Part 18 (Geger Makam Santi?

5.4K 357 20
                                    

Geger Makam Santi.

Pagi hari di desa Jati Sari, geger karena makam Santi di bongkar tanpa sepengetahuan perangkat desa dan warga. Meski beberapa warga mengusulkan agar jenazah Santi kembali di sucikan.

Pak Kades dan beberapa perangkat desa datang ke lokasi kuburan Santi, beberapa warga nampak berkerumun karena laporan pak Imam.

Kuburan Santi sudah ambles ke bawah pagi hari itu, Pak Kades menyuruh dua orang untuk membongkar makan Santi pagi itu. Karena merasa curiga dengan keadaan tanah makam yang seperti habis di gali.

Dua orang suruhan pak Kades segera mencangkul kuburan Santi. Karena tak ingin menimbulkan keramaian lagi, beberapa warga yang berkumpul di suruh bubar sejenak, sambil menunggu kabar.

Dari penuturan Juminten yang ia dengar dari Ibunya, waktu makam Santi di bongkar, yang ditemukan justru pelepah pohon pisang. Jasad Santi tidak ada di dalam lubang kuburnya, Pak Kades dan perangkat desa beserta beberpa warga yang menyaksikan hal itu amat terkejut.

Atas perintah Pak Kades, salah satu aparat desa menemui keluarga Pak Anam. Di Rumah Pak Anam hanya ada Bu Anam seorang diri. Sementara Pak Anam sudah dari kemarin belum pulang dari penuturan Bu Anam, Pak Anam sejak kemarin malam belum pulang kerumah.

Sementara Didik, kakak laki-laki Santi sedang terbaring sakit di atas ranjang tidurnya, tak jelas sakit apa yang di deritanya. Badan Didik membiru di sekujur tubuhnya, bahkan panas badanya tak kunjung turun sejak tiga hari ini.

Anas, perangkat desa yang di utus pak kades menjelaskan jika jasad Santi tidak ada dalam kuburannya.

Mendengar jasad anak gadisnya tidak berada di tempatnya, Bu Anam kaget sampai pingsan beberapa kali.

Wanita paruh baya yang mengenakan hijab tersebut tak kuasa menahan beban hidupnya, di saat genting begini suami tak berada di sampingnya, Pak Anam hanya berkata padanya kalo keluar kota untuk beberapa hari.

Gunjingan para tetangga yang terus mencibir keluarganya, karena Santi anak gadisnya menjadi setan yang bergentayangan setiap malam.

Sepulang Anas dari rumahnya, Bu anam tak kuasa menahan tangisnya. Wanita berhijab tersebut terduduk sambil menangisi nasip keluarganya.

"B-Buukk .." Suara serak, pelan Didik dari kamarnya.

Bu Anam masih belum beranjak dari duduknya, meski ia mendengar suara Didik memanggilnya, Bu Anam butuh beberapa saat untuk menguasai emosinya dan menghapus air matanya saat bertemu Didik di kamarnya nanti.

Dalam kamar tubuh Didik kejang, mata didik melotot pemuda 29 Tahun yang belum menikah tersebut, seperti sedang melihat hantu yang mendatanginya.

Bu Anam melangkah pelan menuju kamar Didik yang sedang terbaring tak berdaya saat ini.

Jika dulu kamar Didik sangat bersih dengan berang-barang yang di tata rapi. Berbeda dengan saat ini, kamar Didik berbau amis dari daging busuk bercampur kotoran serta air seni yang terus menerus keluar dari tubuh Didik.

Melihat tubuh Didik yang mengejang, Bu Anam mempercepat langkahnya menghampiri Didik, meski berkali-kali Bu Anam mengucapkan kalimat Syahadat untuk mengiringi kepergian anak lelakinya, Didik tetap diam membisu dengan mata melotot. Pemuda itu meninggal secara tidak wajar.

Bu Anam kembali menangis dengan memeluk tubuh Didik yang sudah tidak bernyawa, setelah puas dengan tangisannya meratapi nasip keluarganya, dan cibiran para tetangga yang menghujat keluarganya. Membuat Bu Anam tak kuasa menanggung beban hidupnya, tidak ada yang memberikan pertolongan untuknya, dengan pandangan mata kosong wanita paruh baya itu mengakhiri hidupnya dengan gantung diri dalam rumahnya.

ARWAH PENASARAN SANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang