"Artimu adalah seperti kalimat tunggu. Kembali atau pergi untuk selamanya"
🍀🍀🍀
Hari ini berjalan seperti biasanya. Para trainee disibukkan oleh kegiatan masing-masing. Ada yang tengah menghafal gerakan dengan earphone di kedua telinganya. Ada yang sekedar duduk menulis di buku note yang penuh coretan-coretan nada.
Sedangkan Koeun? Koeun sedang menikmati kesendirian di ruang pribadi nya sembari menata beberapa not balok di komputernya hingga nyaris sempurna menjadi sebuah lagu.
Jika dilihat sekilaspun bakat Koeun sudah sangat terasah tajam. Jadi seharusnya yang dilakukan Koeun adalah debut dengan segera, tidak menunggu tanpa kepastian hingga sejauh ini.
Koeun ingat kejadian Herin merenung sendirian di dapur. Sudah cukup lama, tapi cukup meresahkan hatinya hingga saat ini entah kenapa. Seperti ada yang janggal. Masalah Hina pun, hina masih belum bisa bercerita mengenai hubungannya bersama Jaemin. Setelah hari itu, Hina juga lebih banyak diam melamun secara tiba-tiba -seperti tengah banyak pikiran. Apa pertanyaannya saat di kamar itu adalah hal buruk yang seharusnya ia tidak tanyakan? Apa ia melakukan kesalahan dengan menanyakannya?
Kenapa dengan adik-adiknya? Pikiran Koeun menjadi begitu penuh sekarang.🍀🍀🍀
"Apa aku benar jika melakukan ini, manager oppa?" Herin bertanya dengan nada bergetar ditambah dengan wajahnya yang sembab. Sungguh sangat menyedihkan, pastilah begitu yang akan dikatakan orang jika melihat keadaan Herin yang sekarang.
"Oppa tidak bisa berkata apapun Herin-ah.. Oppa sangat tau pasti tidak mudah bukan? Oppa hanya menyesali beberapa hal yang tidak dapat kulakukan untukmu.. Untuk kalian semua. Kau menghabiskan masa remajamu di tempat ini, meninggalkan orang tua dan sahabatmu dari kecil Millie untuk mengejar impian-impianmu, sangat berat kan selama ini?? Oppa tidak akan menyalahkan keputusanmu ini. Kau berhak atas hidupmu, tapi jika kau bertanya oppa kecewa atau tidak.. Sedih atau tidak.. Oppa tidak bisa berkata tidak Herin-ah.. Oppa akan kehilangan adik oppa.. Jadi menurutmu apa oppa akan baik-baik saja?"
Sang manager memandang Herin dengan mata memerah disertai Herin yang kembali terisak. Jika sang manager saja begini, bagaimana reaksi yang lainnya nanti? Terlebih anggota Rookies yang lain?? Herin tak bisa berkata jujur jika membayangkannya saja ia tak sanggup.
"o..op.pa.. Eonnideul bagaimana?"
"Kapan kau akan pergi?"
"Lusa.." dengan waktu sesingkat itu, Herin inginkan waktunya digunakan untuk meyakinkan yang lainnya.
Herin takut.. Tentu saja! Takut jika nanti pengakuannya berakhir dengan ia yang di benci oleh para eonni dan adiknya. Ia tak ingin itu terjadi, tapi jika ia tidak pergi, Herin tak yakin akan dapat menahan semuanya lebih lama.
"oppa.. Maafkan aku.."
🍀🍀🍀
Haechan berjalan gontai kearah kursi meja rapat dan melewati para hyung serta para membernya yang hanya dapat menatap heran ke arahnya. Ruangan yang tadinya sangat ramai dengan ocehan-ocehan mendadak hening.
"Apa yang kudengar tadi? Tidak.. Tidak mungkin. Pergi?? Apa maksudnya?" Haechan kehilangan kontrol atas dirinya. Biarpun lirih, Renjun yang menghampirinya mendengarnya dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We? Forever(End)
Ficção AdolescenteDulu, aku pikir kita semua akan bersama selamanya. Setelah kita melewati masa kecil, kita berantakan dalam kehidupan yang sempit dan gila ini. Mimpi yang penuh warna warni, semuanya meluap dalam genggaman kedua tanganmu. Tetaplah genggam impian itu...