Miya teringat ketika Claude bilang bahwa dia pernah melihat Lunox di suatu tempat. Detailnya, cowok spiky itu tidak ingat kapan dan di mananya. Dari nada bicaranya, Claude terdengar serius.
Sejujurnya, Miya mau mengetahui lebih tentang cewek yang bernama Lunox itu. Cewek itu tiba-tiba datang dan mengusik hubungannya dengan Alucard. Lunox dekat dengan Alucard—-yang dulu masih berstatus pacar Miya—-secara tiba-tiba. Bahkan Miya tidak tahu awal dari kedekatan mereka.
Yang bisa Miya lihat adalah, Lunox begitu dekat dengan Alucard. Mereka seperti sudah kenal lama. Tapi kenapa Alucard tidak pernah bercerita tentang Lunox? Miya tahu kedekatan mereka dengan mata kepalanya sendiri.
“Lo lamunin apa sih?”
Pertanyaan Gusion memecah lamunan Miya. Saat itu ia berada di dalam mobil dengan Gusion—-dalam perjalanan pulang. Miya tersadar langsung menoleh pada sang kakak.
“Eh?” Miya menoleh polos pada Gusion.
“Lo lamunin apa?” Ulang Gusion sambil tetap menyetir. Insting seorang kakak, jarang meleset kalau soal perasaan adiknya.
“Umm.. Gue—-Cuma inget soal tadi aja.” Dalih Miya terdengar gugup. Ia tak berani memandang wajah Gusion.
Gusion mengangkat alisnya sebelah. “Kenapa gugup gitu jawabnya?”
Batin Miya kembali tersentak. Ia harus jawab apa lagi untuk menutupi pikirannya? Gak mungkin dia jawab jujur tentang pikirannya saat itu. Bisa-bisa telinganya pengang mendengar ceramah dadakan Gusion—-hingga mereka sampai di apartemen.
“Jadi tuh.. tadi tuh.. gue—-sempet ribut dikit sama Layla. Tapi sekarang udah gak apa-apa kok.” Dalih Miya untuk kedua kalinya. Dalam hati, Miya meminta maaf pada Layla yang sudah menjadikan Layla sebagai kambing hitam untuk menutupi pikirannya.
“Biasa itu sih.” Sahut Gusion enteng. Miya bernapas lega saat itu juga karena Gusion tak lagi melempar pertanyaan padanya.
“Ohya, gimana soal lo sama Kak Lesley? Persiapannya udah apa aja?” Tanya Miya. Ia segera menanyakan itu agar Gusion melupakan topik pembicaraan mereka sebelumnya.
“Besok kita mau beli cincin!” Sahut Gusion ceria. Miya juga tak kalah ceria.
Gadis berkuncir kuda itu menatupkan kepalan tangannya di depan. Kalau tidak sedang duduk di mobil, mungkin ia akan berjingkrak gembira saat itu.
“Oh ya, tadi Lesley ngabarin kalo besok lo sama Alu ikut kita aja. Katanya kalian dapet voucher buku atau apalah dari kepala sekolah.” Info Gusion.
“Tapi kenapa Kak Lesley gak bilang langsung ke gue?” Heran Miya.
“Tadi dia gak ke sekolah. Dia abis daftarin lo sama si Pirang ke panitia Olimpiade. Abis itu dia langsung pulang, soalnya gak ada jadwal ngajar lagi.” Jelas Gusion. Miya membalasnya dengan membulatkan bibir.
“Besok lo berangkat bareng kita! Lo kasih tau tuh si Pirang. Gue gak akan biarin lo berangkat berdua sama dia!” Sahut Gusion. Miya mendelik keki. Hanya saat sibuk, Gusion melepas Miya untuk pergi berdua dengan Alucard. Itupun mereka harus tahan-tahan mendengar berbagai nasihat dan peringatan dari Gusion dulu sebelum mereka berangkat.
Handphone Gusion berdering ditengah pembicaraan mereka. Gusion mengambil handphone itu dan memberikannya pada Miya. “Lo cek, dari siapa?” Tanya Gusion. Ia tidak mau kehilangan konsentrasi menyertirnya gara-gara mengangkat telepon.
Miya mengecek layar handphone. Tertera nama Papa di sana. “Dari Papa, bang.” Kata Miya.
“Gak usah di angkat!” Pinta Gusion.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Mantan
FanfictionRahasia hubungan Miya dan Alucard akhirnya dibongkar setelah keduanya sepakat putus. Berita itu sempat menghebohkan jagat SMA Moniyan. Alucard yang sejatinya adalah seorang 'most wated' di sekolahnya, selalu menutupi identitas kekasihnya saat ditany...