama Hinata.

.

.

.

.

.

Hinata mengecek pembukuan peternakan ketika Sasuke masuk ke kamar mereka. Pria itu langsung memeluk pinggangnya dan menyandarkan dahi pada bahu mungil Hinata. Seolah tengah meletakkan lelah akan permasalahan hidup yang tak berkesudahan.

Wanita itu menutup laporan keuangan itu dan membalikkan badan. Mengubah atensinya menjadi sepenuhnya milik Sasuke. Pria itu tersenyum lelah dan menekan dahinya pada dahi Hinata.

"Aku hanya punya kau sebagai keluarga. Apa kau juga akan meninggalkanku?" tanya Sasuke dengan suara lemah.

"Tidak akan. Membuatmu menjadi manusia seperti ini saja sudah sangat susah. Memangnya aku bisa hidup dan kembali di masa kau tidak ada?" tanya Hinata dengan raut serius.

Sasuke terkekeh mendengar jawaban itu dan merengkuh Hinata dalam pelukan eratnya. Diresapinya rasa gadis itu dalam pelukan dengan mata terpejam. Ini terlalu indah dan membuatnya ketakutan. Sekalipun Hinata mengulang beberapa kali jika dia bukan wanita seperti ibunya dan mantan istri Itachi-nii.

"Aku mengalami banyak hal yang tidak menyenangkan dengan wanita. Nyaris tidak menerima adanya pernikahan. Dan membenci diriku sendiri atas lara tak berkesudahan dalam keluarga Uchiha."

Love, Life, Lie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang