Part 19

5.9K 335 16
                                        

Episode Special Of Shepia Story. (Bagian 1)

Sheeepia .. Bangun, katanya mau ke malang hari ini?" Suara Mbak Ayu di siang hari membangunkan tidurku,

Ku kucek pelan kedua mataku, aku masih ingin bermalas-malasan di atas kasur.

Karena baru seminggu ini aku bisa menghirup udara bebas, setelah apa yang di lakukan Mbak Ayu padaku.

"Eh .." Aku terperanjat kaget, mengingat hari ini adalah hari istimewa. Bukan bagiku, tapi bagi Dista kakak sepupuku karena di hari ini, ia melangsungkan pernikahan.

Cepat-cepat aku meloncat dari kasur, lalu berlari kecil menuju kamar Mbak Ayu.

"Sugeng Enjing Non" (Selamat pagi) Sapa Bu Ines Abdi ndalem rumah besar milik Mbak Ayu.

"Iya, Buk" Kataku membalas sapaan lembutnya.

Sebenarnya aku tak ingin di perlakuan istimewa di rumah ini, tapi mbak Ayu bilang kalo aku harus menempatkan posisiku sebagai mana semestinya.

3 Tahun yang lalu setelah kejadian Arwah Penasaran Santi. Aku di titipkan di keluarga ini, dengan harapan di usiaku yang menginjak dewasa ini, bisa meneruskan tradisi Trah Ramlan yang mengalir dalam darahku.

Meski Mbak Ayu sudah seperti kakak kandungku sendiri, tapi gemblengan yang kuterima darinya jauh di luar perkiraanku.

Berbagai ritual kujalani, mulai dari puasa pati geni, senin kamis, puasa mutih selama 40 hari, dan akhirnya aku di asingkan di berbagai hutan yang tak pernah kuketahui namanya.

Yang lebih parah lagi, aku di kubur hidup-hidup menjalani, hidup di antara dua alam. Alam dunia dan alam kubur.

Mentalku benar-benar di uji di sana, berbagai mahluk dunia lain datang secara bergantian.
Dari sana ketakutan serta air mataku telah lama habis, karena setiap malam bisikan godaan padaku membuat air mataku habis untuk sebuah ketakutan, bahkan untuk ketakutan dari sebuah kematian pun sudah wajar menghantuiku.

Aku harus lebih kuat, demi mereka yang selalu menunggu kepulanganku, demi Eva yang mengorbankan dirinya untuk kami.

Demi ayah dan ibuku yang selalu mendoakan diriku tanpa kabar selama 3 Tahun ini.

Aku kangen kalian semua, hari ini aku akan menemui mereka. Setelah sekian lama tak bertemu, bagaimana kabar Juminten, Sofi, Melisa, dan Dista di Malang sana.

Dan yang lebih utama kabar Ibuku dan ayahku, apakah mereka masih terus menangisi diriku seperti dahulu, saat masih bersama mereka. Jika aku pergi bermain terlalu jauh dari rumah, Ibu akan memarahiku.

Aku kangen perhatiannya, kangen pelukannya, kangen tutur kata lembutnya.
Kangen pada sosok pria yang selalu datang mengulurkan tangannya jika aku menangis, kangen masa-masa kecil hingga aku tumbuh dewasa di tengah tengah mereka.

"Shep, itu ilernya hapus dulu, atau mandi dulu sana" Ucap Mbak Ayu saat aku memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Tanpa menjawab pertanyaannya, aku menghampiri ia yang sedang duduk depan meja mengoreksi data bisnis keluarganya.
Bahkan aku juga baru tahu kalo 4 bisnis keluargaku sampai sekarang di jalankan olehnya, tentu saja atas permintaan Disa.

"Sekalian aja buat mandi" Ucap Mbak Ayu, kalem saat melihatku yang tengah menyemprotkan parfum kesukaannya pada badanku.

"Huuu ..." Sahutku sambil memanyunkan bibir kedepan.

"Kamu ngak mau di antar pake sopir aja, Dek?" Tanyanya lagi.

"Budal dewe kendel kok Mbak" (berangkat sendiri berani kok Mbak) Jawabku asal, lalu memakai semua peralatan kosmetik di meja riasnya.

ARWAH PENASARAN SANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang