35 • Golden Class

6.5K 1.3K 34
                                    

SUDAH satu minggu sejak dokter mengatakan bahwa Kakek Sero atau Kakeknya Cassie dinyatakan meninggal dunia akibat serangan jantung.

Sudah satu minggu pula Cassie merasa sedih karena ditinggalkan oleh Kakek satu-satunya.

Semua guru berbela sungkawa, termasuk para teman-temannya yang ada di Golden Class pun datang untuk melayat.

Awalnya mereka semua terkejut karena mendengar bahwa Cassie merupakan cucu dari Alm. Kakek Sero yang merupakan pemilik dari Selion High School. Mereka pun mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada orangtua dan Cassie sendiri.

Tidak hanya itu, mereka berusaha untuk menghibur Cassie dengan cara mengajaknya berkumpul bersama seperti sore sekarang.

Sepulang sekolah, hampir semua murid Golden Class kelas 11 berada di satu ruangan, yaitu ruangan diskusi yang terletak di dekat perpustakaan.

Sebenarnya, Ravan yang mengadakan agenda berkumpul ini. Sebagai ketua angkatan, dia ingin menjalin kebersamaan. Selain itu, ini merupakan pertama kalinya mereka berkumpul secara tidak formal.

Sekarang hanya ada sepuluh orang yang sedang berkumpul, mereka sedang melakukan aktivitas masing-masing.

Manova, Vito, Saskia dan Mila sedang duduk di atas karpet beludru sambil bermain UNO. Leon, Auriga dan Berno sedang duduk di depan layar sambil bermain PS, kemudian Bian sedang bermain game di ponselnya sendiri sambil rebahan di sofa panjang, lalu Ravan sedang berdiri di depan rak buku sambil membaca buku, dan terakhir Cassie sedang menggunting kuku tangan sambil duduk di sofa single.

"Yang lain pada kemana, nih?" Tanya Manova.

Bian menoleh, "pada tidur kali, di asrama." Jawabnya.

"Kalau Amanda sama Ridan, mereka udah males di Golden Class. Pengen keluar katanya." Kata Saskia.

Ucapan Saskia membuat Leon yang sedang bermain PS itu menoleh sebentar, "lah, terus lo enggak punya tim?" Tanyanya.

Saskia mengedikan bahu tidak peduli, "bodo amat." Katanya.

"Bukannya enggak boleh keluar ya?" Kini Mila yang bertanya. Gadis itu membuka sebuah coklat yang kebetulan ada banyak.

"Emang," Vito menjawab.

"Tau darimana?" Manova yang juga mengambil sebuah snack itu kembali bertanya.

"Gue lagi denger percakapan Pak Reno, Amanda sama Ridan." Celetuk Vito santai membuat semua yang ada di ruangan ini menoleh ke arahnya secara serempak.

Leon berdecak, "wah, gila lo, Vit. Masa nguping omongan orang lain? Gue curiga lo suka dengerin ghibahan orang lain. Parah, parah." Ia geleng-geleng kepala tidak percaya.

"Mereka ngomongin apaan tuh?" Berno bertanya kepo.

Vito yang sedang menatap kartu UNO miliknya itu menjawab, "katanya mereka enggak bisa ke luar gitu aja. Soalnya orangtua mereka udah menandatangani surat persetujuan."

"Kapan coba itu? Gue enggak pernah denger." Celetuk Bian heran.

"Pas orangtua kita ngadain rapat, Bi." Jawab Vito.

Selion High School (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang