10 • Reuni Dadakan

8.3K 1.6K 47
                                    

"MAMA sama papa di mana sih?!"

Seorang gadis berdiri di samping sebuah pohon sambil mendumel sendirian. Cassie menginjak rumput hijau di bawahnya dengan kesal, kemudian ia mendongak untuk melihat pohon di sampingnya itu yang daunnya sangat lebat.

Pohon ini adalah pohon mangga yang terletak di taman gedung kelas. Beberapa hari yang lalu Cassie menaiki pohon ini untuk menyelamatkan seekor kucing yang tidak bisa turun.

Ngomong-ngomong, kemana perginya kucing itu ya? Dan mengapa bisa, di sekolah ini ada kucing segendut dan secantik kucing kemarin yang Cassie tolongin?

"DUAR!!"

PLAK!

Secara refleks, Cassie menampar tubuh seseorang yang tiba-tiba saja hadir di sampingnya dengan cukup keras. Gadis itu kemudian menoleh dan menemukan seorang cowok bersurai hitam yang sedang memegangi perutnya dengan ekspresi kesakitan.

"E—ehh?!"

"Emang cewek bar-bar lo, enggak ada akhlak!" Omelan itu membuat Cassie mengedipkan matanya dengan ekspresi melongo.

Ternyata cowok yang mengagetkannya barusan  adalah Auriga.

Dengan wajah tanpa dosanya, Cassie melipat kedua tangannya di depan dada dan berdehem, "salah lo sendiri, main ngagetin orang." Ujarnya.

"Lama-kelamaan bisa babak belur gue dipukul lo terus!" Kesal Auriga membuat Cassie memutar bola matanya malas.

Salah sendiri, bikin gara-gara terus sama Cassie. Udah tahu Cassie itu orangnya senggol hantam.

Mungkin efek dari ekskulnya, yaitu taekwondo. Cassie sudah menekuni bela diri itu dari SD. Sehingga ia selalu refleks disaat ada pergerakan yang mengancamnya.

Seperti Auriga barusan.

"Kalian keliatan akur, ya?"

Perkataan yang terdengar seperti sindiran itu membuat kepala Cassie maupun Auriga menoleh, mereka berdua menemukan Ravan di sana—berdiri di depan mereka berdua.

"AKUR DARIMANANYA?!" Teriak Cassie dan Auriga secara bersamaan.

Ravan yang diteriaki seperti itu kemudian tertawa. "Tuh 'kan! Kompak lagi." Ujarnya merasa puas.

"Ravan, mau gue jitak?" Tanya Cassie membuat Ravan terkekeh seraya menggelengkan kepalanya.

"Kalian berdua lagi ngapain di sini?" Tanya Ravan akhirnya.

"Nunggu orangtua,"

"Nunggu ayah yang hilang entah kemana."

Jawab Cassie dan Auriga bersamaan, lagi. Mereka kemudian saling bertatapan dengan mata yang memancarkan permusuhan.

Melihat itu Ravan tertawa kecil. Itu mereka kompak terus dari tadi. Ravan jadi yakin kalau mereka itu punya ikatan batin.

"Lama nunggu, ya?"

Pertanyaan yang tiba-tiba itu berasal dari seorang pria paruh baya yang baru saja datang dari arah koridor. Wajah pria itu lumayan mirip dengan Auriga, membuat mereka yang melihat bisa langsung menyimpulkan jika mereka berdua mempunyai ikatan keluarga.

"Lama, sampai lumutan gini." Balas Auriga untuk menyindir ayahnya.

Arya hanya bisa tertawa kecil untuk meresponnya. Pria itu kemudian mengalihkan tatapannya kepada Cassie dan juga Ravan. "Ini temen kamu, Ga?" Tanya Arya.

Auriga melirik Cassie dengan sinis, "yang satu temen seperjuangan, yang satunya musuh bebuyu—"

Sebelum Auriga melanjutkan perkataannya, Cassie menginjak sepatu hitam cowok itu yang kebetulan berada di sampingnya, membuat Auriga lagi-lagi meringis kesakitan.

Selion High School (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang