Sibling Life

875 84 3
                                        

Sudah beberapa hari ini, Miya mendapat kado dari fans dadakannya di sekolah. Tidak hanya bunga mawar, terkadang ia juga mendapatkan cokelat atau tiket nonton. Hanya saja, Miya tidak terlalu memusingkan kado-kado itu. Cokelat, makanan, dan tiket nonton yang diterimanya, ia bagikan kepada teman-teman dekatnya. Dan bunga mawar, ia simpan sebagai pajangan di pot bunga untuk hiasan meja belajarnya. Kini pot bunga itu sudah terlihat sesak.

Untuk surat pengiring kado, Miya tumpukkan di sebuah box. Surat-surat itu tak pernah ia baca. Ia pun tak pernah tahu siapa pengirim surat itu kalau saja tidak dibacakan oleh Layla. Ada dari pengirim yang sama setiap harinya, ada juga dari nama cowok yang baru didengarnya.

Entahlah, Miya tidak perlu memusingkan hal itu atau malah membanggakan diri.

"Miy, lo liat jas gue yang warna abu gak?" Tanya Gusion yang masuk ke kamar Miya tanpa mengetuk pintu dulu.

Miya yang tengah melamun, hampir terjungkal dari kursi belajarnya. Miya gregetan pada Gusion yang tidak mengetuk pintu sebelum masuk.

Gusion menangkap ekspresi kaget dari Miya, "Lo ngelamun ya?!"

"E..enggaa. Gue lagi belajar." Elaknya. Ia mengusap lehernya yang tidak gatal.

"Kalo enggak, kenapa tadi kaget sampe hampir kejungkel?" Gusion masih mengorek-orek.

"Ya lo yang masuk kamar gak ketuk pintu." Balas Miya.

Gusion memutar bola matanya dan ingin membuka lemari pakaian Miya. Miya tak bisa tinggal diam.

"Lo nyari apa?" Tanya Miya sambil menghalangi pintu lemarinya agar tidak dibuka Gusion.

"Jas abu. Lo yang nyimpen kan?" Tanya Gusion.

"Bukannya masih di laundry?"

"Udah selesai. Lo yang nerima kemaren." Kata Gusion mengingatkan.

Miya mengingat-ingat.

Beberapa detik kemudian Miya teringat. Ia membuka pintu lemarinya di sebelah kiri dan mengambil sesuatu di sana.

"Nah ini." Kata Gusion langsung merebut jas itu.

"Lo mau kemana sih, Bang?" Tanya Miya.

"Mau kondangan ke nikahan temennya Lesley." Jawab Gusion sambil bercermin di meja rias Miya. Ia merapihkan baju dan rambutnya. Ganteng juga Gusion kalo dandan kayak gitu.

"Diundang terus. Ngundangnya kapan?!" Sindir Miya sambil duduk kembali di meja belajar dan mebuka buku fisika-nya.

Gusion mendelik ganas sambil terus merapikan pakaiannya.

"Kalo gue nikah sekarang, yang jagain lo siapa? Lo kan jomblo!" Ceteluk Gusion membuat Miya berdiri dan sukses menjitak kepalanya yang sudah diberi pomade. Gusion mengutuk.

"Gak usah bilang jomblo kenapa si?" Miya ngambek. Gusion terkekeh sambil merapikan kembali penampilannya.

"Ya emang kenyataan kan?" Goda Gusion.

"Gak usah diperjelas!"

Gusion memegang kedua bagu adiknya. "Lo masih kecil. Lo gak usah terlalu serius mikirin cinta. Sekolah dulu yang bener. Nanti ada saatnya lo nemu yang seruis." Ucap Gusion menasehati adiknya. Miya terdiam menunduk. Gusion mengacak rambut adiknya.

"Yaudah, gue berangkat dulu. Mungkin pulang malem banget." Pamit Gusion sambil keluar kamar Miya.

Benar juga apa yang dikatakan Gusion barusan. Ia masih terlalu kecil untuk serius masalah cinta, meskipun tak ada salahnya ia mengenal cinta.

Tugas Miya saat ini hanyalah fokus pada sekolahnya. Ia tidak boleh main-main lagi. Meskipun sudah 2 semester berturut - turut menjadi rangking pertama pararel, Miya tidak boleh menganggap remeh sekolahnya karena sekarang ia sudah kelas 3.

Back to MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang