Chapter 4

35 9 0
                                    

Kesan pertama saat memasuki ruangan adalah megah. Ruangan ini di desain sangat artistik membuat kesan elegan pada setiap sudut ruangan. Selain itu, banyak penulis penulis terkenal disana. Tiba tiba, Thalia merasa ada yang mengenai tangannya. Dan ternyata, itu tangan Davin.

"Eh Davin, papa kamu mana?" tanya seorang pria, dia teman papanya Davin.

"Eh om, papa masih dijalan mungkin. Davin gak bareng papa soalnya."

"Oh iya, kenalin ini temen sekolah Davin."

Sambil berjabat tangan, Thalia memperkenalkan dirinya, "Kenalin om, saya Thalia." Disertai senyum manis.

"Wijaya," balas Bapak Wijaya sambil menjabat tangan Thalia.

Bapak Wijaya pun melepaskan jabatan tangan mereka dan berkata, "Temen apa temen nih," godanya.

"Doain aja om biar gak cuma temen,” ujar Davin dambil memperlihatkan giginya.

Thalia tidak fokus pada percakapan Davin dan Pak Wijaya. Dia masih terkagum-kagum dengan seluruh isi ruangan ini.

Ketika sedang asiknya menatap isi rumah, sorot matanya tak sengaja melihat seorang cowok yang mungkin dia pernah bertemu. Thalia tak bisa melihat dengan jelas karena kondisi ramai dan posisi cowok itu menyamping. Thalia masih berusaha mengenali dan yap, Satya menoleh ke arah dimana Thalia berdiri.

Mata mereka saling bertemu. Saling menyiratkan, kok bisa disini?

Satya bersiap menemui Thalia, namun tangannya dicekal oleh Tuan Mahesa, papanya.

"Kamu mau kemana?"

"Anu pa. Itu Satya mau kesana sebentar."

"Ayo, ikut papa. Papa kenalin kamu ke temen papa."

"Tapi Pa.."

"Jangan bantah Satya."

Satya pun hanya mendengus kecil dan melihat Thalia pergi dari tempatnya bersama seorang laki-laki. Sedangkan di tempat lain, Davin mengajak Thalia untuk mencicipi aneka kue di Pesta tersebut.

"Liat deh Thal, lucu banget kue nya. Pengen makan deh."

"Yaudah sih, makan aja. Hahaha."

"Aku mau cobain ini nih. Lucu banget Cupcakenya."

Davin mengambil satu dengan wajah imutnya yang siapapun akan gemas melihatnya.

"Hmm.. enak deh. Cobain Thal. Aaa..."

Thalia menerima suapan dari Davin dan ia tersenyum dengan manis. Deg. Davin terpana.

"Hm.. iyaya. Enak. Kamu dari dulu nggak berubah ya kalau lihat Cupcake."

"Eh. Hah? Oh iya. Hahaha." Davin tersadar dari kegiatan melamunnya.

"Eh, Thal bentar. Coklatnya ada di pipi kamu."

Davin membersihkan sisa coklat di pipi Thalia dan mereka saling terpaku di tempatnya masing-masing. Hingga satu interupsi menyadarkan mereka.

"Heem!. Kalian berdua aja?" ucap Satya dengan kedua tangan yang dimasukkan dalam saku celananya.

"Nggak, kita bertiga sama lo."

"Iya iya, serah lo dah."

Satya? Kok ada Satya, batin Thalia.

"Oh iya Thal, kamu tau nggak? Ini tuh rumahnya Satya lho, gila, bagus kan?" kata Davin.

"Ohh baru tau. Iya bagus banget," Ohh Rumah Satya, pantes ada Satya, batin Thalia.

MusicopoeticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang