Prolog

143 22 4
                                    

Arus lautan mengarungi samudera
Aliran cinta mendominasi jiwa
Memaksa pengembara, tuk berkelana dan menjajaki setiap tanah
Saat ini, berhentilah sejenak. Ya, sejenak

Untuk pertama kalinya
Dengarkanlah rayuan ombak
Pandanglah elok lambaian daun kelapa
Saksikanlah pergantian senja menuju petang

***

DUAARR

BRUKK

Suara beruntun itu muncul dari arah perpustakaan. Membuat semua psang mata menatap ke arahnya.

"Eh maaf, gue gak sengaja," ucap seorang lelaki.

Sedangkan yang diajak bicara, tidak menjawab apa apa. Ia mengambil bukunya yang berserakan di atas lantai. Kemudian, ia menatap lelaki itu dengan tatapannya yang tajam. Hingga didetik berikutnya, ia pun pergi meninggalkan tempat itu.

"HEH! Gue minta maaf malah dicuekin. Gada akhlak emang! " Ucap seorang lelaki itu, lagi.

"Setan emang tuh cewek. Awas aja gue bales nanti!" teriak cowok tinggi itu dengan emosi yang membara merasa dipermalukan.

Gadis itu pun berlalu dari hadapan cowok yang menabraknya. Ia sangat kesal, sungguh. Hingga langkahnya pun berhenti di taman sekolahnya.

Lantas, ia pun duduk dibawah pohon sambil membaca bukunya. Berusaha menghilangkan rasa kesalnya terhadap cowok itu. Ah iya, nama cowok itu adalah Satya Arganta Mahesa dan cewek yang sedang duduk itu adalah Thalia Clarabelle Abraham.

Hari itu pun berlalu dengan cepat, bel berbunyi menandakan kegiatan para siswa telah usai. Thalia pun bergegas ke kelas untuk mengambil tasnya. Seharian ini, dia tidak ada kegiatan belajar.

Setelah membereskan barang barangnya, dia pun langsung pergi ke parkiran. Di sisi lain, ada Satya yang bersiap menancapkan gas untuk pulang mengurung niatnya saat melihat Thalia di depan gerbang.

"Widih, itu kan cewe tadi. Samperin ah..."

Thalia yang terfokuskan pada jalanan, tak siap akan kejutan dari Satya.

"Hoy, sendirian bae kutil disini. Nunggu abang ya neng?"

Thalia tak menggubris perkataan cowok itu dia langsung pergi sambil memasang headset.

"Unik."

MusicopoeticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang