Part 36 : Kenapa?

30 6 1
                                    

"Kenapa Runi sadar cukup lama? kamu tidak pernah membiarkan dia sadar selama seminggu kayak kemarin Yu... kita tau kalian belum benar-benar akur." tanya Tiffany. Mereka semua belum mandi dan masih memakai piayama masing-masing,

"Karena memang aku yang membiarkannya, itu hukuman buat dia yang seenaknya keluar tanpa ijin" ujar Yuyu serius. " ck...dia sangat lemah hanya karena bertemu ayahnya."

"Itu ayahmu..." Tata menjitak kepala Yuyu.

"kata siapa?"

"Terus sekarang gimana? Kamu dapet telepon dari sepupu kamu, jadi kamu mau ke sana?" tanya Sonya sambil memakan nasi goreng. Mereka membawa nasi goreng ke ruang keluarga, dan makan di sana.

"Hmmm,,, sama Jingga" Yuyu mengangguk.

"Emangnya gak apa-apa? Ini bukan keluarga yang biasa kamu kunjungi sebulan sekali atau semacamnya, kamu udah gak ketemu mereka selama hampir 8 tahun."

"Kenapa aku harus kenapa-napa?" Yuyu tertawa sinis "harusnya mereka yang kenapa-kenapa bukan?" lanjutnya.

"Kita tau, tapi..." Sonya terlihat berfikir sejenak "Sekali lagi aku tanya, kamu bener gak apa-apa bertemu dengan orang yang...."

"Aku gak apa-apa. Ada Jingga di sana, jadi aku akan baik-baik aja" potong Yuyu sambil menatap Jingga melihat kearahnya.

***

Jingga terbagun saat seseorang menyentuh hidungnya.

"Bangun. Kita sudah sampai di rumah sakit" bisik Yuyu.

Ya, di sinilah mereka. Di salah satu loby rumah sakit umum di Jakarta, setelah menempuh Bandung-Jakarta yang hanya beberapa jam, akhirnya mereka sampai di sini. Jingga tertidur saat ia tidak kuat menahan kantuknya, mereka memakai mobil Tim Renora, dan menyuruh salah satu penjaga rumahnya untuk mengantar mereka.

"Sudah sampai?" Jingga segera merapihkan kemeja biru tua yang ia masukan ke dalam celana jeans hitamnya. Ia melihat Yuyu yang sedang membenarkan make upnya.

"Cantik" ujar Jingga. Ia tidak bohong, Yuyu memakai dress hitam yang terasa pas dan elegan saat di gunakan temannya itu.

"I know that" kekeh Yuyu yang merasa bangga dengan apa yang ada di tubuhnya. Jika itu Runi, wanita itu hanya kan bersemu merah dan tersenyum saat di puji seperti ini.

Akhirnya mereka keluar dan berjalan ke arah loby rumah sakit, ia dan Yuyu menanyakan tempat di mana ayahnya di rawat.

Setelah mendapat jawaban, Jingga mengikuti Yuyu ke lantai yang mereka tuju, Yuyu berjalan dengan percaya diri yang begitu tinggi. Sesekali ia mengedipkan mata pada beberapa orang menatapnya kagum.

Setelah berada di depan pintu ruangan ayah Yuyu, Jingga melepaskan genggamannya.

"Kenapa?" Yuyu mengerutkan keningnya tidak suka saat jingga melepaskan tangannya.

"Bukankah lebih baik kamu masuk ke sana sendiri?" jawab Jingga ragu.

"Naah,,, kamu harus ikut" Yuyu kembali memegang tangannya dan mengetuk pintu di depannya.

Jingga yang sedikit ragu merasa gelisah di samping Yuyu, tapi tentu saja ia tutupi dengan wajah tenangnya.

Seseorang membuka pintu, di hadapan Jingga berdiri seorang laki-laki bertubuh tegap, kira-kira umurnya sama dengan Yuyu dan dirinya. mungkinkah ini....

"Hai sepupu....." sapa Yuyu dengan ceria. laki-laki di hadapannya kaget dan langsung memeluk Yuyu.

"waaaaah Runi? ....ah, ak.....aku aku spechless" sepupu Yuyu tersenyum dan memperhatikan penampilan Yuyu, lalu melirik ke arahnya.

The Good, The Bad, & The CrypsyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang