Hurt (2)

666 65 6
                                    

Gusion baru selesai makan malam dengan Miya. Saat itu, Gusion ikut makan di kamar Miya karena gadis itu gak mau keluar kamar dengan alasan mager ke ruang makan.

Suhu tubuh Miya sedikit turun, namun belum sampai ke suhu tubuh normal. Gusion sudah memaksanya ke dokter, tapi Miya selalu menolaknya.

"Kalo lo kenapa-napa gimana?" Kata Gusion gregetan setelah menerima penolakan yang kesekian kalinya dari Miya.

"Gue males minum obat!"

"Ya terus gimana caranya lo sembuh?" Sahut Gusion.

"Ntar juga baikan sendiri!" Kata Miya tetap pada pendiriannya, tak mau pergi ke dokter.

Perdebatan mereka berakhir saat bel apartemen itu berbunyi. Gusion segera beranjak untuk membukakan pintu.

Gusion mematung di depan pintu ketika melihat sepasang orang paruhbaya. Mereka yang selalu dipanggil Mama dan Papa oleh Gusion atau Miya.

"Kenapa telepon Papa selalu kamu reject?" Tanya Cecilion, ayah Gusion.

"Karena menurutku, Papa akan membicarakan hal yang kurang penting." Jawab Gusion dingin.

"Bicara apa kamu ini? Jelas ini perihal penting! Mengenai masa depan kamu, masa depan kita semua!" Kata Cecilion yang menyeruak masuk diikuti Carmila, istrinya.

Gusion memutar kedua bola matanya sebelum membalas kalimat dari Ayahnya. "Masa depan aku?" Tanya Gusion meremehkan. "Itu masa depan Papa dan urusan Papa!" Seru Gusion membuat lelaki paruh baya di depannya itu mulai naik pitam.

"Gusion!" Hardik Carmilla. "Kamu tidak pantas bicara begitu!"

"Tapi kenyataannya kan, Ma? Papa hanya mementingkan bisnis dan uangnya!" Kalimat yang sukses membuat Gusion mendapat satu tamparan dari Cecilion.

Plak!!

Miya yang berada di kamarnya, mengecek apa yang terjadi dari di luar. Sepertinya Gusion tengah bertengkar dengan seseorang. Miya membuka pintunya sedikit tepat ketika Gusion ditampar oleh ayahnya. Mata Miya membulat melihat kakak semata wayangnya di tampar oleh orang yang ia panggil Papa.

Miya kembali menutup pintu kamarnya dan bergegas mencari ponsel. Ia ingin menelepon Lesley. Ia mencari sebuah kontak setelah ponselnya ada di tangannya.

"Kak Lesley! Abang...." Kata Miya setelah terhubung dengan Lesley.

"Gusion kenapa?"

"Papa sama Mama dateng ke Apartemen, Kak. Sekarang mereka lagi berdebat. Aku takut kak." Kata Miya yang masih duduk di balik pintu. Suara kedua lelaki yang disayanginya itu makin mengeras. Ditambah lengkingan suara Mamanya yang menandakan bahwa Gusion tengah dimarahi habis-habisan.

"Oke, kakak segera ke sana." Kata Lesley sebelum telfon terputus.

Miya memiliki niatan untuk menelepon yang lain. Namun ia ragu untuk menekan tombol Call pada kontak bertuliskan Alucard.

Puncak ketakutannya berhasil mendorong keyakinannya untuk menghubungi cowok pirang itu.

Suara telfon tersambung namun belum ada jawaban. Setelah beberapa detik, panggilan Miya terangkat.

"Hal..."

"Hallo." Suara lembut seorang cewek menjawab panggilan Miya di sana.

Mata Miya membulat mendengar suara lembut itu.

Miya yakin, suara ini milik seorang gadis. Bisa jadi ini suara gadis karate yang kini tengah dekat dengan Alucard.

Menyingkirkan dulu prasangka buruknya, Miya mencoba berbicara di telfon itu.

Back to MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang