22- 🍂119🍂

631 91 33
                                    


🍂🍂🍂

Semua berjalan sebagai mestinya namun tidak bagi dua oknum, yang pertama lelaki bernama Lee Jeno. Hubungannya dengan Herin tengah di fase renggang karena jarak mereka yang jauh. Bukan tidak saling memberi kepercayaan, hanya saja jarak semakin lama membuat muak.

Jeno takut Herin akan nyaman bersama yang lain dan melupakannya, begitupun Herin juga ketakutan dengan hal yang sama.

Mereka sudah berbaikan dengan Jeno yang berinisiatif meminta maaf terlebih dahulu, kembali menjadi Jeno yang hangat. Herin yang diperlakukan kembali seperti putri akhirnya luluh dan benar-benar memaafkannya.

Renggang disini bukan karena mereka sering bertengkar, melainkan mereka sering lupa memberi kabar. Tentu karena kesibukan masing-masing yang memang sangat berbeda.

Jeno juga dengan bodohnya jadi sering lupa bahwa gadisnya itu sensitive dan itu memungkinkan akan mengundang banyak kemungkinan untuk kedepannya.

Lelaki kedua bernama Huang Renjun. Lelaki malang yang masih tidak diberi kejelasan oleh Ningning mengenai status mereka. Renjun yang memang bermulut savage kadang masih suka tidak sengaja memojokkan Ningning, sedang sang gadis tidak suka dipaksa apalagi dipojokkan.

Ningning berkata beri ia waktu, tapi menurut Renjun satu minggu sudah sangatlah lama. Katakan saja Renjun berlebihan, tapi bukankah setiap orang akan begitu jika berada di posisi Renjun sekarang?

Dan keduanya tengah berada di ruangan yang sama sekarang. Duduk berdampingan dengan muka kusut khas remaja yang tengah patah hati padahal keduanya sudah dikatakan dewasa.

Haechan memperhatikan keduanya dengan camilan ringan ditangannya, seolah tengah menonton drama.

"Kalian kenapa?"

Diam, tidak ada jawaban.

Haechan yang kesal melemparkan kripik yang ia makan kearah mereka. Mereka hanya diam dan memungut beberapa kripik yang sekarang berada di pangkuan mereka.

"Ya ya buang itu dan makan ini", Haechan menyodorkan bungkus kripik kepada mereka. Ingat bungkus.

"Kurang ajar kau!", Baiklah Renjun tengah berada dalam mode macannya ternyata.

Bukannya takut Haechan justru tertawa kencang. Melihat Renjun marah adalah salah satu kesukaannya.

"Sudahlah, kalian besok ingin melihat evaluasi? Hina sudah dapat menari bukan? Kurasa kita harus datang melihat. Terlebih apa kalian tidak bosan? Kita tak memeliki jadwal 2 hari kedepan kecuali Mark Hyung. Bagaimana? Ingin ikut denganku?"

"Yang kau maksud evaluasi terbuka?"

Haechan menggangguk, Jeno tak lama juga mengangguk mengiyakan.

"Jisung, Chenle dan Jaemin juga ikut?"

"Tentulah, Jisung sangat suka melihat orang-orang menari seperti itu. Ini kesempatan langka untuknya."

"Benar juga, aku ikut daripada harus di dorm sendirian."

Mau tak mau Renjun ikut meskipun hatinya berat untuk bertemu Ningning. Untuk pertama kali Renjun merasakan hatinya sampai sebimbang ini.

Jeno ikut untuk menyegarkan otaknya kembali. Hitung-hitung sebagai hiburan.

"Geurae persiapkan hatimu Injun-ah hahaha", Haechan tertawa puas menggoda Renjun. Renjun hanya menggeram kesal dan melayangkan tatapan membunuh pada Haechan. Sang target bahkan tidak takut.

Are We? Forever(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang