"Melanggar sebuah kepercayaan adalah perihal yang serius. Saat kau percaya, bukankah hal pertama yang kau inginkan juga dipercayai?"
🍂🍂🍂
Anggota Nct Dream berkumpul di kamar hotel yang ditempati oleh Mark, Renjun dan Haechan. Hari ini adalah hari terakhir konser mereka di Negeri orang, mereka masih memiliki waktu 2 hari lagi sebelum ke Korea untuk jalan-jalan atau sekedar beristirahat.
Semua berkumpul dikarenakan Jaemin ingin mengatakan suatu hal. Tak lama Ia datang dengan wajah datar dan aura yang menyeramkan.
Seperti ini lah keadaan anggota sekarang -setelah Jaemin mengatakan maksudnya-, Jaemin yang mengatur nafasnya setelah mengeluarkan kemarahannya, Haechan dan Mark yang diam entah memikirkan apa, Renjun yang memijat keningnya karena pusing yang tiba-tiba melanda, Jeno yang berusaha menenangkan Jaemin sedang ia sendiri sedang mati-matian menahan emosinya. Jisung dan Chenle juga hanya diam, tapi tak lama karena Chenle segera mencari ponselnya dan mencari kontak yang ia tuju dengan cepat.
"Hyung.. Kau dimana?"
"Tidak tidak aku hanya ingin izin, aku dan Jisung akan pulang lebih dulu-"
"Ani.. Tak usah khawatir, kami hanya ada urusan mendadak"
"Ne hyung gomawoyo". Chenle mematikan panggilan dan menoleh ke arah Jisung, Jisung hanya memberi anggukan lantas mulai berjalan meninggalkan kamar untuk membereskan barang-barangnya.
Chenle kembali mengetikkan sesuatu pada ponselnya -memesan tiket penerbangan-, kemudian mendongak menatap para hyung nya.
"Kalian ikut kami atau tidak?"
Belum ada jawaban hingga Chenle kembali bertanya sekali lagi.
"Kalian ikut kami atau tidak?"
Jaemin berjalan ke arah pintu dan berniat membukanya, semua memandang Jaemin yang sedang marah itu dalam diam.
Tepat sebelum Jaemin membuka pintu ia berkata, "Pesankan untukku juga, aku ikut kalian pulang malam ini juga", disusul dengan dentuman pintu ditutup kasar yang lumayan keras.
"Jika sudah begini, kita semua akan pulang. Bereskan barang-barang kalian", Mark memberi titah dengan kalimat tegasnya.
Jeno beranjak dari sana untuk menyusul Jaemin ke kamar lalu disusul oleh Chenle.
Tersisa tiga orang disana. Mark menghela nafasnya kasar, sedangkan Haechan membantu Renjun mengemasi barang-barang mereka.
"Kali ini Jaemin benar-benar murka hyung, menurutmu apa yang akan ia lakukan?", Renjun melontarkan pertanyaan yang sebenarnya memang telah Mark pikirkan sekarang.
"Entahlah, yang aku khawatirkan gadis-gadis itu sekarang. Dan bagaimana Jaemin tau mengenai hal itu sedangkan kita tidak?"
"Kurasa Jaemin menggunakan kekuatan nya lagi hyung, dalam hal ini, mencaritahu adalah hal yang mudah baginya.", Haechan ikut menimpali.
Ttok ttok
Terdengar ketukan yang membuat tatapan ketiganya beralih kearah pintu. Ada Chenle disana, "Kita berangkat tengah malam hyung, kalian bisa istirahat sebentar. Aku juga sudah memberitahu Jaemin hyung dan sepertinya ia memilih untuk tidur. Jadi, kalian tidak perlu khawatir."
Chenle menutup pintu setelah melontarkan senyum manisnya.
"Jika sudah, kalian bisa tidur nanti akan kubangunkan, aku akan mencoba menghubungi Koeun lagi setelah ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We? Forever(End)
Roman pour AdolescentsDulu, aku pikir kita semua akan bersama selamanya. Setelah kita melewati masa kecil, kita berantakan dalam kehidupan yang sempit dan gila ini. Mimpi yang penuh warna warni, semuanya meluap dalam genggaman kedua tanganmu. Tetaplah genggam impian itu...