🍂🍂🍂
Herin menangis sangat terisak malam ini, Herin merindukan sahabat-sahabatnya. Sudah berbulan-bulan tapi rasanya masih sama menyakitkan. Ia belum bisa melupakan semua, masih menyesali segala kelemahannya. Mimpi yang sudah bertahun-tahun lamanya tidak bisa digapai bersama.
Herin mengeratkan pelukan pada lututnya, menangis seperti anak kecil yang merindukan keluarganya. Herin merindukan pelukan dari Koeun, merindukan elusan lembut milik Hina, merindukan genggaman erat milik Ningning, merindukan adik kecil yang begitu dicintainya.
Herin ingin berada disisi mereka. Rasanya begitu sakit, jauh lebih sakit ketika ia merindukan Jeno.
"Koeun eonni.. Herin rindu eonni.. Ini melelahkan, kalian yang tidak bersamaku lagi begitu menyakitkan. Aku ingin tersenyum bebas, tapi aku tidak ingin jika bukan kalian alasan dibaliknya"
"Maafkan akuu.."
"sangat susah untuk lebih bahagia sekarang.. Tapi aku berjanji, aku akan datang membagi kebahagianku pada kalian. Untuk sekarang maafkan aku.. Aku belum bisa"
🍂🍂🍂
Koeun melihat foto Herin pada ponselnya. Senyum lebar yang dengan begitu hebatnya ia rindukan.
"Aku pikir kita akan bersama dalam waktu yang sangat sangat lama Herin-ah, sampai rambut kita sama-sama memutih, saat kulit kita menjadi keriput dan kita akan terus tertawa bersama. Aku pernah percaya kita akan menangis bersama di konser kita nanti, mengenang perjalanan kita yang begitu panjang dan melelahkan. Menatap satu sama lain dengan bangga. Herin-ah.. Meskipun nantinya kau susah tersenyum dalam duniamu yang baru, walau nanti dunia tak bersahabat denganmu, larilah padaku. Aku akan memelukmu, mengelus rambut panjangmu, menepuk-nepuk punggung lelahmu. Ayo kita segera bertemu lagi, jangan tampilkan senyum berbedamu padaku. Herin-ah.. Eonni merindukanmu"
Koeun meremas kuat ponselnya, terduduk dengan kedua tangan berada pada dadanya. Menahan gejolak yang sudah sangat sering ia rasakan. Koeun terisak, merindukan adik yang begitu ia cintai.
Tidak berbohong bahwa hidup Koeun semakin berantakan. Koeun berharap semua yang terbaik, percaya bahwa suatu saat nanti akan ada bahagia yang kekal menyertainya. Tapi rasanya begitu sakit, sangat sakit. Seolah mimpi Koeun hanyalah sebuah mimpi, ada jurang yang begitu dalam yang harus ia sebrangi. Koeun takut Koeun tak mampi, berujung mati terkapar di dasar jurang dan hanya bisa menatap mimpi dari dunianya yang gelap.
Koeun dipeluk dari belakang, pelakunya menenggelamkan kepalanya pada punggung Koeun dan ikut menangis disana.
"Sudah kubilang eonni.. Jangan menangis sendirian", suara Lami masuk dalam pendengaran Koeun.
Suara yang sedikit samar karena tenggorokan Lami yang seperti tercekat.
Koeun mengelus lengan Lami yang melingkar diperutnya.
"Eonni menangis bukan karena terluka Lami-ah.. Aku hanya sedang merindukan Herin. Kau bukankah juga begitu? Eonni mendengar kau menangis merengek pada Ningning untuk bertemu Herin"
Koeun berbalik dan menangkup pipi Lami, mengahapus sisa air mata. Tersenyum menenangkan walau air mata masih membekas dipipinya.
"Kau harus percaya Herin akan bahagia, Herin akan datang lagi pada kita dengan membawa kebahagiaannya. Saat itu tiba, jangan bercerita apapun dengan menjadikan penyesalan sebagai judulnya. Kau boleh bercerita mengenai ragamu yang letih, tapi jangan buat ia menyesal atau bahkan menangis karena telah meninggalkan kita disini. Kau mengerti maksud eonni Lami-ah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We? Forever(End)
Roman pour AdolescentsDulu, aku pikir kita semua akan bersama selamanya. Setelah kita melewati masa kecil, kita berantakan dalam kehidupan yang sempit dan gila ini. Mimpi yang penuh warna warni, semuanya meluap dalam genggaman kedua tanganmu. Tetaplah genggam impian itu...