Notifikasi yang ditunggu oleh Alucard sejak beberapa menit yang lalu, akhirnya diterimanya.
Miya
OkJawaban singkat namun mampu membuat cowok berambut pirang itu tersenyum lega.
***
Gadis bersweter biru muda turun dari taksi di depan pintu masuk taman lampion. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk menepati janjinya untuk datang memenuhi undangan sang mantan pacar. Ia sempat ragu dan bimbang beberapa jam, sampai-sampai Gusion jengah melihat tingkah aneh adiknya. Miya menghela napas sebelum langkah kaki membawanya masuk lebih dalam ke area taman.
Taman ini tampak sangat ramai. Beragam bentuk lampion menarik perhatian para pengunjung, baik yang sengaja datang atau tak sengaja melewati taman ini. Selain momen di Sabtu malam yang memang pas untuk mengawali libur akhir pekan sebagian orang, taman ini menyuguhkan live accoustic khusus di hari Sabtu dan Minggu.
Miya sempat bingung untuk memilih tempat duduk. Pasalnya, dari awal masuk hingga batas area ramai pengunjung, ia tidak menemukan satupun kursi yang kosong. Bahkan, lapang rumput di dekat lampion replika gunung fuji pun begitu ramai oleh anak-anak muda berpasangan atau keluarga muda dengan satu anak kecilnya.
Gadis berponi panjang itu tetap melangkah mengelilingi area taman dan melewati beberapa lampion berbagai bentuk. Salah satunya lorong payung tempat orang-orang ber-swafoto. Di sebrangnya ada lorong lampu berwarna hijau, tempat beberapa pengunjung juga ber-swafoto dan duduk santai di pinggirnya.
Hingga akhirnya ia menemukan sebuah bangku. Tak ada apapun di sana kecuali bunga-bunga lampu yang menancap di sekitar bangku itu serta pohon rindang yang digantungi lampion berukuran kecil.
Miya menghampiri bangku itu. Ia tersadar, ada seorang berambut pirang berdiri beberapa meter di depannya. Tujuan cowok itu sama, untuk duduk di bangku yang tersisa itu. Miya menghela napas ringan. Cowok itu mantan pacarnya.
Keduanya yang sempat diam, terpaku di tempat masing-masing, mulai tersadar dan duduk di bangku yang sama meskipun masih dengan jarak.
Keduanya tampak gugup hingga tak ada yang mau mengawali pembicaraan selama beberapa menit.
"Apa kabar?" Akhirnya Alucard yang mengalah untuk memecah keheningan diantara mereka.
"Baik." Jawab Miya singkat tanpa mau menoleh ke arah lawan bicaranya.
"Syukurlah." Gumam Alucard. Gadis lawan bicaranya itu hanya mengangguk kecil. Ia mengambil sesuatu di saku jaketnya. "Nih."
Alucard memberikan sebatang cokelat almond yang dihiasi pita biru muda, warna kesukaan Miya.
Gadis itu menerima cokelat itu. "Makasih."
Terjadi keheningan lagi diantara mereka untuk beberapa saat.
"Lo mau ngomong apa?" Tanya Miya dengan nada lembutnya.
"Emm." Alucard hanya bergumam sebelum menjawab.
"Kalau kurang penting, gue mau balik sekarang." Kata Miya sambil menoleh ke lawan bicaranya.
"Jangan!" Alucard menahannya. "Gue cuma..." Cowok pirang itu menggantungkan kalimatnya. "Gue belum bisa lupain lo." Lanjutnya lemah. Ia menjambak rambutnya. Ia tidak habis pikir dengan apa yang barusan dikatakannya. Namun kalimat itulah yang ingin disampaikan hatinya saat ini.
Gadis bersurai silver itu berusaha menahan detak jantungnya agar tidak melaju dengan cepat. "Lo cuma belum terbiasa." Jawabnya terlihat tenang. Ia kembali menatap bunga-bunga lampu yang menancap di sebrangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Mantan
Fiksi PenggemarRahasia hubungan Miya dan Alucard akhirnya dibongkar setelah keduanya sepakat putus. Berita itu sempat menghebohkan jagat SMA Moniyan. Alucard yang sejatinya adalah seorang 'most wated' di sekolahnya, selalu menutupi identitas kekasihnya saat ditany...