17. Menginap?

331 17 12
                                    

Selama di perjalanan pulang tidak ada yang berbicara di antara Keisha maupun Kano. Keisha hanya diam dengan memikirkan kejadian barusan, kejadian yang dimana Keisha di perlakuan tidak baik oleh Dimas.

Keisha bingung dengan dirinya sendiri, mengapa ia tiba-tiba menjadi lemah di hadapan Dimas? Mengapa Keisha tidak berani menjawab ucapan-ucapan pedasnya?

Berbeda dengan Kano. Jika Kano memperlakukan Keisha seperti Dimas barusan, Keisha tidak akan tinggal diam dan Keisha akan marah besar kepadanya.

Merasa bosan dengan keheningan antara mereka berdua. Akhirnya Kano menghentikan langkahnya, dan melirik sekilas ke arah Keisha.

"Kei." Panggil Kano pelan.

"Apa?" Jawab Keisha sedikit ketus. Namun suaranya terdengar parau.

"Lo nggak apa-apa kan?" Tanya Kano dan kali ini Kano membalikkan badannya agar menghadap kepada Keisha. Sedangkan Keisha mengernyit bingung dengan pertanyaan Kano barusan.

"Maksud lo?" Tanya Keisha bingung.

"Maksud gue, kejadian tadi. Lo nggak apa-apa kan? Hati lo gak sakit gitu?" Tanya Kano dengan memasang wajah polosnya, sehingga membuat Keisha yang melihatnya tersenyum tipis, menurutnya wajah Kano yang seperti ini terlihat sangat menggemaskan sekali. Jika saja hati dan pikiran Keisha sedang tidak bermasalah, mungkin saat ini Keisha sudah tertawa keras lalu mencubit pipi Kano.

"Gue gak apa-apa kok. Lo tenang ajah." Jawab Keisha dengan mencoba untuk tetap biasa-biasa saja. Namun bukan Kano namanya jika tidak membedakan raut wajah Keisha.

Kano sangat paham jika saat ini Keisha tengah menahan rasa sakitnya, akibat perlakuan Dimas tadi. Namun Keisha mencoba untuk tetap biasa-biasa saja.

"Duduk di sana yuk!" Ajak Kano dengan menunjuk ke arah bangku yang berada tepat di bawah pohon.

"Ngapain?"

"Ya duduk ajah, gue capek jalan terus dari tadi." Jawab Kano dengan berjalan menghampiri ke tempat duduk tersebut dan di ikuti oleh Keisha dari belakang.

Kini Kano dan Keisha sudah duduk di bangku. Suasana kembali hening di antara mereka berdua, hanya terdengar suara jangkrik yang mengisi keheningan mereka.

"Kalo mau nangis, nangis ajah Kei gak usah di tahan. Gak baik." Celetuk Kano dengan mata yang tak lepas menatap ke depan. Keisha hanya diam tanpa menjawab ucapan Kano, saat ini hati dan pikiran Keisha terus berputar dengan kejadian di taman tadi.

Rasanya sangat sakit, jika orang yang Keisha cintai memperlakukan Keisha seperti itu.

"Gue tau perasaan lo, dan gue tau apa yang ada di pikiran lo saat ini." Ucap Kano lagi, dan kali ini Kano membalikkan badannya agar menghadap kepada Keisha. Kano menatap lekat wajah Keisha yang terlihat sedang menahan tangisnya.

Tangan Kano terulur menyentuh pundak Keisha, lalu menariknya agar menghadap kepada Kano.

"Gak usah di tahan Kei. Lo boleh nangis sepuas lo di sini." Suruh Kano dengan nada yang cukup serius.

Langsung saja Keisha menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Kano. Keisha menangis sejadi-jadinya, tubuhnya bergetar hebat menandakan Keisha sangat terluka dengan perlakuan Dimas tadi.

Melihat Keisha seperti itu, membuat Kano merasa tak tega. Tangan Kano terulur mengelus lembut punggung Keisha.

"Gue salah apa? Kenapa dia sampai segitu bencinya sama gue?" Ucap Keisha di sela-sela tangisnya.

"Lo gak salah Kei, yang salah itu hati lo, hati lo yang terlalu mencintai cowok brengsek kaya dia." Sahut Kano.

"Gue bingung sama hati gue, kenapa gue sampai segitu cintanya sama cowok seperti Dimas. Gue pengen lupain dia, gue gak mau jatuh cinta lagi sama dia, dan gue gak mau semua itu!" Rancau Keisha lagi, namun kali ini tangis Keisha semakin pecah, kala mengingat perasaan Keisha yang tak terbalaskan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEISHA (Promise)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang