Part 16

4.9K 352 4
                                    

Kekacauan yang timbul di rumah Mbah Harjo membuat para tetangga sekitar rumah berdatangan, Alfan mulai menceritakan perihal yang terjadi saat ini.

Juminten yang kelelahan masih menyempatkan menendang tubuh Mbah Harjo, sebelum ia membantu Dista memapah Melisa.

Suasana menjadi semakin riuh, karena banyak warga terus berdatangan ke rumah Mbah Harjo.

Dista mulai menghubungi keluarga di malang, menjelaskan kronologi kejadian yang mereka alami.

Berkali-kali Juminten menghubungi Shepia ia nampak cemas, dengan kabar dari satu orang temannya yang belum di ketahui.

Penduduk geram mengetahui kelakuan Mbah Harjo, mereka mengikat tubuh pria tua tersebut pada tiang rumah.

===

Esok hari Jam 10 Pagi.

Para keluarga dari Malang sudah sampai di tempat tempat Dista dan Juminten berada.

"Yo opo seh, Nduk" (Gimana sih, Nak) ucap Bu Eni, Ibu kandung dari Shepia ia histeris ketika mengetahui anak gadis satu satunya tak ada kabar.

Kedua orang tua Ajeng, Bu Ririn sampai pingsan ketika anak gadisnya di nyatakan meninggal.

Lalu keluarga Eva meratapi kepergian anak gadisnya, mereka tak percaya Eva sudah tiada.

Melisa mulai menceritakan pelariannya bersama Ajeng semalam.

Malam saat mereka berdua berlari.

Melisa berlari mengikuti Ajeng meraka sama - sama panik, dengan pocongan yang tiba tiba jatuh dari atas.

Kedua gadis berlari di tengah gelapnya hutan berselimut kabut pekat, kaki meraka yang lelah terus di paksa untuk berlari.

Hingga akhirnya Melisa terjatuh karena kakinya tersandung akar pohon, senter yang ia genggam terlempar.

Akh ..

Melisa terkejut, karena kakinya di tarik dari belakang. Ia meronta saat sebuah tangan mencengkeram erat kakinya, mulutnya ingin berteriak tapi suara nya tak keluar.

Perlahan tubuhnya di seret ke belakang, meski ia meronta keras, tangan seseorang tak terlihat jelas karena gelapnya malam semakin erat mencengkeram pergelangan kakinya.

Ajeng yang menyadari Melisa tak bersamanya, berbalik matanya terbelalak kaget, saat Melisa di tarik dari belakang oleh seseorang.

Langkah kakinya yang semula gemetaran menahan ketakutan yang menjalari tubuhnya.

Kini ia paksakan berlari menolong temannya, ia kepalkan erat tangannya memukul ke arah sosok pria yang tak jelas wujudnya di kegelapan malam.

Buaak ..

Pukulan Ajeng tepat sasaran, pria itu jatuh tersungkur. Ajeng membantu Melisa bangkit, sebelum tangan pria itu menjambak rambut Ajeng.

"Mel melayu disek!" (Mel lari dulu!) ujar Ajeng setengah berteriak.
Melisa diam sesaat hatinya bimbang, antara lari atau melawan balik.
Melisa melemparkan tasnya ke arah pria yang menjambak Ajeng.

Sebelum Melisa sempat melawan balik, Ajeng mendorongnya keras menyuruhnya berlari, "ndang mlayu!" seru Ajeng keras.

Ajeng melawan balik pria yang kini sudah bergulung - gulung di tanah bersamanya.

Sementara Melisa dengan berat hati berlari menuruti permintaan Ajeng, ia sempat menoleh ke belakang jauh dalam benaknya ia ingin melawan orang tersebut bersama Ajeng.

Jatuh bangun Melisa berlari dalam hutan, tanpa penerangan cahaya tanpa tahu arah dan tujuan, kaki yang yang telah lelah ia paksa terus berlari dan berkali kali ia jatuh tersandung akar pohon.

ARWAH PENASARAN SANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang