Part 40 : Percobaan Pertama

7 1 0
                                    


Hari ketiga di pantai kubu sangat menyibukkan untuk Tata, Jingga dan Irwan, para pekerja sudah mulai menggali tanah dan membuat pondasi awal. Karena ada banyak perubahan, mereka jadi bekerja sedikit lama dari biasanya.

Setelah Arkan menyutujui semua rencana Tim Renora, yang tentunya berdiskusi dulu dengan Rio lewat telephone, semua berjalan normal.

Sesekali Jingga duduk di tanah jika kelelahan, ini sudah jam setengah lima sore lebih, sebentar lagi para pekerja akan beres-beres untuk pulang.

Tata masih sibuk dengan sang mandor, mereka sedang berdiskusi sambil mencoret-coret gambar yang irwan pegang. Jingga memilih menyingkir dan duduk menghadap pantai sambil memijat-pijat kakinya, membiarkan sang Ketua Tim mengerjakan bagiannya.

Tak berapa lama kemudian Tata dan Irwan berjalan ke arahnya.

“Mereka sudah mau pulang. Aku sudah suruh mereka buat menutup bata dan pasir kita sama tikar yang besar itu.” 

Jingga mengangguk mendengar penjelasan tata yang menunjuk tikar besar yang berwarna biru. “Nanti malam angin pantai pasti kencang. Pastikan mereka selalu menutupnya setelah selesai bekerja” titahnya.

“Yupps, sudah.”

“Kalian pulang duluan. Aku masih mau disini” ujar Jingga. Tata mengangguk dan mengajak Irwan memboncengkannya memakai sepeda.

Membicarakan sepeda, Jingga jadi teringat tadi pagi. Arkan menyuruhnya agar ikut bersama mobil sewaannya, tapi Jingga menolak. Saat Arkan terus memaksa, ia bilang pada laki-laki itu bahwa mereka sudah membayar tunai sewa sepedanya, sayang jika tidak terpakai. Pada akhirnya laki-laki itu mengalah membiarkan ke tiganya memakai sepeda.

“If you can read this, bring me glass of wine?” tiba-tiba orang yang ada di pikirannya sudah berdiri di hadapannya sambil memiringkan kepala.

Jingga mengerutkan keningnya, Arkan yang melihatnya hanya tertawa.

“Your socks.” laki-laki itu menunjuk kaos kakinya.

Jingga menekukkan kakinya dan membaca tulisan yang ada di telapak kakinya. Ia kembali meluruskan kaki dan meletakan sandal yang ada di pantatnya dengan nyaman.

“Sayangnya aku cuma bawa soda ini. Kamu tidak kecewakan?” Canda Arkan.
Jingga hanya mengangkat sebelah sudut bibirnya tipis, lalu menerima minuman soda tersebut dari tangan arkan.

Mereka hanya duduk di bawah pohon itu selama beberapa menit, tidak ada yang membuka percakapan sama sekali. jingga dengan kediamannya, dan arkan dengan kebingungannya untuk bertanya.

Ia yakin Jingga tidak akan menceritakan begitu saja tentang Jonatahan. Dia harus memancing wanita ini dulu agar lebih terbuka kepadanya.
“Tidak tertarik untuk bermain di pantai?” pancing Arkan.

“Tidak.”

“Padahal dulu kamu suka sekali bermain air.”

Jingga hanya menggeleng menanggapi pertanyaan Arkan.

“Kenapa? apa sekarang kamu sudah tidak menyukai air?"

“Bukan”

“Jadi....?” tanya Arkan penasaran.

“Kaki saya... ” Jingga terdiam sebentar. Arkan merasa wanita itu tidak nyaman, dia harus segera merubah topik agar pembicaraan tetap berlanjut.

“its okay, jangan terlalu memaksa jika tidak ingin menceritakannya” pelan-pelan arkan, pelan-pelan. Ucapnya dalam hati, orang kaku dan pendiam seperti Jingga harus di pancing dengan cara halus tapi mendalam. Dia sudah sering menghadapi klien yang kaku seperti ini, seharusnya hal yang mudah untuk Arkan memancing dan mendekati Jingga lebih jauh.

The Good, The Bad, & The CrypsyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang