Hatchu...
"Kalo lo masih begini, gak usah sekolah dulu!" Sahut Gusion yang baru masuk kamar Miya sambil membawa nampan berisi semangkuk bubur, air hangat dan obat flu. Ia meletakan nampan itu di meja samping kasur Miya.
Gusion duduk di pinggir ranjang, mengecek suhu tubuh Miya dengan termometer. Demamnya belum juga turun. Ini pasti gara-gara Miya hujan-hujanan kemaren sama cowok pirang itu. Semalam mereka pulang dengan keadaan basah kuyup. Alucard juga tak luput dari omelan Gusion sebelum cowok pirang itu pamit pulang.
"Kalo demam lo belum turun juga, nanti siang kita ke rumah sakit aja." Kata Gusion meletakkan termometer di samping nampan.
Gusion mengangkat mangkuk bubur untuk menyuapi adik tunggalnya yang sedang sakit. Miya minum sedikit untuk melembabkan tenggorokannya sebelum bubur masuk ke mulutnya.
"T-tapi bang, gue gak apa-apa kok. Gue harus mentoring. Tinggal 2 minggu lagi waktunya." Kata Miya di sela bersinnya. Hidungnya terlihat merah, area matanya menghitam dan bibirnya pucat pasi. "Gue cuma butuh istirahat aja." Lanjut Miya seraya merapatkan jaket tebal yang membalut tubuhnya. Mulutnya terbuka saat sesendok bubur yang disuapkan Gusion sampai di pintu bibirnya.
"Emang lo bisa konsen mentoring kalo badan lo begini? Jalan aja sempoyongan!" Omel Gusion lagi. "Lagian suruh siapa sih hujan-hujanan kayak kemaren?" Omel Gusion.
Miya mengerlingkan matanya. Lagian abangnya, masih sempet-sempetnya ngomel pas Miya lagi sakit. Ini bubur jadi anyep rasanya akibat terkontaminasi omelan Gusion.
"Hujannya dateng mendadak. Mana gue tau." Miya membela diri.
"Harusnya lo prepare! Nyari taksi kek, ojek, angkot atau apa biar lo gak pulang jalan kaki terus keujanan."
"Hape gue sama Alu sama-sama mati." Kilah Miya. "Gak sempet pesen taksi online."
Gusion menatap Miya sementara gadis itu menatapnya polos.
"Jangan-jangan lo boong. Lo keluyuran dulu ya sama si pirang?!" Tuduh Gusion dengan nada menginterogasi.
Wajah Miya mendadak merah padam. Gimana kalo sampe abangnya tahu, apalagi soal apa yang mereka lakukan dibawah hujan kemaren? Gusion bisa-bisa nyiapin tambang buat gantung kaki Miya.
"Jawab, bukan bengong!" Kata Gusion segera menyuapi Miya kembali.
"E-enggak! Gue dari mall la-langsung jalan balik." Kata Miya sedikit gugup. "Lagian kenapa sih? Gue lagi sakit begini masih aja diomelin!" Miya cemberut.
"Gue khawatir sama lo. Kalo lo kenapa-kenapa gimana? Yang ngerasain sakit siapa?" Miya ngambek dan gak mau menerima suapan selanjutnya dari Gusion.
Gusion gregetan di tempatnya. Kemudian ia mengecek arloji di tangannya--sudah menunjukkan pukul 06:45, ia menghela napas. Mungkin Gusion tak usah berangkat kerja pagi ini.
Miya menangkap sesuatu dari raut wajah Gusion. Kelihatan, abangnya yang kadang menyebalkan itu sedang bingung.
"Lo belum berangkat kerja?" Tanya Miya.
"Gue gak berangkat hari ini." Jawab Gusion.
"Jangan, bang. Lo harus tetep berangkat. Lo kan nanti mau cuti nikah. Masa mau bolos-bolosan sekarang?" Kata Miya.
"Kalo gue berangkat, lo gimana? Gak ada yang jagain."
"Gue bisa sendiri, bang. Kalo mau makan kan tinggal deliv. Lo gak usah khawatir."
Gusion masih terlihat ragu untuk meninggalkan Miya dalam keadaan seperti ini.
"Bang, kerjaan lo juga penting. Lo tenang aja, gue akan baik-baik aja." Kata Miya meyakinkan Gusion.

KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Mantan
FanfictionRahasia hubungan Miya dan Alucard akhirnya dibongkar setelah keduanya sepakat putus. Berita itu sempat menghebohkan jagat SMA Moniyan. Alucard yang sejatinya adalah seorang 'most wated' di sekolahnya, selalu menutupi identitas kekasihnya saat ditany...