"Kita belajar banyak lewat luka"
🍀🍀🍀
Lami membuka matanya perlahan, merasakan pening ketika ia mencoba duduk. Sepertinya ini adalah efek menangis semalaman hingga akhirnya ia tertidur. Lami mendapati Ningning yang masih tidur pulas dengan mata yang bengkak. Lami pikir matanya juga pasti tidak berbeda jauh dari Ningning. Lami mendengar samar suara dari arah luar. Lami bangkit, membuka pintu dan menemukan Hina yang sudah berkutat dengan peralatan dapur.
Lami menoleh ke arah jam di ruang tamu, jam menunjukkan setengah tujuh pagi. Lami mencari keberadaan Koeun namun hasilnya nihil. Sepertinya Eonninya yang satu itu masih ada di kamarnya.
Hina menoleh karena merasa diperhatikan, menemukan Lami yang menyembulkan setengah badanny di pintu kamar. Hina meringis pelan merasa bersalah telah membangunkan Lami, karena Hina pikir mereka pasti tidur tidak tenang atau bahkan susah tidur karena ulahnya semalam.
Lami mendekat setelah mendapati Hina berekspresi seperti itu. Mengamati wajah Hina dengan teliti.
"Syukurlah tidak bengkak", gumam Lami. Yang segera didorong pelan oleh Hina untuk duduk di kursi meja makan. Hina berjalan ke arah kulkas dan mengambil satu buah susu pisang dan apel. Disuguhkannya susu pisang ke arah Lami, sesaat setelah gadis itu menerimanya Hina berganti mengupas apel untuk dimakan oleh Lami.
Hina menyuapi Lami apel dengan telaten. Seolah telah merawat anaknya sendiri. Tidak, mungkin Lami memang anaknya juga. Karena sejak Lami kelas 2 SD sudah dirawat olehnya juga. Bedanya dulu masih ada Irene Eonni yang merawat semuanya. Sedang Koeun, Yerim, Hina dan yang lain sekedar membantu.
"Aku sudah tak apa Lami-ah.. Terimakasih sudah peduli dan maaf, kau harus melihatnya saat itu."
Lami yang mengerti apa yang dibicarakan Hina menjadi menahan nafasnya sesaat. Kembali mengingat hal menyedihkan yang semalam telah terjadi. Matanya kembali perih, tak lama air matanya luruh. Lami menarik tangan Hina yang akan menyuapinya lagi dengan pelan, menggenggamnya begitu erat. Hangat, Lami tak ingin kehilangan rasa hangat dari tubuh Hina.
Hina mengelus pelan tangan lami yang menggenggam tangannya. Hanya hal kecil, tapi membuat Lami terisak.
"Tak apa Lami.. Tak apa. Eonni baik-baik saja, jadi tak perlu takut."
Hina menenangkan Lami dengan pelukan hangatnya. Mengelus dan menepuk punggung adiknya itu pelan. Adiknya tengah ketakutan, dan itu karena ulahnya. Hina menenangkan Lami setenang yang ia bisa. Karena tak dipungkiri, hatinya kembali gaduh, bergemuruh merasa bersalah.
Tak Lama Lami pun kembali tenang. Hina menyuruh Lami kembali ke kamar untuk mandi dan membangunkan Ningning agar sarapan bersama. Sedang Hina, ia tak ingin memikirkan apapun yang mungkin akan membuat ia mengawali harinya dengan perasaan yang buruk. Hina tak ingin merepotkan banyak orang lagi. Hina menata makanan di meja makan lantas menuju kamar untuk membangunkan Koeun untuk sarapan bersama.
🍀🍀🍀
Semua sudah berkumpul di meja makan. Makan dengan tenang tanpa seorang pun yang bersuara. Hina bilang pada Koeun saat di kamar tadi untuk tidak membahas apapun soal semalam. Jangan ada yang bicara apapun atau mengingatnya kembali. Hina meyakinkan Koeun bahwa ia sudah baik-baik saja. Mau tak mau Koeun harus menerima agar suasana hati Hina tidak kembali buruk. Koeun berprinsip mulai hari ini ia akan lebih menjaga dan memperhatikan emosi-emosi yang dikeluarkan oleh para adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We? Forever(End)
Teen FictionDulu, aku pikir kita semua akan bersama selamanya. Setelah kita melewati masa kecil, kita berantakan dalam kehidupan yang sempit dan gila ini. Mimpi yang penuh warna warni, semuanya meluap dalam genggaman kedua tanganmu. Tetaplah genggam impian itu...