21- siapa yang salah?🍂

549 97 67
                                    

"Meminta maaf bukan berarti kalah, bukan pula selalu yang salah. Ada orang yang rendah hati, tapi tidak rendah harga diri"

🍂🍂🍂

"Aku tidak salah dengar? Meminta maaf? Untuk??", Jaemin masih mempertahankan nada dinginnya.

"oppa, tak bisakah kau tersenyum? Kau begitu menakutkan jika seperti ini."

Jaemin menghela nafasnya, sedangkan Renjun yang belum beranjak pergi ikut tersenyum tipis.

"Kenapa bisa kalian ada disini? Sebenarnya mental kalian terbuat dari apa? Ini hampir pagi", Jaemin hampir lepas kendali, tapi beruntung ia masih bisa menahannya.

"Sudah kubilang bukan? Kami ingin meminta maaf."

Jaemin tersenyum meremehkan. "Bukankah kalian tidak salah?"

"Oppa.. Kau benar-benar terlihat jahat sekarang. Apa yang kau pikirkan? Kenapa kau menampakkan senyum menyebalkan itu pada kami?", Lami bersungut marah.

"Lami-ah tenangkan dirimu..", Ningning mengelus lengan Lami menenangkan, lantas menoleh pada Renjun.

"Renjun oppa, kami datang dengan maksud baik, kami lelah harus bertengkar. Kami disini untuk menjelaskan. Jadi.. Tak bisakah kau mengontrol emosi temanmu itu?"

"Dia tidak akan marah tanpa alasan. Sekarang katakan, selagi kami masih bersedia mendengarkan.", Ningning merutuku sikap Renjun sekarang dalam hatinya.

Jaemin dan Renjun duduk di hadapan kedua gadis manis itu.

Ningning awalnya menjelaskan dengan tenang disertai Lami yang beberakali ikut menyahut. Tapi lama kelamaan nada suara mereka bergetar, menahan rasa bersalah dan kecewa karena tidak ada yang ingin mendengarkan mereka.

Air muka Jaemin melunak, terlihat dari sorot matanya perasaan bersalah. Ia juga ingin meminta maaf, tapi gengsi telah menahannya.

Mark keluar dari kamarnya diikuti Haechan dibelakangnya. Sebenarnya, mereka ikut mendengarkan dalam diam dibalik pintu. Mereka juga sudah terbangun sejak suara bel terdengar brutal.

"Lebih baik kalian pulang, oppa antarkan", Mark menawarkan bantuan.

Keduanya kompak menggeleng, "Kau harus memaafkan Koeun eonni juga oppa. Kami mengaku salah, kami mohon kalian berbaikanlah. Jangan saling menyakiti dan mengacuhkan. Aku sangat tidak nyaman melihat kalian seperti itu."

"Jaemin oppa jugaa, kasihan Hina eonni. Bahkan sebelum kami kesini kami masih bisa mendengar samar-samar suara tangisnya."

Mata Lami dan Ninging susah basah. Haechan menghampiri Lami dan memeluknya, Ningning? Sudah pasti Renjun yang datang menawarkan pelukan hangatnya.

Jaemin dan mark masih bertahan di posisinya masing-masing. Mereka masih kecewa, tapi mereka juga tidak boleh egois. Mereka kini sama-sama salah. Yang satu tidak ingin terbuka dan yang satunya tidak ingin mendengarkan, mereka impas.

Suara benda jatuh mengalihkan perhatian semua orang yang berada di ruang tamu. Arahnya dari kamar Jisung dan Chenle. Saat semua kompak menatap pintu kamar mereka, muncul Chenle dan Jisung yang menampakkan wajah sangat panik milik mereka.

Jisung tersentak saat menyadari kehadiran Ningning dan Lami.

"Mwoya? Kenapa kalian ada disini?"

Chenle berhenti berjalan dan ikut menyadari meski sangat terlambat, ia bahkan sudah berada di ambang pintu dorm.

"Panjang ceritanya, kalian mau kemana buru-buru?", Haechan bertanya dengan tatapan menyelidik.

Are We? Forever(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang