Roda koper Miya menggilas lantai bandara. Putaran rodanya kian melemah, menggambarkan sang empu-nya melangkah ragu untuk memasuki area boarding.
Sesekali Miya menoleh ke belakang, berharap ada seseorang yang memanggil namanya. Namun, sejauh matanya memandang, tak ada satupun orang yang dikenalnya selain sepasang kekasih yang baru menikah dua minggu yang lalu.
Miya menghela napas pelan seraya tertunduk lesu, lalu melanjutkan langkahnya ke gerbang boarding yang hanya berjarak beberapa meter dari keberadaannya.
Lesley menatap Miya khawatir. Pandangannya beralih pada Gusion yang memiliki tatapan sama pada Miya.
"Mungkin, Miya masih berat buat ninggalin kota kelahirannya," tebak Lesley. "Dan juga, ninggalin cowok yang dia cintai."
"Aku nggak bisa bujuk Miya," sahut Gusion. "Dia bersikukuh untuk ikut ke Swiss." Gusion beralih menatap Lesley seraya mengusap lengan istrinya.
"Cobalah kamu bujuk dia sekali lagi. Mungkin dia masih bisa berubah pikiran," pinta Lesley.
Gusion mengangguk kecil dan mempercepat langkahnya untuk mengejar Miya.
Ditariknya lengan Miya dari belakang oleh Gusion. Miya berbalik dan menemukan sepasang mata kakaknya yang menatapnya sedih. Pertahanan tanggul air mata Miya roboh dan menangis di pelukan Gusion.
Gusion membiarkan adik semata wayangnya menangis sejadi-jadinya untuk beberapa saat. "Lo beneran mau pergi?" tanya Gusion. Sudah sekitar seribu kali Gusion menanyakan itu pada Miya. Namun, jawaban Miya masih tetap sama.
"Iya, Bang," lirihnya di sela tangisannya. "Maafin gue ya, kalo selama ini gue suka bikin lo kesel," kata Miya mempererat pelukannya. "Gue janji, bakal jadi Miya yang lebih baik lagi pas gue pulang nanti."
Tangan Gusion membingkai di pipi Miya saat pelukan mereka terlepas. "Oke. Dan jangan jadi Miya yang cengeng kayak kemaren-kemaren!" peringat Gusion sambil meremas pipi Miya dengan gemas.
Miya mengerang protes dan mendorong Gusion untuk menghentikan tangan kakaknya yang iseng. Sementara Gusion tertawa renyah melihat tampang manyun Miya.
"Istri lo cemburu nanti!" sahut Miya.
"Istri gue gak bakalan cemburu sama bocah kayak lo!" sahut Gusion. "Dia nggak dateng?" tanya Gusion setelah percakapan mereka terjeda beberapa detik.
"Dia lagi di Gedung Pendidikan, final olimpiade matematika."
Gusion mengangguk kecil lalu mengacak rambut Miya. "Jaga diri lo baik-baik."
Miya mengangguk pasti seraya kembali memeluk Gusion singkat.
"Miya, jaga dirimu di sana, ya," kata Lesley yang kini berdiri di samping Gusion. "Sering-sering kabari kami." Lesley menarik Miya ke pelukannya.
"Baik, Kak. Aku akan sering telepon Kakak," sahut Miya. "Jangan lupa ya, Kak, aku mau keponakan yang lucu-lucu dari kalian!" canda Miya. Ia bahkan menyadari ada gurat kemerahan yang hadir di pipi Lesley saat pelukannya terlepas. Gusion malah sudah tersenyum nakal.
Carmilla dan Cecilion datang dari arah samping dan terlihat buru-buru. Mereka bergabung dengan anak-anaknya kemudian.
"Maaf, tadi kami meeting online mendadak. Untung masih sempat," kata Carmilla saat tiba di perkumpulan itu. Cecilion bahkan masih sibuk dengan tabletnya seraya berbincang dengan seseorang melalui handsfree.
Carmilla berpamitan pada Lesley dan Gusion. Ia mewanti-wanti menantunya untuk tetap menjaga kesehatan dan menyayangi putera sulungnya. Lesley mengangguk seraya memeluk sang ibu mertua.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Mantan
FanficRahasia hubungan Miya dan Alucard akhirnya dibongkar setelah keduanya sepakat putus. Berita itu sempat menghebohkan jagat SMA Moniyan. Alucard yang sejatinya adalah seorang 'most wated' di sekolahnya, selalu menutupi identitas kekasihnya saat ditany...