Chapter 13

37 5 0
                                    

Ketika sedang asik memandang langit, satu tetes air jatuh mengenai pipi Thalia.

"Eh hujan?"

"Satya! Ayo ke sana!"

"Bentar bentar."

Satya mencoba berdiri namun tak bisa, perutnya lagi lagi nyeri. Dia hanya bisa duduk diam di kursi dan membiarkan Thalia lari menepi.

"Satyaaa!! Kok lu masih di situ?!" Teriak Thalia yang sudah meneduh di tempat tukang baso yang berada tak jauh dari sana.

Melihat Satya yang tak bergeming, Thalia kesal.

"Neng?" panggil penjual bakso.

"Eh iya mang?"

"Itu pacar nya kan? Kasian kehujanan."

"Eh?"

"Ini pake aja payung punya amang, tapi nanti balikin ya."

Penjual bakso itu menyerahkan payung hitam kepada Thalia. Dia menerima nya lalu tersenyum.

"Makasih mang."

"Iya sama-sama."

Thalia segera menghampiri Satya.

Merasa hujan tak lagi menyentuh tubuhnya Satya menengok ke atas. Dia tersenyum melihat Thalia yang memegang payung.

"Lu ngapain sih malah diem?!"

"Lu tau gak?! Lu itu masih sakit!"

"Lu bikin gue kesel!"

Satya hanya menatap Thalia dalam. Tak membalas segala omelan yang dilontarkan.

"Lo makin lucu kalo lagi marah gitu Tha. Gue suka," ucap Satya sambil terus menatap Thalia.

"Apaan sih lo! Orang khawatir malah gitu," kesal Thalia.

"Ciee khawatir sama bang Sat," goda Satya.

"Dah lah, ayo kita kesana. Nanti lo tambah sakit kalo diem disini terus."

Satya pun mencoba berdiri sambil menahan rasa sakitnya.

_'Yaallah, ambil dulu sakit perutnya, Satya mau main india india an sama Thalia'_ batin Satya.

Satya pun berhasil berdiri. Dan langsung mengambil tangan Thalia. Mereka berlari kecil menuju warung bakso untuk berteduh.

Sesampainya disana, Thalia langsung membuka kaca matanya. Karena didalamnya terdapat embun embun air membuat Thalia tak bisa melihat jelas.

Saat Thalia hendak memakai kacamatanya lagi, tangan Satya menahannya.

"Apaan sih Sat! Lepas!"

"Diem dulu Tha."

"Apaan sih," ucap Thalia lalu memalingkan wajahnya, malu.

"Sini tatap gue, gak usah malu gitu."

Thalia tak mendengar perkataan Satya dia tetap memalingkan wajahnya. Satya melepas genggaman pada tangan Thalia lalu mengalihkan kedua tangannya pada wajah Thalia. Satya mengarahkan wajah Thalia ke arah nya.

"Apaan sih Sat! Lepas!"

"Tha?"

"Apaan!"

"Lo keliatan lebih cantik Tha."

Ucapan Satya, mampu menghentikan sejenak jantungnya. Thalia tak tau harus menjawab dengan apa. Dia gugup. Degup jantungnya kembali tak beratur.

"Eh ini payung siapa?"

"Eh?"

"Hahaha lu kenapa? Gue udah lepas tangan gue kok. Lu bisa dengan mudah menggerakkan wajah cantik lo itu."

MusicopoeticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang