🍂🍂🍂
Lami dan Koeun menutup mulut mereka terkejut dan keduanya serempak tersentak mundur kebelakang. Apa yang mereka ketahui sekarang benar-benar tak pernah terbayangkan oleh keduanya.
"Ada apa? Kau ingin kerja part time bukan? Itu berarti kau memang ingin benar-benar menyerah bukan?" Pertanyaan direktur di depan mereka menyadarkan keduanya.
Lami sekarang tau, jika Koeun ingin bekerja itu artinya ia mundur. Sudah sangat jelas bahwa perusahaan tidak mengizinkan trainee nya untuk bekerja.
Koeun juga akhirnya tau bahwa Lami sudah menyerah. Karena tak mungkin keduanya ada di ruangan yang sama, berhadapan dengan orang yang sama secara bersamaan jika Lami tak melakukan apa yang Koeun lakukan juga. Karena pasalnya, pembicaraan yang ada adalah sesuatu yang sangat serius dan tak mungkin direktur mengundang Lami hanya untuk sekedar mendengarkan tanpa ikut andil di dalamnya.
"Koeun-ssi... Kontrakmu dengan agensi sudah berakhir dan kau tidak ingin memperpanjangnya. Dan kau Lami-ssi... Kontrakmu sudah kau perbarui tahun lalu tapi kau memilih untuk memutuskannya. Geurae, aku akan menyelesaikan ini dengan segera. Kalian berdua dapat keluar sekarang."
Keduanya hanya mengangguk patuh dengan pandangan sendu dan tak percaya.
Saat sudah di luar ruangan, tangan Lami ditarik oleh Koeun membuat Lami berhadapan langsung dengannya dan menatap matanya yang memerah.
"Kau menyerah Lami-ah? Kau benar-benar menyerah?"
"Ehm.. Aku menyerah, lalu eonni juga benar-benar menyerah?"
"Eonni memiliki alasan yang kuat Lami-ah... Tolong bilang padaku kau hanya bercanda! Tak mungkin kan kau menyerah seperti ini?" Koeun akhirnya meloloskan kekecewaannya.
Lami tersenyum miris, "Nyatanya kau juga menyerah eonni, kita berdua tak ada bedanya. Aku juga memiliki alasan untuk segala yang terjadi sekarang."
Koeun mengusap wajahnya kasar, ada lubang penyesalan besar yang ada di hatinya sekarang. Seolah sesuatu yang berat juga tengah memukul keras kepalanya. Sangat pening yang dirasakan oleh Koeun sekarang.
"Bagaimana... Bagaimana bisa kita melakukan ini bersamaan? Bagaimana bisa kita memberi luka bertubi secara bersamaan seperti ini? Ah... Ini benar-benar membuatku putus asa Lami-ah. Hina... Bagaimana dengan ia nanti? Ningning juga, bagaimana? Katakan padaku... Tolong katakan padaku bagaimana caraku menjelaskan semua ini pada mereka?!"
Lami menangis dalam diam dengan tangan bergetar. Ia tengah takut sekarang, mulutnya benar-benar terkatup rapat. Lami tidak mampu berbicara walau hanya sekedar memberi penjelasan. Yang ia lakukan hanya diam melihat Koeun tersiksa dengan rasa bersalahnya. Walaupun begitu, Lami juga tengah merasakan hal yang sama.
Koeun menepuk-nepuk pelan dadanya berharap akan mengurangi sesak yang ada. Mengusap air matanya kasar lantas kembali memandang Lami.
"Lami-ah... Jika mereka tidak memaafkan kita, eottohkae? Jika mereka kembali melakukan hal-hal yang tidak diinginkan karena kita, tto eottohkae? Jika... Mereka bahkan tidak ingin menemui kita lagi setelah ini, kau sanggup? Kau siap menanggung segala resikonya?"
Lami memandang sayu Koeun yang sedang kacau di hadapannya. " Jika mereka tak memaafkan kita, aku tetap tak akan berhenti meminta maaf. Jika mereka melakukan sesuatu yang tidak diinginkan, aku tak akan berhenti meminta maaf dan menyalahkan diriku sendiri. Jika mereka tak ingin menemui kita lagi, aku dalam sisa hidupku tetap tidak akan pernah berhenti meminta maaf. Lagi, lagi dan lagi. Sampai mereka kembali, aku bersalah pada mereka eonni... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We? Forever(End)
Ficção AdolescenteDulu, aku pikir kita semua akan bersama selamanya. Setelah kita melewati masa kecil, kita berantakan dalam kehidupan yang sempit dan gila ini. Mimpi yang penuh warna warni, semuanya meluap dalam genggaman kedua tanganmu. Tetaplah genggam impian itu...